04.

4.9K 422 12
                                    

Happy reading!
🎮💘🎮

Iring iringan mobil yang Rusma tumpangi berhenti di depan pagar hitam tinggi dan menjulang. Matanya melirik sekitar pelataran tempat, pagar rumah dan tembok yang membentengi rumah yang belum bisa Rusma lihat bentukannya seperti apa, tampak elegan dengan warna putih hitam yang dikombinasikan dengan amat baik.

Terlebih saat pintu gerbang mulai terbuka secara otomatis. Taman yang cukup besar di sisi kiri dan kanan jalan yang Rusma lalui menuju rumah yang tampak kecil dari jarak sejauh ini. Dia melirik ke belakang, Rusma pikir begitu gerbang itu terbuka dia langsung sampai di depan rumah yang akan dia tinggali untuk kedepannya.

Nyatanya dia di sambut oleh taman besar yang dihiasi tanaman bunga dan pohon yang tidak terlalu besar berjejer di sepanjang jalan. Terlalu fokus menatap taman di sebalah kanan dan kiri membuat gadis itu hampir melewatkan patung besar lambang keluarga Darkara yang berdiri kokoh di tengah bundaran jalan.

Patung besar berbentuk segitiga yang dililit oleh rantai besar dengan senapan yang memiliki desain aneh di permukaannya berada di tengah tengah segitiga itu. 

Melihatnya, dia merasa tidak menyangka telah menjadi bagian dari keluarga besar itu.

"Silahkan turun nona."

Rusma tersentak kaget, dia menoleh ke samping dan menemukan seorang bodyguard tengah berdiri di samping mobil yang pintunya sudah di buka, tangan bodyguard itu terulur dengan leher yang tertekuk sedikit kebawah sebagai bentuk kesopanan.

"Terimakasih." Ujarnya setelah turun dari mobil.

Kepala gadis itu mendongak, menatap rumah mewah yang memiliki warna putih tulang. Bukan itu yang menjadi fokusnya, kira kira berapa tingkat rumah ini? Dilihat dari bawah rumah ini telihat sangat tinggi sekali.

"Mari nona."

Seorang pelayan menghampirinya. Pelayan itu menunduk memberi kode agar segera mengikutinya. Mata Rusma menoleh ke belakang, membiarkan mobil yang tadinya dia tumpangi di bawa ke samping kanan rumah besar di depannya, mungkin di sana letak garasinya.

"Mereka ngapain berdiri di sana?" Rusma bertanya heran, lantaran banyaknya perempuan berpakaian pelayan berjejer di sepanjang jalan masuk pintu utama. Kepala para pelayan itu menunduk dengan kedua tangan terletak di sisi tubuh.

"Itu biasa di lakukan untuk menyambut kedatangan para tuan rumah." Jelas pelayan yang Rusma duga sebagai kepala pelayan.

Gadis itu tidak tahan untuk mengelurkan decakan kagum, dia sudah merasa seperti presiden saja. Padahal dirinya hanya orang asing yang kebetulan bergabung dalam kelurga ini dengan cara yang tak terduga.

"Bukannya itu berlebihan?" Rusma berkomentar, dia melirik ke sisi kanan dan kirinya. Para pelayan itu tak bergerak sedikitpun, kepalanya tetap menunduk seperti patung walau Rusma sengaja menatap lama salah satu dari mereka.

"Bukan berlebihan, ini sudah menjadi kebiasaan dan kegiatan wajib para pelayan di kediaman Darkara." Kepala pelayan itu dengan sabar memberi pengertian.

Rusma mengangguk saja, agak kesal melihat beberapa undukan anak tangga lagi yang akan mereka naiki hanya untuk menuju pintu utama. Kenapa jaraknya jauh sekali? Ingin masuk kedalam rumah saja harus mengeluarkan keringat seperti ini.

GAUN PENGANTIN ITU TAKDIRKU💘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang