Hwang Ijey

1K 93 59
                                    

"Tinta bisa aja ngotorin kulit a—"

"Kamu sengaja lukis tangan kamu begitu biar kelihatan keren 'kan?" Lia menyela ucapan Yeji sembari menunjuk ke arah tangan Yeji, terdapat berbagai macam gambar—kebanyakan tulisan, Lia tidak dapat membacanya dengan jelas karena pengelihatannya sedikit bermasalah. Merasa masterpiece-nya ter-notice, bibir Yeji membentuk sebuah senyuman kecil kemudian dengan bangga menunjukkan hasil karyanya kepada Lia.

"Bagus 'kan? Nih ada karakter kesukaan kamu," jawab Yeji sembari menunjuk ke arah gambar Spongebob—siluman Spongebob lebih tepatnya.

"Tapi itu kakinya tiga." Gumam Lia, dia menyipitkan matanya berusaha memperhatikan gambar Yeji karena ia tidak sengaja meninggalkan kacamatanya di kelas.

Mendengar perkataan gadis yang memiliki eyesmile itu lantas Yeji mengerutkan keningnya bingung. "Kok tiga? Dua ah, satu ... dua. Dua!" Yeji berkata dengan nada riang.

Merasa diperlakukan seperti anak kecil yang belum bisa berhitung, lantas Lia berdecak kesal. Ingin sekali ia menendang tulang kering Yeji atau menampar wajahnya. Mata Lia hanya minus, minus bukan berarti Lia tidak dapat melihat tanpa bantuan kacamata. "Kamu tahu gak sih tinta bisa jadi salah satu faktor kanker kulit?"

Kadang Yeji bingung, kenapa tebakan Lia tidak pernah meleset? Yeji memang ingin terlihat keren, maka dari itu saat pelajaran Kimia tadi dia sibuk melukis tangannya. Chaeryeong selaku teman sebangkunya sempat melarang Yeji. Namun, bukan Hwang Yeji kalau tidak keras kepala. Niat hati ingin terlihat keren, malah diceramahi. Lantas bibir Yeji mengerucut. "Habis ini aku cuci kok."

Lia memutar bola matanya. Dia malas meladeni Hwang Yeji. Lebih baik dia berbicara dengan pohon atau bunga di taman. Namun, untuk meloloskan diri dari Yeji tentu saja tidak semudah memutar balik telapak tangan. Memiliki postur tubuh layaknya tiang listrik membuat Yeji leluasa mengurung Lia, bahkan hanya dengan sebelah tangan saja Yeji dapat mendekap tubuh Lia. "Celana jeans aku bisa aja robek tapi ak—"

"Sebentar, Ji. Kamu gak lagi pakai jeans?" Lagi, Lia memotong kalimat Yeji. Lagian Yeji kenapa sih? Jelas-jelas dia sedang tidak mengenakan celana jeans, lantas Lia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mengapa Yeji berkata seperti itu?

Yeji menggeram kesal. "Kamu bisa diam dulu gak sih? Aku mau gombal tahu."

Lia menatap Yeji dengan tatapan anehnya, sementara yang ditatap? Tentu saja dia menyengir kuda. Memangnya Yeji peduli mendapat tatapan aneh dari Lia? Malahan dia kegirangan. "Minggir deh Ji, aku mau balik ke kelas aja kalau begini ceritanya."

Yeji terkekeh. "Maaf, tapi aku gak menghalangi jalan kamu tuh." Jawab Yeji sembari menggaruk lehernya yang tidak gatal. Mendengar jawaban dari Yeji lantas Lia menggeram pelan kemudian langsung saja dia memukul lengan Yeji sebelum akhirnya berlari meninggalkan makhluk aneh itu.

Namanya Hwang Yeji, terlahir dengan bentuk mata yang unik—banyak yang bilang seperti bentuk mata kucing. Lia yang saat itu masih berusia lima tahun sempat ketakutan ketika pertama kali melihat Yeji di seberang jalan, dia berdiri di sana dengan wajah datar serta mata memicing tajam ke arah Lia. Ketika mata mereka bertemu, Lia hendak melarikan diri kala itu. Namun, langkahnya terhenti ketika bibir Yeji tertarik ke arah berlawanan membentuk sebuah senyuman, matanya ikut tersenyum. Lia terdiam, bagaimana bisa seseorang dengan wajah seram memiliki senyum seindah itu? Lia tahu dia masih berusia lima tahun, Lia tahu pengetahuannya tentang keindahan masih sekecil biji jagung, tapi Lia tidak dapat berdusta, senyum Yeji layaknya sinar matahari. Menyilaukan mata.

Saking silaunya, Lia sempat berpikir dan sedikit ragu ketika Yeji memberitahu padanya bahwa Yeji adalah manusia. Yeji itu aneh, kelakuannya bisa dibilang tidak seperti manusia biasanya. Yeji senang sekali berbicara dengan pohon—Yeji bilang dia hanya menyapanya karena pohon merupakan makhluk hidup, kita harus memperlakukannya dengan baik layaknya sesama manusia. Tapi hey, bukan berarti setiap bertemu dengan pohon mereka harus berhenti terlebih dahulu 'kan? Perkara pohon, Lia tidak mau ambil pusing. Tapi tidak untuk makhluk hidup berbulu kembaran Yeji—kucing. Lia tahu kucing merupakan salah satu hewan yang menggemaskan. Namun, bukan berarti setiap bertemu kucing liar di pinggir jalan Yeji harus mengangkatnya dan memaksa Lia untuk menggendongnya. Lia takut!

I will spend my whole life loving you (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang