satu

20.5K 2.1K 278
                                    

[-]

Nana sedang dilanda suasana canggung, ingin membuka obrolan ringan tetapi bingung bagaimana memulainya, keduanya tengah berada di dalam ruangan yang sama yang tak lain adalah kamar Nana.

Jeno yang duduk di kursi meja belajar Nana dan empunya yang menyender pada headboard kasur.

Keduanya belum mengobrol sejak makan malam, Nana sedikit berinisiatif karena mau tak mau Jeno akan menjadi saudaranya.

"Jen." Panggil Nana tanpa embel-embel 'kakak' karena karena usia mereka yang hanya berjarak empat bulan. Darimana Nana tau? Tentu saja Papanya.

Jeno bergumam, mengalihkan pandangan dari ponselnya.

Nana membuang muka, sedikit salah tingkah.

"Lo.. Keberatan gak kalau tidur di bawah?"

"Eh? Bego!" Batin Nana mengumpat karena merasa bodoh degan pertanyaan itu. Dimana sopan santunnya sebagai Adik?

"Bawah?"

"Eh? Anu.." Nana memainkan ujung piyamanya, bingung ingin menjawab apa.

"Maksud lo lantai? Kenapa? Gue rasa kasur lo muat untuk 2 orang."

"Kita kan.. Sama-sama cowo."

Jeno mengernyit bingung, "Terus kenapa?"

"Ya kalau lo cewe gapapa deh tidur seranjang, lo cowo Jen." Alasan gila.

Jeno hanya terkekeh heran dengan penuturan Nana, menampilkan mata bulan sabitnya membuat Nana tertegun untuk beberapa saat karena baru pertama kali melihat senyumnya.

"Emang udah liat?" Jeno beranjak dari duduknya.

"Eh? Huh? Liat? Apanya?" Nana sedikit panik, ia menggeser duduknya karena Jeno yang mendekat. "Woy lo ngapain?!"

"Apa? Gue mau minta selimut. Lo nyuruh gue mati kedinginan tidur di lantai tanpa alas?" Tanya Jeno melipat tangannya di dada.

Nana mengerjap, detik berikutnya ia baru tersadar dari pikiran bodohnya, "Oh iya bentar." Ia beranjak dan mengambil sebuah selimut tebal serta bantal dari dalam lemari.

Jeno menerimanya, membentangkannya di lantai yang dingin dan segera tidur guna meluruskan badannya yang lumayan pegal.

"Sorry Jen." Cicit Nana dari tempat tidur.

"Hm, senyaman lo aja."

Tok Tok

"Na.."

Nana terperanjat mendengar suara Papanya, ia menggoyangkan lengan Jeno yang sudah mulai tertidur brutal.

"Kenap-" Belum sempat Jeno bertanya, Nana sudah menariknya beserta selimut dan bantalnya yang ada di lantai ke atas kasur.

"Kenapa?" Tanya Jeno yang sudah duduk di sisi kasur.

Tok tok

"Nana.."

"Masuk Pa, ngga Nana kunci!"

Cklek

Siwon menyipitkan matanya melihat 2 buah selimut di tempat tidur, "Kamu ga nyuruh Jeno tidur di lantai kan?"

"Ngga lah! Ini Nana mau ganti selimutnya sama yang baru. Papa ngapain kesini?"

"Oalah. Ga ada, iseng aja mau liat kalian."

"Ck, sekarang udah liat kan? Yaudah sana turun, tidur, Mama udah nungguin di bawah." Nana beranjak dan mendorong Papanya keluar kamar.

"Makin ilang aja akhlak kamu Na. Yaudah Papa turun ya Jen."

"Iya Pa."

"Loh kok cuma Jeno?" Protes Nana.

"Bodo, anak gue cuma Jeno."

"Halah si bapak udah tua makin banyak drama, udah ya Nana tutup pintunya, mau tidur nih, bye Pa." Detik berikutnya pintu tertutup, Siwon terkekeh, menggelengkan kepala melihat tingkah anak manisnya itu.

"Kenapa liat-liat? Udah sana tidur." Ucap Nana sedikit ketus, merebahkan dirinya membelakangi Jeno.

"Gue tidur disini?"

"Di balkon!" Jawabnya bersamaan dengan dirinya yang tenggelam dalam selimut.

Jeno sedikit terkekeh, ikut merebahkan dirinya membelakangi Nana dan menarik selimut yang berbeda.

"Good night Na."

"Hm." Gumam Nana.

[-]

Sial gue gemes sendiri bayanginnya

Step Brother's [nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang