milik saya, milik orangtuanya dan milik Allah swt

5 1 0
                                    

Pagi yang cerah ini tidak cocok dengan hati saya yang sedang berawan gelap, saya tidak suka perasaan ini. Saya tidak suka bertengkar dengan fatimah, tapi saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan agar fatimah tidak marah lagi dengan saya. Saya tidak menyangka seorang fatimah dengan ketenangan seperti itu saja bisa marah besar seperti tadi, saya benar benar melakukan kesalahan besar. Seharusnya saya pergi menemuinya lagi untuk berbaikan dengannya. Saya memutuskan untuk mencari fatimah di lantai atas, tapi saya tidak dapat menemukannya dan lagi lagi hanya ada Aisyah disana.

"Sulaiman mengapa engkau terlihat tergesa gesa seperti itu?" tanya aisyah
"Maaf saya sedang mencari fatimah, dan ternyata ia tidak ada. Saya permisi aisyah
"Baiklah Sulaiman, hati hati" ucapnya
"Iya Aisyah" jawabku kembali

Kemana perginya engkau fatimah, saya mencari ke musholah pun tidak ada, saya ingin mencari kerumahnya pun tidak mengetahui dimana tempat tinggalnya, lelaki macam apa saya ini....
Saya harus bertemu dan menyelesaikan permasalahan kemarin, bagaimanapun saya dan fatimah harus berbaikan hari ini.

"FATIMAAAHHH..... MAAFKAN SAYA, SAYA SALAH FATIMAH JADI MAUKAH ENGKAU MEMAAFKAN SAYA FATIMAH. SAYA BENAR BENAR MENYESAL FATIMAH, MAAFKAN SAYA" saya memutuskan mencari fatimah dengan cara singkat dengan memakai toak musholah.
"Astagfirullah Sulaiman, kau sedang tidak sehat hah? mengapa kau bersikap bodoh kawanku?" ucapnya sambil menertawakanku
"Maaf kawanku, saya tidak terpikirkan hal lain lagi" jawabku lesu
"Bukankah engkau yang menyarankan hal bodoh tersebut, dan sekarang engkau yang melakukannya" ia menjawab dengan tawa yang sangat keras
"Pergilah furqon, bukan kau seorang yang saya harapkan datang, pergilah cepat" ucapku kesal
"Lalu siapa yang engkau harapkan datang?" ucap fatimah yang baru saja datang
"Maafkan saya fatimah" jawabku lembut
"Apakah kau tidak berpikir sedikit saja apa yang akan kau lakukan sebelumnya wahai Sulaiman?" ucap fatimah tegas
"Maafkan saya" jawabku lesu
"Tolonglah Sulaiman, tidak bisakah engkau bersikap dewasa sedikit saja, dan berhentilah engkau bersikap kekanak kanakan. Kita semua sudah dewasa dan mengapa kau malah sibuk mencari saya dan bukannya menjaga adik adik di pesantren saja" ucap fatimah
".................." saya hanya bisa diam mendengarkan suara fatimah sembari menundukan pandangan saya
"Saya harap engkau mengerti maksud saya Sulaiman, dan saya mohon maaf jika perkataan yang saya lontarkan menyakiti perasaanmu" ucap fatimah
"Tidak apa ap...." belum sempat saya menyelesaikan pembicaraan, fatimah meninggalkan saya
"Saya pamit, assalamualaikum" ucapnya kemudian pergi

.
.
.
.
.

Sudah seminggu semenjak saya dan fatimah bertemu, saya berusaha memperbaiki diri dan mendekatkan diri dengan Allah swt, mungkin kemarin saya terlena akan dunia. Saya sedang fokus mengajar adik adik di pesantren dan melanjutkan muraja'ah saya sesuai anjuran fatimah saat itu. Setelah ucapan fatimah minggu lalu saya bisa berpikir jernih dan bersikap dewasa. Setiap malamnya saya menyesali perbuatan kekanakan yang saya perbuat. Kemudian saya meminta furqon untuk menemani saya.

"Ada apa kawanku?" tanyanya
"Saya sedang tidak baik baik saja kawanku" jawabku
"Kau sebegitu mencintainya?" tanyanya
"Hanya fatimah yang bisa membuat saya seperti ini, dan kau masih menanyakan hal itu" jawabku tegas
"Saya tahu Sulaiman, tapi alangkah lebih baiknya kau menjaga jarak dengannya dulu untuk beberapa waktu kedepan" ucap furqon
"Saya juga berencana seperti itu, mungkin saya bersikap berlebihan kepadanya. Dan bisa saja jika saya terus saja menggangu nya fatimah bisa saja membenci saya" jawabku
"Kalau kau sudah mengerti lakukanlah dengan benar kawan" ucap furqon sambil menepuk pundak saya
"Terima kasih furqon" ucapku
"Sama sama kawanku, saya memang tidak sepintar engkau, tapi jika kau butuh tempat untuk bercerita saya siap untuk mendengarmu" jawab furqon
"Jangan bicara seperti itu kawan, bagaimana apakah Aisyah sudah sedikit melihatmu?" tanyaku iseng
"Yah sepertinya walaupun saya berada tepat dihadapannya, ia tidak akan melihat saya" ucapnya lesu
"Tetaplah berjuang kawan, ubahlah caramu mendekatinya. Kau dekati dulu penciptanya, mungkin ia akan sedikit melihat kearahmu, setelah itu kau dekati orangtuanya, mungkin kau akan menarik perhatian aisyah" ucapku
"Bagaimana denganmu kawan?" jawabnya bertanya pada saya
"Saya akan memantapkan hati terlebih dahulu dan mendekatkan diri sedikit lagi dengan Allah swt" jawabku
"Bagaimana jika saya juga memantapkan hati terlebih dahulu kawan?" tanyanya
"Hal itu jauh lebih baik kawan" jawabku
"Terima kasih kawanku" ucapnya
"Terima kasih juga kawan" jawabku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

17:32 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang