Firts time aku coba buat publish cerita akuu. diterima dengan baik kritik dan sarannya, asal dengan bahasa yang sopan ya teman-teman. boleh panggil aku bu aya:*
Happy Reading, Cintaku.
★★ prolog
Gadis dengan balutan gaun indah selutut dan tanpa lengan itu berjalan dengan sempoyongan, dibantu dua gadis yang nampak keberatan menahan berat badannya. Ia tak tahu bahwa dirinya dibawa ke kamar kosong, gadis itu adalah Shabira Meccana.
"K-kalian siapa?" tanya Shabira seraya menyipitkan matanya, memandang dua gadis yang sedang berdiri tak jauh darinya setelah ia di banting ke kasur king size. Pandangannya kabur sehingga ia tak bisa melihat jelas siapa mereka.
Kedua gadis itu tersenyum miring lalu meninggalkan Shabira sendiri di kamar villa, yang sudah terkapar dan pingsan setelah ia diberi minuman yang ternyata mengandung alkohol dengan kadar tinggi.
"Gua yakin deh Shal, Marko bersenang- senang malem ini," ucap salah satu dari dua gadis tadi seraya meninggalkan kamar tersebut tanpa menutup pintu, seperti yang ia rencanakan sebelumnya.
"Selamat menunggu detik-detik kehancuran, Shabira," ucap gadis yang dipanggil Shal itu dengan senyum penuh arti.
Setelah mereka jauh dari kamar yang ditempati Shabira, tiba-tiba seorang laki-laki memasuki kamar itu dengan sempoyongan juga.
"Argh! Gua kenapa? panas banget... shh!" ringisnya seraya memasuki kamar yang pintunya terbuka itu, yang ingin ia lakukan sekarang adalah membuka baju. Ia seperti kesetanan, badannya terasa sangat panas dan bergairah, pandangannya buram.
Setelah menutup pintu kamar tersebut ia melihat ada seorang gadis yang sedang mencoba bangun dengan wajahnya yang linglung. Badannya semakin panas dan keringat mulai bercucuran ingin mengeluarkan hasratnya.
Laki laki itu sudah tidak bisa mengendalikan dirinya lagi, hingga ia melakukan sesuatu yang tak harus ia lakukan kepada seorang gadis yang bisa merusak masa depan gadis tersebut.
***
Cahaya matahari menelisik masuk ke kamar villa yang penghuninya masih belum sadar akan pagi yang telah menyingsing.
Shabira mengerjap-ngerjapkan mata indahnya, kepalanya terasa sangat pusing dan berat. Saat ia bangun, ia merasa area bawahnya sangat ngilu dan ia baru menyadari bahwa tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun.
Gadis itu menolehkan atensinya ke tempat dimana cowok tampan dengan rambut yang acak acakan itu tengah terlelap dengan nyenyaknya, memamerkan tubuh atletisnya yang juga tidak mengenakan apapun.
"Lo apain gua brengsek?" teriak Shabira membuat laki-laki itu mengerjapkan mata dan terbangun spontan.
Air matanya mulai bercucuran mengingat bahwa dirinya sudah tidak suci lagi sekarang. Ia ingat terakhir kali dirinya sadar adalah bahwa dirinya sedang menghadiri acara ulang tahun teman seangkatannya di sebuah villa, dan ia tak mengerti kenapa ia berakhir di salah satu kamar villa dengan laki-laki yang tak ia kenal dan tanpa sehelai benang pun.
Tenggara Ar Pandegas, laki-laki itu sama terkejutnya saat melihat bahwa ia telah meniduri anak gadis orang.
Tenggara menarik selimut dan menutupi bagian atas tubuh Shabira yang terekspos. Sungguh ia tidak tahu apa yang terjadi semalam hingga ia berakhir seperti ini.
"G-gua, gua ga inget." Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya membuat hati Shabira makin mencelos. Keluarganya hancur, pertemannya hancur, dan sekarang mahkotanya pun ikut hancur.
"Gua akan tanggung jawab," ucap Tenggara dengan cepat.
"Gua mending mati anjing!" teriak Shabira yang sudah sangat prustasi dengan perjalanan hidupnya. Masa depannya hancur dalam semalaman. Ia tidak tahu perbuatan apa yang telah ia lakukan hingga dihukum seberat ini.
Tangannya yang penuh dengan bekas luka itu menjambak rambutnya dengan kesetanan, membuat Tenggara yang melihat itu menjauhkan tangan Shabira dari kepalanya.
Shabira terlihat sangat terpuruk membuat Tenggara merutuki kebodohannya.
Tanpa aba-aba dirinya memeluk Shabira dengan erat hanya untuk menenangkan gadis itu, dan tentu saja Shabira berontak dengan hebat. ia memukul dada bidang Tenggara yang tak terbalut apapun.
"Lo cowok brengsek!"
"Lepasin gua brengsek!"
"Lo udah hancurin masa depan gua, gua mending mati!"
"Gua cape, semuanya hancur. Semua yang gua punya selalu direnggut, termasuk kesucian gua! argh! Gua salah apa anjing?"
Shabira terus berteriak seperti orang kesetanan dipelukan Tenggara. Cowok itu tak ada niatan untuk menjelaskan bahwa ia pun dalam keadaan tidak sadar melakukannya, ia pasti dijebak.
Pertama kalinya Tenggara menyentuh perempuan selain bundanya. Karena Tenggara paling anti disentuh wanita, ia laki-laki yang terlampau dingin dan cuek.
"Sorry," bisiknya.
"Gua mau mati," lirihnya yang sudah lemas dan tidak ada tenaga lagi untuk memukuli Tenggara.
"Gua akan tanggung jawab dan nikahin lo," ucap Tenggara tanpa pikir panjang, walaupun dalam hatinya berteriak keras bahwa ia tak siap jika harus mengatakan ini kepada bundanya.
"Tolong jangan buat semuanya menjadi rumit dengan lo nolak pertanggung jawaban gua."
***
"Gimana Ko semalem? Lo seneng-senengkan sama Shabira?" tanya gadis yang sedang meminum secangkir teh di balkon rumahnya, seraya menempelkan benda pipih itu di telinga. Ditangannya terdapat beberapa lembar foto.
"Lah gua kan udah bilang sama Beby, Shal. Gua ada urusan urgent, dan gua suruh batalin dulu rencana kali ini,"
Ucupan Marko membut Shala membelalak dan tersedak minumannya.
"Jadi yang di foto itu bukan lo?" tanya Shala dengan wajah terkejutnya.
"Foto apa si, Shal? Jangan-jangan lo ga ikutin intruksi gua ya?"
Shala mematikan sambungannya sepihak, ia kembali melihat foto-foto yang diambil oleh orang suruhannya. Terlihat Shabira keluar kamar villa bersama seorang laki-laki yang ia anggap adalah Marko, karena laki-laki itu membelakangi kamera.
"Walaupun bukan Marko gua yakin lo pasti udah ngelakuin itu. Foto ini gua jadiin senjata buat ngehancurin lo," ucapnya dengan senyum penuh kemenangan.
***
Gimana prolog nya? Yakin ga penasaran sama kisah Shabira ke depannya? Yang udah pasti banyak yang akan bikin kalian, 'hah ini serius?'Jangan lupa tinggalin jejak ya biar aku semakin semangat publish ceritanya. Sehat-sehat orang aring.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Caffein
Teen Fiction"B-biya udah rusak, Ma." Ketika gadis dengan trauma mental dipertemukan dengan laki-laki yang tak di kenalnya di sebuah kamar villa dengan keadaan tak sadar karena pengaruh obat dan alkohol. Laki-laki dingin, pelit ekspresi yang menyimpan sejuta luk...