dua

18.5K 2.1K 212
                                    

[-]

Nana bangun seorang diri, tak menemukan Jeno di sampingnya, ia melirik jam dinding dan sedikit kaget melihat jarum pendek yang menunjuk angka sepuluh, tumben dirinya bangun sedikit siang padahal tadi malam tidak begadang.

Nana merenggangkan tubuhnya dan beranjak dari kasur menuju lantai bawah, tak lupa melipat selimut yang dipakainya dan mematikan AC.

"Nana ga dipanggil, lupa sama anak sekarang?" Cibirnya melihat Mama yang sedang mencuci peralatan makan dan Jeno yang membereskan meja sehabis dipakai untuk sarapan dan tentu saja tanpa Nana.

"Kamu tebak udah berapa kali Mama bolak balik naik turun buat bangunin kamu? Tidur serasa mati, susah di bangunin."

"Gatau Nana capek." Ia mendudukkan dirinya di meja makan dan menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan, masih mengantuk.

Mata Yoona memicing, "Abis ngapain kamu?"

"Mimpi dikejar titan." Jawabnya asal.

kemaren ada yang komen mimpi dikejar titan, mimpinya ku pake ya<3

Yoona menghela napas jengah, "Yaudah sekarang mau makan apa ngga?"

Nana menegakkan dirinya semangat, "Mau lah! Tolong ambilin dong Kak Jen." Ucapnya sengaja menekat kata 'Kak'

"Ambil sendiri! Kaki kamu masih utuh belum diambil sama Tuhan." Nana bergidik ngeri, lantas beranjak dari duduknya dan mengambil sepiring nasi beserta lauknya.

"Cepetan makannya, mau ikut gak kamu?"

"Kemana?"

"Beli beberapa kebutuhan bulanan dan kebutuhan Jeno."

"Aku di beliin juga gak?"

"Ya makanya Mama tanya mau ikut apa ngga? Kalau ngga yaudah ga ada yang dibeliin buat kamu."

"Iyaiya tunggu sebentar."

"Lama tinggal." Yoona berlalu pergi diikuti Jeno di belakangnya.

"Heh Jen!"

"Apa?"

"Sini bentar." Nana melambai dan menepuk kursi di sebelahnya, Jeno menurut tanpa pikir panjang.

"Kenapa?"

"Tungguin, nanti gue ditinggal beneran kalau lo siap duluan." Ucap Nana setelah menelan sesendok nasi, Jeno tersenyum simpul, menepuk pelan surai Nana dan lagi-lagi menurut.

"Ish apasih." Nana merenggut, sedikit menggeser bangkunya agar membuat jarak.

[-]

"Na inget umur, berhenti merengek jangan kayak bocah." Yoona mencubit pelan pinggang Nana, menariknya menjauhi jejeran rak berisi makanan manis.

"Ma, please ini tuh jajanannya lagi viral! Nana mau nyobain.."

"Pokoknya ngga! Kamu belakangan ini lagi sering sakit gigi, kalau udah sakit bakal ngerepotin orang serumah."

"Please ma.. Cuma sekali.."

"Ada apasih?" Tanya Siwon yang melihat wajah cemberut Nana dan Yoona yang masih mengomel. Ia beralih menaruh minyak goreng yang habis di ambilnya ke dalam keranjang diikuti dengan Jeno yang menaruh sabun cuci.

"Anak kamu tuh susah dibilangin, maunya makan manis mulu."

"Nana mau apa?"

"Mau jajan itu, tapi sama Mama ga boleh.." Nana menunjuk makanan tadi dan bergelayut manja di lengan Siwon, meminta pembelaan.

Yoona menghela napas, "Udah yu Jen kamu sama Mama aja temenin ke rak belakang." Ia menarik lengan Jeno meninggalkan Nana dan Siwon yang mulai berdebat kecil.

[-]

"Na tolong bawain plastik sabun ya." Perintah Yoona yang sudah membawa kantong besar di masing-masing tangannya.

Nana tak menjawab dan berlalu begitu saja memasuki rumah, masih merajuk perihal keinginannya yang tidak di turuti.

"Na bantuin heh!" Teriak Siwon.

Nana melambaikan tangannya, tak melirik sedikitpun dan langsung naik ke kamarnya, karena lelah dirinya langsung mandi setelahnya berniat untuk tidur sebentar. Sejujurnya ia lapar tapi terlalu gengsi untuk meminta makan pada mamanya.

[-]

Nana terbangun pukul sebelas malam, perutnya keroncongan, dirinya membuang jauh perasaan gengsi, dirinya lapar, toh orang rumah mungkin sudah pada tidur. merenggangkan tubuhnya, kemudian beranjak menuju dapur untuk membuat mie instan.

Nana mengernyit melihat pintu kamar Jeno yang tidak tertutup rapat sehingga mengeluarkan sedikit cahaya lampu dari celahnya.

Penasaran, Nana berjalan perlahan dan membuka sedikit pintu kamar itu.

"Oy Jen, ga tidur lo?" Nana melebarkan pintu melihat Jeno yang tengah membaca buku tebal di atas kasurnya.

Melepas kacamata baca, Jeno menutup dan menyimpan bukunya, lantas menghampiri Nana yang masih berdiri di ambang pintu.

"Kenapa?"

"Belom mau tidur kan?" Tanya Nana yang ditanggapi gelengan kepala dari lelaki di hadapannya.

"Good, sekarang temenin gue ke bawah." Tanpa meminta persetujuannya, Nana langsung merangkul bahu Jeno sokap dan menariknya turun.

"Ngapain?" Tanya Jeno tetapi tidak menolak mengikuti langkah Nana.

"Masak mie." Nana melepaskan rangkulannya saat tiba di dapur, ia membongkar plastik belanjaan namun tak menemukan satupun mie di dalamnya. Padahal Nana ingat betul keluarga mereka baru saja membeli mie instan dengan jumlah yang banyak.

"Lo tau Mie dimana Jen?" Tanya Nana mengalihkan tatapannya dari plastik yang beberapa barangnya sudah berceceran pada Jeno yang juga tengah menatapnya dari Pantry dapur.

Jeno menggeleng, "Lo yang punya rumah."

Nana berdecak kesal, beralih pada laci di atasnya. Ia semakin merenggut melihat tumpukan mie instan yang sengaja di taruh pada laci teratas. Terlalu tinggi untuk digapai.

"Mama mau gue mati kelaperan kayaknya." Gumam Nana berkacak pinggang. "Jen tolong ambilin dong." Bibir Nana mengerucut, membuat tatapan semelas mungkin.

Kenapa harus membuang tenaga dengan memanjat jika ada Jeno yang bisa dimanfaatkan?

"Muka lo ga usah kaya gitu, mau yang mana?" Tanya Jeno sebelum mendapat kalimat protes Nana karena mengusap kasar wajah melasnya.

Nana tersenyum senang, mengisi air pada panci dan menaruhnya di atas kompor yang menyala.

"Apa aja yang penting mie rebus, tiga ya Jen."

"Tiga?"

"Ck, mana cukup gue cuma makan satu. Dua buat gue satu buat lo kalau mau, gue bikinin untuk hari ini."

Jeno mengangguk mengerti, lantas mengambil empat buah mie instan dengan rasa yang sama.

"Ko empat?"

"Lo aja satu ga cukup, apalagi gue?"

[-]

eum, hi
tbh cerita bxb lebih cepet dapet vote dari cerita bxg😳

btw makin kesini nana keliatan makin seme ya hehe

Step Brother's [nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang