9. Sisi Hancur

182 13 6
                                        

Happy Reading, Cintaku.

Sisi hancur

Pagi ini adalah pagi yang berbeda dari biasanya, karena ia terbangun di rumah mewah milik Tenggara. Hari pertama menjadi baby sitter Selatan.

Jam menunjukan pukul 6, ia bergegas untuk pergi ke dapur membuat sarapan untuk Tenggara dan adiknya. Ternyata sudah ada Bi Tanti yang sedang membersihkan dapur.

"Pagi, Bi. Tenggara belum bangun?" tanya Shabira.

"Pagi, Non. Den Gara agak susah dibangunin, setiap malam sepertinya bergadang," Jawab wanita paruh baya itu.

"Ih Bi jangan panggil aku non dong, aku disini sama-sama kerja juga kok. Panggil nama aja ya," ucap Shabira lembut yang diangguki patuh oleh Bi Tanti.

"Oh ya, Atan suka sarapan apa bi?" tanya Shabira yang sudah mendekati kompor, siap memasak. Lalu ia memakai celemeknya.

"Den Selatan suka banget sama nasgor, Neng. Apalagi buatan ibu Tifanny. Kalo Den Gara bibi kurang tau, soalnya apa aja suka dimakan, ga pernah protes," jelasnya panjang lebar.

"Oke deh, Bi. Aku mau bikin nasgor aja," putus Shabira.

"Bibi bantuin ya, Neng," tawar Bi Tanti.

"Eh ga usah Bi. Gapapa aku bisa kok, bibi masih banyak kerjaan kan? Lagian ini tugas aku, nanti kalo dibantuin malah makan gaji buta," tolak Shabira seraya terkekeh.

"Yasudah Bibi lanjutin bersih-bersih aja ya, selamat memasak Neng. Jangan lupa bangunin Den Gara biar ga kesiangan," ucap Bi Tanti yang diangguki oleh Shabira.

Ia fokus memasak menu sarapan pagi ini, mengikuti cara Tiffany yang memasak nasi goreng agar Selatan suka dengan rasanya. Sebenarnya ia sering memasak nasi goreng menggunakan resep Tiffany, tapi bedanya sekarang yang memakan masakan buatannya bukan hanya dirinya saja.

"Pagi Kak Biya," sapa Selatan yang masih memakai piyama.

"Hei, pagi. Pinter banget bangunnya pagi-pagi, Kakak Biya lagi masak nasgor kesukaan Atan, Atan mandi dulu ya nanti Kak Biya siapain seragam sekolahnya," ucap Shabira panjang lebar seraya menghampiri anak laki-laki itu, lalu berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Selatan.

"Ay ay Captain!" jawab Selatan semangat seraya mengangkat tangannya untuk hormat.

Shabira tersenyum dan mengacak-acak rambut Selatan gemas. "Atan bisa mandi sendiri ga?"

"Bisa dong. Dadah Kak Biya, Atan mandi dulu!" ucapnya yang diangguki Shabira.

Setelah Selatan pergi dari dapur, Shabira langsung menata menu sarapannya di meja makan. Jam menunjukan pukul 06.30 WIB. dan Ia akan membangunkan Tenggara.

Shabira melepaskan celemeknya lalu menuju lantai atas dimana kamar Tenggara berada. Setelah sampai di undakan tangga terakhir, ia memegang knop pintu yang bertulisakan 'Tenggara Area' dengan ragu-ragu.

Namun karena sudah diberi pesan oleh Bi Tanti, ia pun akhirnya memberanikan diri membuka pintu yang tidak dikunci itu.

Wangi maskulin menyeruak setelah ia memasuki kamar tersebut, keadaannya sangat gelap, dan ia berusaha untuk mencari saklar lampunya.

Setelah menyala, Shabira dibuat terkejut dengan Tenggara yang tidur tanpa memakai baju, seperti apa yang Selatan katakan. Selimutnya hanya sampai pinggang.

Badan atletis Tenggara selalu mengingatkan Shabira pada kejadian yang selalu ia lupakan itu, ini kedua kalinya Shabira melihat badan Tenggara tanpa ada halangan apapun.

The CaffeinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang