Butuh waktu yang tidak terlalu lama untuk Putri Adara sampai di Kerajaan Ambarawa, mengingat jarak antara kerajaannya dengan Kerajaan Ambarawa sangatlah dekat.
Sesampainya di Kerajaan Ambarawa, Putri Adara langsung bergegas menuju ruangan Ratu Andira. Ia tau bahwa yang memintanya datang ke Kerajaan Ambarawa adalah perintah darinya, jadi ia langsung pergi untuk menemuinya.
"Bunda memanggilku kemari, apa semuanya baik-baik saja?" ucap Putri Adara seraya berjalan memasuki ruangan Ratu Andira.
Terlihat Ratu Andira tengah menyisir rambutnya seorang diri, Raja Andrian tak terlihat ada bersamanya.
"Bagaimana kabarmu Adara, Bunda sangat merindukanmu." ucap Ratu Andira dengan senyumannya.
Putri Adara membalas senyuman dari Ratu Andira, "Aku juga sangat merindukan Bunda, bagaimana kabar Bunda hmm? Bunda sehat kan?" ucapnya seraya memeluk Ratu Andira.
Ratu Andira menganggukkan kepalanya dan tentu dengan senyumannya yang tetap terulas di bibirnya.
"Kau sudah mendengar kabar tentang pernikahanmu? Apa kau bahagia dengan kabar itu hmm?" ucap Ratu Andira.
Mendengar itu Putri Adara langsung menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.
"Aku sangat bahagia Bunda, aku sangat bahagia." ucapnya.
"Kau mencintai El?"
"Apa wajahku menyiratkan bahwa aku mencintai orang lain selain putramu Bunda?"
Mendengar itu Ratu Andira hanya tersenyum, di satu sisi ia begitu bahagia jika Putri Adara lah yang nantinya akan menjadi menantunya, namun tak bisa ia pungkiri bahwa di sisi lain ia juga memikirkan perasaan putranya.
Ratu Andira sangat tau betul bahwa Pangeran Elbrata merasa keberatan dengan pernikahan ini, maka dari itulah ia meminta Putri Adara untuk ke Kerajaan Ambarawa, agar ia bisa berbicara dengan keduanya.
'Ku harap El juga mencintaimu.' batin Ratu Andira.
"El dimana bunda, aku sudah tidak sabar untuk menemuinya." ucap Putri Adara penuh semangat.
"Temuilah di ruangannya, mungkin saja dia ada disana. Nanti kalau sudah berbicara dengannya, kalian berdua langsung temui Bunda lagi ya."
"Baik bunda."
Putri Adara pun pergi meninggalkan ruangan Ratu Andira untuk segera menemui pujaan hatinya. Tak butuh waktu lama baginya untuk sampai di ruangan Pangeran Elbrata, namun sayangnya sahabatnya tidak ada di ruangannya.
"Pengawal, apa kalian tau dimana Pangeran Elbrata sekarang?" tanya Putri Adara kepada salah satu penjaga yang berdiri di pintu masuk ruangan Pangeran Elbrata.
Pengawal itu menunduk untuk memberikan hormat, "Pangeran Elbrata berada di taman kerajaan tuan putri, apa akan saya panggilkan dia kemari untuk menemuimu?" ucapnya.
"Tidak usah pengawal, aku yang akan kesana untuk menemuinya." ucap Putri Adara dengan senyumannya lalu pergi menuju taman kerajaan.
Sesampainya di taman kerajaan, benar saja disana terlihat sosok pria yang ia cintai. Segeralah Putri Adara menghampiri Pangeran Elbrata lalu duduk di sampingnya.
"Hey" ucap Putri Adara seraya menepuk pundak Pangeran Elbrata.
Pangeran Elbrata yang tadinya melamun akhirnya terkejut dengan tepukan dari sahabat kecilnya.
"Maaf mengagetkanmu." ucap Putri Adara.
Seulas senyuman terukir di bibir Pangeran Elbrata, akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba di hadapannya. Memang sejak tadi ia tengah menantikan kehadiran dari sahabatnya itu, ia ingin membicarakan tentang rencana pernikahan yang sama sekali tidak ia inginkan.
"Aku sudah menunggumu dari tadi, aku ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting padamu Dara." ucap Pangeran Elbrata.
"Benarkah?"
Pangeran Elbrata mengangguk.
"Tentang rencana pernikahan itu?"
"Iya, apa kau menyetujuinya Dara?"
"Hmm, aku-" ucapan Putri Adara terpotong.
"Sudah kuduga kau tidak akan menyetujuinya sama halnya denganku kan? Aku tidak setuju dengan pernikahan ini Dara, kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri, lalu bagaimana mungkin aku akan menikahi adikku sendiri? Aku sangat menyayangimu, tapi aku tidak mau jika harus menikahimu. Kau ingat dulu ketika kau menanyakan apakah aku mencintai seseorang? Sekarang kujawab iya Dara, aku tengah menyukai seorang gadis, aku mencintai seseorang Dara. Mungkin terlalu cepat jika aku mengatakan ini cinta, tapi sejak aku bertemu dengannya di pasar waktu itu, aku selalu memikirkannya. Bahkan sebelum bertemu dengannya, aku selalu memimpikannya. Lalu katakan padaku, bagaimana mungkin aku menikah denganmu, sedangkan hatiku sudah menjadi milik orang lain? Kau pun sama denganku kan? Kau dulu pernah mengatakan bahwa kau mencintai seorang pria, siapa pria itu? Ayo datangkan dia kemari dan kita batalkan rencana pernikahan ini bersama-sama." ucap Pangeran Elbrata tanpa mendengarkan ucapan Putri Adara sampai selesai.
Bagaikan disambar petir di sore hari, mendadak tubuh Putri Adara bergetar tak karuan. Ia tidak menyangka cintanya harus bertepuk sebelah tangan tanpa balasan dari seseorang yang ia cintai. Ia begitu bahagia akan khayalannya, sehingga ia lupa bahwa apapun bisa terjadi diluar khayalannya itu.
Putri Adara menjadi diam tak bersuara, ia tidak menyangka bahwa cintanya akan mencintai orang lain, ia kira dialah gadis yang selama ini sahabatnya cintai. Namun siapa sangka, ia hanyalah dianggap sebagai adik dan sahabat bagi Pangeran Elbrata.
Tanpa berniat mengeluarkan suara sedikitpun, Putri Adara mengulas senyum kecutnya lalu pergi meninggalkan Pangeran Elbrata sendirian. Ia ingin kembali ke kerajaannya, ia ingin menangis, menangis sekencang-kencangnya. Ia tidak tahan lagi untuk bisa tetap berdiri di Kerajaan Ambarawa ini, ia sudah tidak tahan.
"Daraaaaa, ada apa denganmuuuu?" teriak Pangeran Elbrata yang melihat sahabatnya berlari meninggalkannya tanpa berbicara sedikitpun.
'Apa ada yang salah dengan ucapanku?' batin Pangeran Elbrata.
Putri Adara berlari menyusuri lorong kerajaan dengan menangis, ia tak memikirkan para pengawal ataupun pelayan kerajaan yang tengah melihatnya, bahkan ia tidak sadar ketika ia hampir menabrak Putri Kiara.
"Hati-hati Adara, kau bisa jatuh." ucap Putri Kiara seraya memegang tangan Putri Adara.
Melihat Putri Kiara yang berada di hadapannya, Putri Adara langsung mengusap air matanya. Ia kembali mengulas senyuman, walaupun itu sangatlah menyakitkan.
Melihat keadaan dari Putri Adara membuat Putri Kiara kebingungan, ia tidak mengerti apa yang terjadi dengan Putri Adara hingga kondisinya menjadi seperti ini.
"Adara? Kau kenapa, kenapa menangis?" tanya Putri Kiara seraya membenarkan rambut Putri Adara yang sudah berantakan akibat ia yang berlari begitu cepat.
Tanpa berniat untuk berbicara, Putri Adara langsung memeluk erat tubuh Putri Kiara. Ia memeluknya sangat erat, karena saat ini yang ia butuhkan adalah pelukan hangat seseorang yang bisa menenangkan dirinya. Disaat itu juga ia kembali menangis, ia tidak mampu untuk bersuara.
Melihat itu, Putri Kiara juga langsung membalas pelukan dari Putri Adara dengan erat. Ia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dengan sahabat adik kesayangannya itu, yang ia tau saat ini harus memberikan pelukan erat agar ia bisa merasa sedikit tenang.
"Katakanlah padaku Adara, apa ada seseorang yang menyakitimu?" ucap Putri Kiara seraya menepuk-nepuk bahu Putri Adara yang tengah menangis.
'Kuharap ini tidak berhubungan denganmu El.' batinnya.
•••••
See you next time 🤍
![](https://img.wattpad.com/cover/313716950-288-k241291.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBARAWA : Curse Of Love
FantasiAkankah cinta harus berakhir lantaran maut yang memisahkan antara sepasang kekasih yang memang ditakdirkan untuk hidup bersama? Bagaimana menurutmu? Menurut sebagian orang, kematian mungkin merupakan akhir dari segalanya, namun ada juga yang percaya...