The day when I ask you to be mine

246 38 19
                                    

Berminggu-minggu setelah Lia berlibur di tanah kelahirannya, hari kepulangan yang sangat dinanti-nanti oleh Yeji akhirnya tiba juga. Gadis Hwang itu sudah terjaga sejak pukul 4 subuh, ia sudah berpakaian rapi dan siap untuk menjemput Lia. Yeji berkali-kali mengecek notifikasi ponselnya berharap nama Lia segera muncul di layar.

"Ji, sudah si—" belum sempat melanjutkan ucapannya, Hyunjin mendapati adiknya dengan pakaian rapi di meja belajar. "Semangat amat." Sambung Hyunjin sambil berjalan mendekat ke arah Yeji.

"Iya dong, aku kangen tahu." Jawab Yeji santai.

Hyunjin kemudian duduk di atas ranjang kembarannya. "Aku mempertaruhkan masa mudaku buat kamu lho, Ji." Ujar Hyujin dengan nada serius.

Yeji memutar bola matanya. "Cuma ke bandara aja kok, dekat." Yeji menanggapi sambil menatap Hyujin, memelas.

Hyunjin menghembuskan napasnya. "Fine."

Hyunjin mana tega jika Yeji sudah memelas seperti itu, apapun akan ia lakukan demi membahagiakan adik satu-satunya itu sekali pun nyawa sebagai taruhannya. Memang kadang kala mereka bertengkar. Namun, selebihnya mereka sangat menyayangi satu sama lain.

"Kamu yang ambil kunci mobilnya." Kata Hyunjin sambil beranjak. Belum sempat melangkah, mulut Hyunjin menganga ketika Yeji menunjukkan kunci mobil milik ayahnya dengan senyum sumringah. "K-kok?" Hyunjin keheranan.

"Yeji gitu—huaaaa Lia sudah sampai!" Yeji berteriak histeris ketika mendapat pesan yang isinya pemberitahuan bahwa gadis Choi itu sudah mendarat dengan selamat di Korea. Yeji segera melempar kunci mobil milik ayahnya yang langsung ditangkap dengan sigap oleh Hyunjin. "Let's go!!"

*****

"Haha, sumpah Hyunjin ngaco banget nyetir mobilnya." Yeji tertawa cekikikan mengingat-ingat ketika duo Hwang itu kebut-kebutan di jalan menuju bandara beberapa waktu lalu. Lia yang duduk di sebelah Yeji tersenyum tipis memandangi wajah samping Yeji yang bersemangat bercerita. "Bukan aku Lia, Hyunjin yang maksa buat jemput kamu." Kata Yeji sembari menoleh ke arah Lia.

Raut wajah Lia langsung berubah, gadis Choi itu mencubit lengan Yeji. "Jangan ngarang cerita deh kamu." Lia menjawab dengan nada sinis. "Jelas-jelas kamu yang maksa Hyunjin. Hyunjin cerita ke aku."

Wajah Yeji langsung memberengut. "Iya deh, aku ngaku." Lia langsung cekikikan. "Habis aku kangen kamu. Mau cepat-cepat ketemu."

Lia menggeleng pelan. "Gak heran."

Lia kembali memandang jauh ke depan. Memandangi langit yang perlahan berubah warna menjadi kemerahan. Mereka berada di bukit dekat pantai yang berjarak kira-kira satu setengah jam dari rumah. Merealisasikan keinginan Lia piknik di atas bukit, mereka melakukan perjalanan jauh menggunakan bus antar kota. Berbekalkan nasi goreng kimchi buatan ibu Yeji serta cookies coklat buatan duo Hwang dan Lia.

Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Baik Yeji maupun Lia enggan membuka suara. Merasa nyaman dengan suasana yang tercipta. Sayup-sayup terdengar debur ombak dari kejauhan membuat perasaan tenang dan keduanya hanyut dalam keheningan. Yeji yang lebih dahulu menoleh ke arah Lia, ia tersenyum tipis dan tanpa sadar pipinya memanas. Melihat Choi Jisu dari jarak sedekat itu membuat jantung Yeji berdebar tidak karuan.

"Lia, aku suka kamu." Suara Yeji terdengar begitu lugas tanpa keraguan.

Lia tertawa kecil. "Jangan bercanda, Yeji." Lia menanggapi dengan santai. Lia kenal betul siapa Yeji dan kalimat tersebut terdengar familiar bagi Lia karena tidak jarang Yeji mengucapkan kalimat tersebut. Lia kemudian bermain-main dengan rumput mengabaikan ucapan Yeji barusan.

"Kamu nggak pernah dapat kode dariku ya?" Suara Yeji kembali terdengar setelah terjadi keheningan yang cukup panjang. Kening Lia mengerut bingung. "Lia, aku yang mukul Soobin waktu dia bikin kamu nangis. Aku yang minta izin ke orang tua kamu waktu kita study tour ke Jeju. Aku yang taruh jus stroberi setiap pagi di loker kamu. Aku, Lia."

Raut wajah Lia berubah. Lia terkejut bukan main. Tubuhnya membeku.

"Kamu pura-pura nggak tahu atau memang nggak tahu, Lia?" Tanya Yeji dengan nada bergurau. Lia segera mencubit lengan Yeji, merasa gemas dengan gadis Hwang itu. Bisa-bisanya ia bergurau di situasi seperti ini. Yeji menggeleng lemah sambil tertawa kecil.

"Kamu nggak lagi bercanda 'kan, Ji?" Tanya Lia dengan suara rendah.

"Nggak, Lia. Aku suka kamu dari lama." Jawab Yeji santai. "Aku tebak semua orang tahu aku suka kamu, kecuali kamu."

Lia kikuk dan menjadi salah tingkah sendiri. Bukannya Lia tidak menangkap kode yang diberikan oleh Yeji, hanya saja Lia tidak ingin terlalu percaya diri. Siapa bilang Lia tidak menyadari akan hal itu? Selama ini Lia memilih untuk diam karena tipikal Yeji yang sering bercanda membuat Lia menganggap ucapan-ucapan Yeji hanyalah gurauan.

"Kamu ngerasa aneh gak kalau pacaran samaku?" Tanya Yeji pelan yang spontan membuat pipi Lia memerah. "Ih Lia kok pipinya merah?" Tanya Yeji sekali lagi ketika mendapati wajah Lia yang sudah semerah tomat.

"Yeji bisa diam gak?" Jawab Lia dengan nada galak.

Yeji tertawa kecil. "Jadi pacarku, Lia."

Lia menggeram kesal. Ia kemudian menoleh ke arah Yeji dan memberikan pukulan di lengan Yeji. "Aku masih shock sama pengakuan kamu ya, Ji. Kenapa buru-buru banget sih?" Ucap Lia setengah berteriak.

Mata Yeji langsung berbinar. "Kalau pelan-pelan berarti mau?" Tanya Yeji layaknya anak kecil meminta mainan kepada orang tuanya.

Lia memijit pelipisnya. Mau heran tapi yang ia hadapi Hwang Yeji. Lia menghela napasnya. "Kasih aku waktu buat mikir."

"Aku ditolak nih?"

"Gak gitu, Yeji!" Tukas Lia cepat. Lia berdecak kesal. "Ya udah, aku ngaku. Aku suka kamu juga. Tapi aku males sama kamu karena kamu nyebelin." Lanjut Lia dalam satu tarikan napas. Gadis Choi itu langsung membuang muka, malas menatap Yeji.

"Kamu suka sama aku?" Tanya Yeji membelalak kaget. "HEI KALIAN DENGAR GAK? CHOI JISU SUKA AKU JUGA!" Teriak Yeji yang langsung membuat Lia membungkam mulut Yeji dengan telapak tangannya.

"Yeji!!!"

Sore itu berakhir dengan Lia mencubiti lengan Yeji yang tiada henti-henti berteriak bahwa Lia juga menyukai Yeji. Untung saja tidak banyak orang di atas bukit, kalau iya, mau ditaruh di mana muka Lia? Tapi, Lia tidak dapat berdusta, ia bahagia mengetahui sebuah fakta bahwa Yeji benar-benar menyukai dirinya. Kali ini, bukan katanya lagi. Yeji benar menyukai Lia.

Entah sejak kapan jantung Lia berdebar ketika berdekatan dengan Yeji. Entah sejak kapan napasnya sesak ketika pandangan mereka bertabrakan. Yang Lia tahu, seiring berjalannya waktu, menghabiskan waktu bersama-sama dengan Yeji lebih banyak senangnya. Lia tidak pernah dibuat menangis oleh Yeji barang sekali. Berpacaran dengan Yeji? Menurut Lia, bukan hal yang buruk. Toh, mereka sudah mengenal satu sama lain.

*****

Saya terobos nulis dari jam 7 malam sampai sekarang mumpung ada ide. Sengaja sih alurnya nggak complicated. Cuma anak SMA yang lagi kasmaran haha.

Saya enjoy nulis part ini, tapi saya gak tau masih bisa nulis lagi atau nggak setelah ini karena sudah mulai fokus dengan real life. Jadi, dengan amat sangat terpaksa ini part terakhir. Tapi tenang aja, kalau tiba-tiba ada ide, bakal ada extra part ya!

Terima kasih untuk kalian yang masih setia baca cerita saya hehe, terima kasih juga atas support-nya. See you guys!

28 Juni 2022
Jisuuya

I will spend my whole life loving you (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang