6. Effort

128 11 1
                                    

Happy Reading, Cintaku.

★★ Effort

Semua orang berkerumun hanya untuk menyaksikan pertengkaran Feisya si cewek famous dari kelas IPS dan Shabira si murid baru. Masalahnya tidak jauh dari Feisya yang cemburu melihat kedekatan Shabira dengan Tenggara, laki-laki yang ia incar dari kelas 10.

"Lo tuh disini murid baru, ga usah cari masalah deh. Ga usah caper!" tuduh Feisya.

Feisya merebut gelas teh yang sedang Shabira minum lalu ia siram ke baju Shabira dengan entengnya. Saat Shabira akan berdiri untuk meluapkan amarahnya, tiba-tiba Tenggara datang membuat seisi kantin riuh.

"Tenggara, dia suka gatel kan sama kamu? makanya aku kasih dia pelajaran," ucap Feisya dengan nada lembutnya.

Tanpa menanggapi Feisya, Tenggara langsung membawa gelas teh yang berada di hadapan Sapina, lalu menyiram kepala Feisya dengan perlahan-lahan.

"Lo yang gatel. Minimal punya harga diri kalo ga punya malu." Ucapan singkat yang mampu membuat Feisya dan seisi kantin terdiam. Feisya itu termasuk dari salah satu cegil yang menyukai Tenggara, tingkahnya seakan bahwa Tenggara hanya miliknya padahal laki-laki itu tidak pernah menggubris siapapun yang mendekatinya.

Shabira menutup mulutnya saat perutnya serasa di kocok-kocok, sehingga ia ingin memuntahkan semua makanannya. Shabira berlari menjauhi kantin berbarengan dengan Galen, Adnan, dan Kale yang baru saja memasuki kantin.

Tenggara berlari menyusul Shabira. Namun saat Sapina ingin ikut menyusul, Kale dengan tidak bersalahnya menarik kunciran gadis mungil itu hingga ia hampir terjengkang ke belakang.

"Disini aja, Cil," ucap Kale.

"Iya, kita kasih mereka waktu dulu," timpal Adnan yang diangguki oleh Galen yang mulutnya masih terus mengunyah makanan.

"Ya cara berhentiin gua nya ga sampe narik rambut tolol!" teriak Sapina yang kelewat kesal dengan Kale, lalu berjalan meninggalkan mereka, yang ia khawatirkan sekarang hanyalah Shabira.

"Cil, lo marah sama gua?" teriak Kale.

"Berisik, mulut lo bau neraka!" teriak Sapina tanpa mengalihkan pandangannya.

Disisi lain, Tenggara ikut memasuki toilet perempuan untuk membantu Shabira memuntahkan isi perutnya. laki-laki dingin itu memijat tengkuk Shabira dengan wajah paniknya yang tak pernah ia tunjukan sebelumnya.

Shabira mengangkat tangannya menyuruh Tenggara untuk berhenti, lalu membasuh mulutnya.

"Ganti baju lo!" suruh Tenggara seraya memberikan seragam sekolahnya dan ia hanya memakai kaos hitam polos yang memamerkan bisep di tangannya.

"Ga usah, gua bawa jaket di kelas," tolaknya yang masih dengan nada ketusnya

"Daleman lo keliatan," ucap Tenggara santai seraya memandang dada Shabira.

"Lo ga usah kurang ajar!" jawab Shabira seraya melindungi dadanya dari tatapan Tenggara.

"Pake makanya, ga usah pamer!" jawab Tenggara sedikit ketus.

"Atau mau gua pakein?" sambung Tenggara saat Shabira tak kunjung menerima uluran bajunya.

Mau tak mau Shabira pun menerimanya dan memasuki salah satu bilik toilet untuk berganti baju, dan Tenggara pun keluar dari toilet perempuan sebelum ada yang datang.

Ternyata di luar sudah ada Sapina yang menunggu Shabira keluar dengan was-was.

"Shabira mana?" tanya Sapina.

The CaffeinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang