sembilanbelas

6.8K 633 156
                                    

[-]

Pukul sebelas lewat lima belas menit. Sorak kemenangan disuarakan, diperoleh dari tim basket sekolah Jeno dan Jaemin.

Setelah berpelukan antar tim dan sesi foto bersama, beberapa memisahkan diri untuk bertemu dengan teman ataupun keluarga yang ikut menonton, termasuk Jeno.

Jeno menghampiri Nana dan Minhee. Dengan senyum lebar, Jeno mempercepat langkahnya. Tubuhnya ia tubrukan begitu saja pada tubuh Minhee, memeluknya erat dan tersenyum senang. Nana diam memperhatikan di sebelahnya, kalimat selamat yang hampir diucapkan, ia telan kembali mentah-mentah. Takut merusak suasana, lebih takut lagi diabaikan.

[-]

Jarum pendek hampir menunjuk pukul empat, Nana sedang asik dalam dunia mimpinya. Setengah jam setelah diumumkannya kemenangan, Nana beranjak pulang bersama Minhee sedangkan Jeno merayakan kemenangan bersama tim basketnya.

Ia terbangun karena seseorang membuka pintu kamar dan setelahnya menarik selimut yang membalut tubuh Nana, dahinya mengernyit sebelum kelopak matanya terbuka perlahan.

"Udah pulang?" Gumam Nana, setengah sadar.

"Udah. Bangun yuk, mau pergi makan malem diluar." Jeno membantu Nana untuk duduk dengan menarik tangannya, setelahnya Jeno juga merapikan surai Nana yang terlihat sedikit berantakan.

Nyawanya sudah hampir terkumpul sepenuhnya, Nana pun beranjak mandi.

[-]

Nana sedikit terkejut melihat Jeno yang masih di kamarnya, tepatnya terduduk tepian kasur sang pemilik kamar.

"Kirain udah ke bawah."

"Bareng lo aja." Jawab Jeno, berdiri dari duduknya mengikuti langkah Nana yang ingin keluar setelah mengambil ponselnya.

Jeno menahan lengan Nana sebelum gagang pintu berhasil diraih. Yang lebih muda membalikkan tubuhnya dengan pandangan bingung.

Nana terkejut dengan mata yang terbelalak setelah Jeno dengan tiba-tiba menarik tangan dan membawa tubuh itu ke dalam pelukan.

"Lo belum ngucapin apa-apa ke gue."

Nana menetralkan detak jantungnya setelah kagetnya datang tadi. Nana terkekeh, tangannya terangkat memberikan tepukan-tepukan kecil pada punggung tegap Jeno dengan beberapa kata selamat terlontar dari mulutnya yang tak berhenti mengembangkan senyum.

"Jangan lupa traktir gue." Adalah akhir kalimat Nana sebelum melepas peluknya.

"Gampang. Lo atur aja dah, nanti kita pergi berdua kemana yang lo mau." Balas Jeno.

Senyum Nana masih bertahan bahkan semakin lebar, "Loh Minhee gimana?" Tanya Nana walau awalnya sedikit ragu.

Jeno membuka pintu kamar, melangkahkan kakinya keluar. "Udah kok tadi."

Senyumnya perlahan luntur.

[-]

Pukul empat lewat dua puluh menit, mereka memulai perjalanan menuju pantai yang kurang lebih memakan waktu satu setengah jam.

Menyantap seafood diwaktu menjelang petang, ditemani semilir angin pantai dan matahari yang mulai hilang diujung barat memang pilihan terbaik.

Tepat sebelum matahari tenggelam, mereka sampai, mendudukkan diri pada sebuah meja. Mereka berlima, mulai sibuk masing-masing sembari menunggu pesanan datang.

Mama dan Papa memisahkan diri menuju bibir pantai, merasakan air ombak yang beberapa kali menyentuh kaki sembari mengobrol ringan.

Jeno dan Minhee yang tengah asik berbincang dan Nana yang mengeluarkan ponsel untuk membuka kamera, memotret keadaan sekitar.

Nana tak bisa masuk ke dalam topik obrolan diantara dua orang di sebelahnya, tak lama ia ikut memisahkan diri, mencari objek foto lain.

Niatnya menghampiri sang Mama Papa urung tatkala matanya menangkap kedua orang itu tengah bercanda dan asik berbincang. Nana tak ingin mengganggu, ia memotret dari kejauhan sebelum pergi ke sisian lain.

Nana mematikan ponselnya, mendudukkan diri di sebuah bangku yang disediakan, matanya fokus pada dua orang anak kecil yang mungkin terpaut umur beberapa tahun–asik membangun istana pasir.

Ada setitik rasa iri melihat kedua kakak beradik yang terlihat akur, asik pada dunia yang mereka ciptakan.

Teringat akan masa kecilnya, Nana terbiasa sendiri, papa sibuk bekerja dan mama yang dulu masih sering berpergian untuk menemui teman-temannya. Kebiasaannya dari dulu hanya tidur siang karena keadaan rumah yang sepi, tak bisa melakukan apapun dan bangun saat terdengar suara mama yang sudah pulang, membawa banyak cemilan untuknya.

"Judulnya acara keluarga, udah disini juga ujung-ujungnya pada asik sama partner masing-masing anjing." Gumamnya, menghela napas kesal.

[-]

nikmati yang ada dulu aja.

Step Brother's [nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang