Today, tomorrow, forever

243 40 8
                                    

4 tahun kemudian

Dua puluh satu tahun, hampir seluruh usiaku Lia hadir di dalamnya. Aku bersyukur bertemu dengan Lia yang kala itu baru berusia lima tahun. Sejak saat itu, rasa-rasanya menjauh dari Lia adalah sebuah kesalahan. Mungkin waktu itu aku hanya bocah ingusan yang tidak tahu apa-apa soal cinta. Namun, bertumbuh dewasa dengan adanya Lia di sampingku membuatku tersadar bahwa aku butuh Lia terus hadir di dalam hidupku. Menyaksikan moment-moment penting seperti ulang tahun, jatuh dari sepeda, atau hari kelulusan.

Aku sedang merapikan baju togaku di depan cermin. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepatnya. Aku telah mengantongi gelar sarjana seni dengan predikat cumlaude. Keringat dibayar dengan hasil yang sangat memuaskan. Aku tidak berada di Korea Selatan, melainkan di Eropa. Aku memutuskan untuk mengambil beasiswa yang ditawarkan oleh sekolah. Siapa yang tidak mau berkuliah di kampus ternama secara cuma-cuma? Tentu saja aku bodoh jika menolak penawaran yang hanya datang sekali seumur hidup itu.

Mataku jatuh pada post-it yang tertempel di atas kalender. Tulisan tangan Lia yang menuliskan; Yeji's Graduation Day. Sontak aku tersenyum. Lia akan datang di hari kelulusanku. Itu janjinya. Aku belum mendapat kabar dari Lia hingga pagi ini. Hyunjin yang lebih dulu mengabariku bahwa ia, ayah dan ibuku sudah tiba di tempat perayaan kelulusanku. Aku menghembuskan napas, berada di zona waktu yang berbeda membuatku agak kesulitan berkomunikasi dengan Lia. Lia tidak bisa pergi kemana-mana karena harus membantu mengelola usaha milik ibunya, Lia tetap di Korea melanjutkan pendidikannya dengan berkuliah jurusan manajemen.

Aku tinggal di asrama kampus selama empat tahun, bersama dengan kawan-kawan yang berasal dari berbagai negara. Selain menghemat biaya pengeluaran, tinggal di asrama bukan hal yang buruk juga. Aku jarang sekali merasa kesepian sebab dipertemukan dengan teman-teman yang super aktif dan banyak bicara. Namun, kadang kala aku rindu tanah kelahiranku. Rindu masakan ibuku serta Lia.

Tidak sulit bagiku berbaur dengan mereka di hari pertama masa perkuliahan, aku memiliki guru bahasa Inggris yang sangat hebat. Siapa lagi kalau bukan Choi Jisu? Lia mengajariku bahasa Inggris secara intens setelah aku memberitahunya akan melanjutkan pendidikanku di luar negeri. Aku senang, meskipun Lia banyak marahnya. Namun, setidaknya aku bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya.

Pukul delapan pagi aku bergegas ke lapangan utama kampus, tempat di mana Rektor akan melepas status mahasiswaku secara resmi. Aku bertegur sapa dengan beberapa kawan satu jurusan ketika bertemu di koridor asrama, kami berjalan bersama menuju lapangan sambil bernostalgia hingga akhirnya berpisah karena urutan tempat duduk kami berbeda. Aku celingukan mencari keberadaan keluargaku, aku tidak melihat batang hidung mereka. Hyunjin tidak mungkin berbohong 'kan?

"Sebelah kiri, bodoh."

Dengan ponsel masih menempel di daun telinga, aku sontak menoleh ke sebelah kiri, aku menemukan keluargaku di sana ... serta Lia. Air mataku tanpa sadar mengembang. "Kamu gak kelihatan dari sini, bodoh." Jawabku sambil menahan air mata. Aku rindu sekali dengan keluargaku dan tentunya kekasihku. Astaga, rasanya ingin langsung berlari ke sana memeluk mereka.

"Kamu jelek kalau nangis." Ledek Hyunjin kemudian panggilan terputus secara sepihak. Cih, tidak sopan, lihat saja nanti.

Acara pelepasan diawali dengan pidato dari Rektor kampus. Kemudian disusul sambutan-sambutan dari para petinggi kampus, pemberian penghargaan kepada mahasiswa terbaik, penampilan Marching-Band dari jurusan musik, kemudian pesan dan kesan dari perwakilan mahasiswa. Acara berlangsung sekitar satu jam setengah. Ketika acara berakhir, riuh tepuk tangan dan tawa bahagia terdengar dari berbagai penjuru arah membuat suasana meriah dan menyenangkan.

I will spend my whole life loving you (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang