P r o l o g

4.1K 120 3
                                    

~Happy Reading~

"Kak kita mau kemana?" Tanya Sheiza, Sheiza aciel Dolendray. Adik tiri dari Mayralin Dolendray, Ralin sangat membenci Sheiza sejak umur Sheiza menginjak tujuh tahun.

Karena saat umur Sheiza tujuh tahun, di sana semua di mulai. Penderitaan Sheiza yang di siksa oleh ibu dan kakak tirinya, dan Ralin yang harus di banding bandingkan oleh Ayah tirinya, lebih tepatnya Ayah Sheiza.

Sampai saat ini, kebencian terhadap Sheiza bukannya berkurang malah semakin bertambah saat melihat gadis kebanggaan Ayah tirinya itu tumbuh dengan wajah cantik dan kulit putih. Sedangkan Ralin harus tumbuh dengan wajah biasa saja dan kulit Sawo matang keturunan Ayah kandungnya, setiap hari pasti ia akan membuat kesalahan lalu mengkambinghitamkan Sheiza.

Ralin melirik sekilas ke arah Sheiza, "Gue mau jual lo, karena gue butuh uang buat beli mobil baru. Ayah ngak kasih uang ke gue karena gue bolos matkul tadi pagi, itu semua karena lo, SHEIZA!!!" Teriak Ralin.

"Aku minta maaf, kak. Aku ngak tau kalau kak Ralin ada matkul pagi, jadi aku ngak mau ganggu tidur kak Ralin!" Jelas Sheiza.

Ralin melihat kembali ke arah Sheiza, "apapun alasan lo, gue ngak mau denger. Intinya sekarang lo harus siap buat gue jual ke temen gue!"

Sheiza menggelengkan kepalanya, ia memberontak ingin lompat dari mobil. Ralin yang melihat itu menahan tangan Sheiza yang sedang berusaha membuka pintu mobil yang terkunci.

"BERHENTI NGELAWAN, ATAU LO MAU KITA MATI KARENA KECELAKAAN?!" Teriak Ralin marah.

Sheiza masih berusaha membuka pintu mobil, "AKU LEBIH BAIK MATI DARI PADA HARUS JUAL DIRI!" Balas Sheiza dengan teriakan yang tak kalah keras.

Kedua gadis itu masih bertengkar hingga tak melihat anak kecil yang sedang menyebrang, "KAK RALIN!!!" pekik Sheiza saat melihat  seorang gadis terpental jauh akibat tabrakan dari Ralin.

Citttt

"Gue ngak mau masuk penjara!" Ucap Ralin  yang menukar tempat duduk nya dengan Sheiza.

Sheiza yang masih syok langsung pindah ke tempat pengemudi, Sheiza melirik ke arah Ralin. "Lagi dan lagi aku harus bertanggungjawab atas apa yang ngak aku lakukan?" Tanya Sheiza.

"Lo hidup hanya untuk tunduk ke gue!"

Tok..

Tok..

"Keluar atau saya hancurkan kaca mobil kalian!" Titah seorang laki-laki yang berdiri di samping pintu mobil, tepat nya di sebelah Sheiza.

Sheiza mematung, ia yakin bahwa laki-laki itu adalah Ayah dari anak kecil tadi. Tanpa menunggu lama, gadis itu membuka kaca jendela mobil.

"Kalau sampai terjadi sesuatu terhadap calon istri saya, Siap-siap kamu berada dalam zona bahaya!" Tegas laki-laki itu lalu meninggal kan Sheiza yang masih mematung di dalam mobil.

Ralin yang terpaku melihat laki-laki itu hanya tersenyum, "Ganteng banget sih. Btw, Siap-siap mati muda!" Ejek Ralin pada Sheiza.

Sheiza hanya menundukkan kepalanya, ini kesalah pahaman yang bukan pertama kali terjadi. Gadis itu sudah sedari umur tujuh tahun melindungi kejahatan yang di lakukan oleh kakak tirinya.

Namun, entah kenapa kali ini ia merasa hal ini sangat lah fatal. Ia pasti akan di tuntut dan yang pastinya mendekam di penjara.

Ralin dan Sheiza turun dari mobil saat dua polisi berjalan ke arah mereka, "Siapa yang mengemudi?" Tanya salah satu polisi itu.

"Adik saya, pak. Maaf atas kecerobohan nya!" Dusta Ralin.

Sheiza hanya diam, walaupun dia melawan Ralin. pasti Sheiza akan kalah, Kakak tirinya itu penuh dengan tipu muslihat nya, sedangkan dirinya hanya gadis penyayang yang kelewat bodoh.

Polisi itu sempat ragu, "Anda yang mengemudi?" Tanya polisi itu.

Anggukkan dari Sheiza membuat polisi itu percaya, "Bisa ikut kami ke kantor polisi?!" Tanpa Lama-lama kedua gadis itu langsung masuk ke mobil polisi.

oooOooo

Sedangkan di rumah sakit, seorang anak kecil menangis meraung raung karena kehilangan calon ibu-Nya.

"Mommy  kenapa ninggalin aku, aku ngak mau kehilangan Mommy   lagi!" Tangis anak kecil itu.

Laki-laki yang berdiri di samping anak itu berusaha menenangkan sangat buah hati, "Tenang, kev." Ucap Ayah anak laki-laki itu.

Anak kecil itu pun pingsan akibat terlalu lama menangis, ia langsung di bawa ke ruang inap untuk di infus agar mengembalikan tenaganya.

Tidak terasa siang tadi telah berganti dengan sore yang mulai gelap, seorang laki-laki duduk di samping batu nisan calon istri nya. 'Tania Putri Hermansyah binti Ariffin Hermansyah.'

"Saya tidak akan mengampuni gadis itu, dia harus membayar mahal atas kepergian Mommy  kevan!" Tekad laki-laki itu beranjak pergi.

Ia tak menangis, tapi ada perasaan sesak di dalam hatinya saat melihat gadis yang selama beberapa bulan ini harus di timbun tanah di usianya yang baru menginjak umur 17 tahun.

Laki-laki itu berjalan ke tempat parkiran pemakaman, lalu ia membuka pintu mobil dan masuk. Laki-laki berumur dua puluh delapan tahun itu menghempaskan tubuhnya ke bangku kemudi.

Ia merogoh ponsel di dalam jasnya, "di mana gadis itu?" Tanya laki-laki itu ke seseorang di balik ponsel nya.

"Di kantor polisi, Tuan. Dia di tahan atas kecerobohan nya yang bertengkar dengan kakak nya di mobil hingga menyebabkan kecelakaan yang membuat Nyonya Tania meninggal!"

"Saya akan ke sana, siapkan pernikahan sederhana untuk lusa. Saya tidak ingin mendengar ada keluhan!" Titahnya langsung mematikan ponsel nya.

Laki-laki itu tersenyum smirk, "saya akan menjanjikan sebuah ruang luka yang sangat sulit untuk kamu lupa!"

TBC...





RAJASTHAN QAVINDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang