Happy Reading, Cintaku.
★★ Baby Sitter
Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, Shabira dan Sapina baru saja selesai mencatat materi yang ada di white board. Tenggara tentu saja sudah nangkring di depan kelas bersama Kale, bedanya cowok jangkung itu memakai jersey kebanggaannya.
"Lo pulang sama siapa?" tanya Shabira yang keluar berbarengan dengan Sapina.
Tenggara mendorong Kale hingga tepat di depan gadis mungil itu. "Sekalian Kale bawa jersey."
Alis Sapina menyatu tanda bahwa ia gagal paham dengan ucapan Tenggara.
"Rumah kalian searah kan? Lo bareng Kale aja, sekalian Kale bawa jersey nya," ucap Shabira menerjemahkan, membuat Tenggara senyum tertahan.
"Males, si Sapi badannya aja kecil, dosanya pasti berat. Ntar jok gua kelelep," celetuk Kale yang selalu tidak memfilter ucapannya itu.
"LAGIAN GUA GA SUDI BARENG PENGHUNI NERAKA JAHANAM KAYA LO!" teriak Sapina seraya berlalu dari sana, disusul Kale yang setengah panik.
"Dasar bocah tantrum," gumam Shabira yang masih menatap kepergian teman dekatnya itu.
"Gua mau basket dulu, lo ikut," ucap Tenggara tak mau dibantah.
Diluar dugaan Tenggara yang mengira bahwa Shabira akan merengek minta untuk diantar pulang, ternyata ekspresinya begitu antusias seperti baru saja mendapatkan uang 1M.
"Gua ikut. Lo ketua basket kan? Gua mau ikutan ekstrakulikuler basket, masukin gua dong, Gar!" mohonnya. Baru kali ini tak ada nada ketus di setiap kalimat yang ia ucapkan.
"Ada syaratnya," ucap Tenggara yang tiba-tiba muncul sebuah ide di otaknya.
"Syarat? Ga percaya gua sama modelan manusia kaya lo, udahlah gua daftar ke guru pembimbingnya aja," protes Shabira dengan wajah masamnya.
"Daftar aja, orang udah penuh. kecuali gua yang rekomendasiin," jawab Tenggara bangga seraya berlalu dari sana.
Shabira menyamakan langkahnya dengan langkah lebar Tenggara. Ia berjanji untuk mencapai prestasinya lagi dalam bermain basket, basket adalah dunianya.
"Yaudah syaratnya apa?" tanya Shabira akhirnya, yang membuat sudut bibir Tenggara terangkat samar.
"Syaratnya--"
"Kalo aneh-aneh gua ogah!" sela Shabira.
"Syaratnya lo harus jadi baby sitter Atan seminggu," ucap Tenggara yang tak mendapat reaksi apapun dari Shabira.
"Itu doang?" tanya Shabira meremehkan, selain ia menyukai anak kecil, jarak rumahnya dan Tenggara pun cuma 5 langkah.
Tenggara mengangguk mantap.
"Bunda sama Ayah lo?" tanya Shabira.
"Nyokap sama bokap gua mau keluar negeri ngurusin client sambil liburan. Gua bisa bayar lo selama seminggu itu," jelas Tenggara.
"Gampang, gua setuju," jawab Shabira.
Tenggara menghentikan langkahnya lalu membalikan badannya menghadap Shabira, lalu menyodorkan tangan.
"Deal?"
"Deal." Shabira menjabat tangan Tenggara dengan antusias.
"Semua ART gua liburin, sekalian lo ngurusin gua juga. Nyiapin sarapan, makan malem. Oh ya, kecuali Bi Tanti yang bakal bersih-bersih rumah sama nge- laundry baju." Penuturan Tenggara membuat mata Shabira terbuka lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Caffein
Teen Fiction"B-biya udah rusak, Ma." Ketika gadis dengan trauma mental dipertemukan dengan laki-laki yang tak di kenalnya di sebuah kamar villa dengan keadaan tak sadar karena pengaruh obat dan alkohol. Laki-laki dingin, pelit ekspresi yang menyimpan sejuta luk...