13.

4.8K 412 50
                                    

Happy reading.
🕊

Suara kicauan burung terdengar sangat merdu, sinar matahari berebut masuk kedalam kamar seorang cowo yang masih tertidur di atas ranjang. Sementara seorang perempuan sedang duduk di pojokan kamar, tampilannya cukup menyedihkan.

Kantung mata yang menghitam, bibir yang begitu pucat. Meski perempuan itu sudah mencoba menutupi dengan baju yang tertutup, ruam merah di sekitar lehernya masih terlihat.

Matanya gemetar saat membaca isi chat terakhir sebelum nomornya di keluarkan dari grup gang Vagos.

Saudari Rusma, peretas dari tim 2 resmi di keluarkan dari Vagos.

Kesalahan yang telah di perbuat:
1. Lalai.
2. Tudak menghadiri rapat.
3. Mengabaikan panggilan.

Tidak ada lagi tempat bagi saudari Rusma di Vagos.

Meski keluar dari Vagos adalah keinginannya. Tetapi dia ingin keluar dari Vagos secara baik baik, bukan seperti ini.

Ponselnya kembali berdering. Panggilan dari orang yang sama membuat Rusma mengabaika telpon itu dan membiarkan suara dering ponsel mengisi ruangan yang sangat sunyi. Membuat cowo yang berbaring di atas ranjang terbangun sembari mengerang.

Tanpa sadar Rusma menahan nafas. Dia menatap cowo itu yang perlahan membuka mata dan duduk di atas ranjang sedang mengumpulkan kesadaran.

Mata mereka bertemu.

"Ngapain?" Suara cowo yang tak lain Dzaka itu sangat serak.

Rusma tidak menjawab, dia hanya diam menunggu cowo yang tak lain Dzaka itu mengingat apa yang telah terjadi semalam.

Dzaka bingung, Rusma telihat seperti mayat hidup. Ketika otaknya mengulang kejadian semalam, cowo itu menelan saliva. Kakinya secara naluri berdiri dan berjalan menghampiri Rusma yang terduduk di pojokan kamar dengan keadaan yang mengenaskan.

Cowo itu berjongkok di depan Rusma, beberapa saat mereka hanya bertatapan tanpa melakukan apapun.

Tidak tahan lagi, air mata yang sedari tadi perempuan itu tahan tumpah begitu saja. Dia menunduk sembari terisak pelan, kejadian semalam tentu saja membuatnya sangat sedih dan terluka.

Bibir Dzaka kelu, dia menangkup wajah Rusma menarik perempuan itu untuk menatapnya. Jempolnya bergerak menghapus air mata Rusma yang terjatuh dengan deras.

"Gue gak menyesali apa yang terjadi semalam." Ujar Dzaka jujur. Meski terjadi dalam kedaan dirinya yang tidak sadar. Dia tidak akan pernah menyesalinya, Dzaka hanya merasa bersalah karena itu terjadi tanpa persetujuan dari Rusma.

Kejadian semalam adalah hal yang wajar di lakukan oleh pasangan suami istri. Tidak ada yang salah dari itu, orang tuanya juga tidak akan marah karena mereka adalah pasangan resmi.

Rusma diam, dia menatap Dzaka. Memang benar tidak ada rasa penyesalan sedikitpun yang tersirat dari wajah Dzaka. Rusma ingin marah tapi itu adalah kewajibannya sebagai sosok istri, meskipun Rusma tidak pernah menyetujui pernikahan ini. Tetapi sejumlah nominal uang yang di kirim kepada orang tuanya sebagai mahar tidak main main.

"Lo harus nganter gue ke dokter. Gue gak mau hamil di usia dini."

"Keluarga gue gak akan pernah ngizinin kalo tujuan lo untuk itu." Jawab Dzaka, cowo itu menatap lembut pada Rusma yang terlihat frustasi.

GAUN PENGANTIN ITU TAKDIRKU💘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang