delapanbelas

8.4K 897 87
                                    

100k readers.. demi apa.. thanks yang masih setia ngikutin cerita ini..☹️❤️♾

BY THE WAY kalian bebas bayangin minhee itu siapa aja, kalau bisa jangan bayangin minhee member cravity ya, ga tega aku😭

maaf selalu update tengah malam👍🏼

[-]

Yoona dan Nana bersamaan menuruni tangga, kembali ke ruang tengah.

"Udah? Yuk berangkat." Siwon beranjak terlebih dahulu diikuti yang lainnya.

"Eh Mama aja yang duduk di belakang sama Nana."

"Jangan tante, aku aja sama Jeno yang di belakang, Tante sama Nana di tengah." Tahan Minhee.

"Udah gapapa." Yoona mendorong Nana perlahan menyuruhnya masuk terlebih dahulu, Nana menghela napas jengah.

Setelah duduk Nana mengeluarkan earphone dari saku, memasangnya dan menyalakan lagu dengan volume besar. Ia menyenderkan badannya, memejamkan mata perlahan.

[-]

Selang beberapa saat, mereka sampai pada tempat tujuan dan beranjak setelah Siwon memarkirkan mobilnya.

Nana mendekati sang Mama, menarik ujung bajunya, "Aku pesen jus aja ya." Bisiknya.

"Ga makan?"

Nana menggeleng sebagai jawaban.

"Emang kamu udah makan?"

Nana tak langsung menjawab, namun akhirnya mengangguk mengiyakan setelah Yoona mengulang pertanyaannya.

"Masa? Makan ya? Ga enak tau masa kamu sendiri yang ga makan." Bujuk Yoona meraih punggung tangan anaknya untuk ia genggam.

"Yaudah." Nana mengangguk saja, menarik tangannya pelan karena ingin pergi ke toilet.

Tak ada alasan tertentu, Nana hanya berdiri dan memandangi pantulan dirinya di cermin, pintu yang terbuka menandakan ada orang masuk merebut atensinya.

Jeno berjalan kearahnya, menyalakan keran dan membasuh tangan. Entah hanya perasaan Nana atau memang atmosfer diantara mereka yang terasa sangat canggung. Nana ikut menyalakan keran, membasuh tangan dan wajahnya.

"Lo kenapa?" Jeno membuka percakapan, menghentikan kegiatan Nana. Keran perlahan dimatikan, Nana melirik Jeno sebentar sebelum menarik dua lembar tisu.

"Kenapa apanya?"

"Diem aja daritadi, sakit?"

"Apasih ngga." Nana reflek menepis punggung tangan Jeno yang secara tiba-tiba hinggap di pipinya, mengecek suhu.

"Terus? Marah sama gue ya?"

Nana kembali melirik Jeno, kali ini menatapnya dengan serius sebelum tawanya pecah.

"Gue gapapa anjir." Nana melangkah melewati Jeno, keluar dari toilet yang kemudian disusul Jeno di belakangnya.

Tak lama terasa beban yang hinggap di pundaknya, Jeno merangkul Nana menuju meja mereka.

Step Brother's [nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang