19 . Ikhlaskan Seikhlas Ikhlasnya

4 0 0
                                    

Hiii , pakabar Pren ?

Oiya gue pengen bilang kalau gue lagi sedih ...

Sedih karna ngak bisa ketemu Adnan lagi .

Stopp , kita langsung lanjut aja

Lesgooo ...

_ ikhlas itu sebenarnya hanya sebuah tutupan bukan sebuah usaha . Manusia kadang lupa membedakan mana yang iklas dan mana yang terbiasa . Kata ikhlas dijadikan tutupan untuk sebuah usaha ! Usaha agar terbiasa tanpa hal yang biasa . Hingga akhirnya mereka bertemu dengan sebuah keikhlasan _ ♡ Kehendak Takdir ♡

Ruangan Adnan masih dipenuhi dengan tangisan , isakan , kehilangan , dan duka yang begitu mendalam bagi semuanya . Ditambah melihat Bianka yang begitu terpuruk kehilangan Adnan .

Bianka ! Perempuan yang ternyata menjadi ratu di parents burden . Perempuan yang ternyata sangat dilindungi dan dijaga segalanya oleh Adnan . Kenyataan ini justru terbongkar ketika dirinya sudah pergi untuk pulang .

Rasanya sangat menyedihkan . Menyedihkan ketika sebuah rahasia besar baru terungkap ketika nafas terakhir itu dihembuskan . Kenapa ? Kenapa Adnan harus jujur ketika dia justru akan pergi .

" De . " Sapa Raidan pelan mengagetkan Dena yang masih melamun menatap Adnan dan Bianka bergantian .

" Eh , Rai . Orang tua Adnan udah datang ya ? " Balas Dena mengalihkan perhatiannya .

" Bukan . Orang tua Adnan sedang perjalanan kesini . Dan mereka minta agar Adnan dipakaikan alat kembali . Mereka yakin Adnan belum pergi , dia hanya koma . " Desah Raidan lirih menatap haru .

" Yahh , kita ngak bisa komen . Kalau bisa aku minta bantuan ya Rai agar diminta pasangin alatnya lagi sama dokter . " Sergah Dena pasrah .

Raidan hanya membalas anggukan . Dengan tarikan nafas dalam , Raidan melangkahkan kakinya keluar ruangan . Disepanjang jalan menuju ruangan dokter , sebuah pertanyaan justru terlintas dibenak Raidan .

" Apa Bianka sedalam itu mencintai Adnan ? Bianka begitu terpukul , terpuruk , dan hancur kehilangan Adnan . Atau ... Atau mungkin itu hanya sebuah perasaan iba dari hatinya ? " Gumam. Raidan dalam hati .

Wajahnya terlihat gusar . Rambut acakan . Mata yang sedikit sayu kelelahan . Badannya yang tinggi seolah layu tak berdaya . Jalannya pun gontai .

Usai mengajukan permintaan pada dokter , Raidan langsung pulang lebih dulu . Dirinya rasanya sudah tak sanggup jika terus menerus melihat Bianka tersiksa begitu . Dan hatinya malah tak bisa diajak kompromi saat ini .

🌺🌺🌺

" Kak Dena . " Lirihnya pelan .

" Bi . Kebangun ya ? Maaf ya kakak ngak maksud buat bangunin kamu tadi . Tapi kakak cuman kasian liat kamu terpuruk gini . "

Bianka hanya menggeleng . Matanya masih saja jeli menatap Adnan yang masih berbaring .

" Kak , Adnan hidup lagi ? " Gumamnya berbinar . Tapi juga polos .

" Heh , bukan . Bukan hidup lagi . Tapi , " Dena terdiam sesaat . Rasanya sangat berat untuk melanjutkan perkataannya . Dengan tarikan nafas penenang , ia lanjutkan ucapannya , " Orang tua Adnan yang minta buat dipasangkan lagi alatnya . Sebenarnya kakak kasian sama Adnan . Harusnya kita bisa melepaskan dia pergi dengan ikhlas bukan malah membuat dia seolah hidup lagi . " Suaranya terdengar lirih terbebani .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kehendak TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang