Tujuh

21 2 0
                                    

"Berhenti ka!"

Mendengar pekikan keras Sela, Bianca langsung memberhentikan laju mobilnya. Sela menurunkan kaca mobil, menimbulkan kepalanya disana.

"Kalo mau mati jangan disana! Mati kagak, cacat iya."

"Eh Sel, sumpah ya, Lo gila? Kalo dia marah gimana?" Alya berada di kursi penumpang, kalang kabut sendiri dengan aksi Sela.

Memang di antara mereka berlima Sela yang paling berani, karena sikap beraninya itu terkadang juga bisa membahayakan mereka.

Sela tidak menjawab dia masih memperhatikan laki-laki yang menghadang jalan mereka.

"Minggir!" titahnya, tapi laki-laki itu tidak menggubris perkataannya. Dia semakin melebarkan senyumnya. Geregetan sendiri jadinya.

"Apa semua anak SMA itu gila?" gumam Bianca, ia memperhatikan laki-laki itu dari ujung kaki sampai ujung rambut.

Sela baru menyadarinya, dari seragam lengan kanan laki-laki terdapat lambang Hermosa. "Mau Lo apa sih?"

"Dari tadi gua nungguin pertanyaan itu keluar," akhirnya laki-laki itu mengeluarkan suara.

Padahal tadinya Sela sudah mengira kalau laki-laki itu tunawicara.

"Mau gua... Lo jadi pacar gua,"

"Setres."

Dari pada memperpanjang masalah, Bianca memilih untuk berputar balik.

"Gila kok gua ngeri ya, tatapannya kek pedofil anjrot," ujar Alya, masih terbayang jelas dalam benaknya bagaimana caranya dia mengajak pacaran anak SMP.

"Lo kenal Sel?" tanya Bianca.

Saat Bianca memutuskan putar balik tadi, Sela jadi lebih pendiam. Tidak seheboh tadi. Apa laki-laki itu mengusik pikirannya?

"Gua? Ya enggak lah,"

.

____________

Tujuh

Pertemuan

____________

.


Senna memperhatikannya, dia tau apa yang sedang dalam pikiran gadis sebaya dengannya itu. Terlihat sangat waspada, Senna memperhatikan setiap sudut toko mini market, tidak ada cctv pantas saja gadis itu berani bertindak.

Senna masih terdiam, dia tidak tau harus bertindak seperti apa. Dia takut jika berteriak maka gadis itu akan dihajar warga, jika dia berdiam diri merasa kasihan terhadap karyawan yang harus menanggungnya.

Senna harus apa?

Dengan keberanian yang berhasil dia kumpulkan. Senna merebut tas ransel tempat dia menyimpan makan yang dicuri tadi lalu membawanya ke kasir.

Gadis tadi sudah menunggunya dari luar toko sambil melipat kedua tangannya di dada. Menatap sombong kearah Senna. Dia langsung merebut tas miliknya kembali.

"Enggak usah sok baik Lo!" sentaknya.

Senna mengerjap-ngerjap mata, dia salah apa sampai di sentak begitu. "Kamu enggak tau kata terimakasih ya?"

Gadis itu mendelik mendengar penuturan Senna. "Gua enggak butuh nasihat Lo!"

Sela Yolanda, begitulah nama yang tertera pada nametag seragamnya. Senna menyadari sesuatu bahwa seragam yang dia kenakan sama dengan gadis itu. Itu artinya mereka bersekolah di sekolah yang sama.

Senna mengulurkan tangannya, "Nama aku Senna, kamu siapa?"

Sela menautkan alisnya, dia bukan tipe orang yang mudah di ajak berkenalan. Tanpa menghiraukan ucapan Senna gadis itu melengos pergi begitu saja.

"Ih kok enggak di jawab sih! Tunggu aku!" Senna berlari mengikuti langkah Sela.

"Aduh!" ringisnya. Ketika gadis yang ia kejar berhenti tepat didepannya.

"Enggak usah ikutin gua!"

Senna tertegun. Wajah bak malaikat itu berkaca-kaca, ini pertama kalinya ia dibentak. Entahlah emang pada dasarnya mentalnya sangat lemah menyangkut hal ini.

"Aku cuma mau kenalan... " ujarnya lagi, tidak ada kata menyerah dalam kamusnya. Senna tau bahwa gadis yang baru ia temui sebenarnya gadis yang baik ya walaupun ia baru menemuinya 5 menit yang lalu. "Dari seragam, kayak kita satu sekolah... Aku cuma mau ngajak temenan, enggak ada yang mau temenan sama aku." lanjutnya.

Sela mengerutkan kening, teman ya... Lalu ia tersenyum tipis. "Sela, nama gua Sela."

Senna tersenyum senang ia mendongak menatap manik seraya berjabat tangan. Ia kenal Sela, hanya sekedar nama. Gadis paling populer diangkatanya, gadis yang selalu dibicarakan oleh laki-laki di kelasnya. Dan gadis yang selalu ia impikan untuk sekedar berteman.

Akhirnya impian itu tercapai.

-tbc-

Cerita hanya fiktif belaka,   ambil sisi positif buang jauh-jauh sisi negatif.

jangan lupa vote dan komen, aku sangat mengapresiasi sama pembaca yang tau cara menghargai.

Kritik dan saran diterima dengan lapang dada, pakai bahasa yang sopan ya.

Salam hangat, Queenchy

Trouble makers; Bad girlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang