Gadis ceroboh

1.4K 111 43
                                    

~Happy Reading~

Pagi ini Sheiza sudah siap untuk pergi mencari peralatan untuk kuliah nya, Sheiza terpaksa harus pergi bersama salah satu orang kepercayaan Qavin, atau bisa di panggil Arlas.

"Arlas, saya sudah selesai. Nanti sebelum pulang mampir di pedagang kaki lima ya, saya mau makan." Pinta Sheiza pada Arlas.

Arlas pun mengangguk, sedangkan Sheiza yang duduk di samping Arlas hanya sibuk merenung sembari memikirkan kejadian tadi pagi.

Ia bahkan tidak percaya bahwa Qavin membuka pintu kamar mandi hanya karena kevan yang menangis setelah mencari Sheiza yang tidak kunjung ketemu, akhirnya dengan terpaksa Qavin membuka pintu kamar mandi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Jika di hitung, sampai sekarang Qavin tidak berbicara kepada Sheiza. Lama merenung akhirnya mobil pun sampai pada tujuan Sheiza, "Yok turun, biar saya traktir." Ajak Sheiza.

"Nyonya saja, Saya bisa makan di Mansion." Tolak Arlas halus.

Sheiza turun dari mobil, dan berjalan ke arah pintu mobil yang Arlas tempati. "Ayok, Nanti saya marah lhoh!" Paksa Sheiza menarik tangan Arlas.

Karena merasa menjadi pusat perhatian orang, dengan terpaksa Arlas langsung turun.

"Baru kali ini ketemu majikan yang mau makan semeja dengan bawahan." Batin Arlas.

Sungguh ia merasa senang karena pendamping tuannya sangat baik, tidak seperti wanita yang sering ia usir karena mendekati tuannya.

Sheiza mendengar setiap menu yang di dikatakan oleh penjual itu, lalu ia memesan Dua porsi nasi goreng, Dua porsi bakso mercon, dan Dua gelas Es teh manis.

"Saya senang bisa makan di sini, Apalagi ada yang nemenin." Ucap Sheiza guna membuat suasana tidak canggung.

Arlas tersenyum, "Saya malah Was-was, kalau Tuan tau Saya makan sama istrinya, pasti bakal marah besar." Timpal Arlas, rupanya mengobrol dengan istri tuannya itu tidaklah buruk, Gadis itu sangat baik dan mudah akrab.

Sheiza tertawa, "Tuan Qavin ngak bakal marah, kami menikah tanpa cinta. Jadi kamu ngak usah terlalu khawatir!" Kata Sheiza.

Arlas hanya menjawab dengan anggukan, ia tau hal itu. Tapi bagaimana pun juga Sheiza adalah istri tuannya jadi ia harus Was-was untuk tidak melakukan kecerobohan.

"Silahkan, Selamat menikmati." Ucap penjual itu setelah membawa pesanan Sheiza.

Dua puluh menit kemudian mereka selesai makan dan langsung bergegas pulang karena hari sudah mulai gelap, tanpa Sheiza sadari ia menjatuhkan Anting pemberian kevan di hari pernikahan nya.

Setelah sampai ke rumah, Sheiza langsung masuk dan menyapa Kevan yang duduk di ruang tamu. "Kev, kamu lagi ngapain?" Tanya Sheiza berjalan ke arah Kevan.

"Lagi nungguin, Mommy Shei"

Sheiza tertawa, "Mommy kira pas pulang ngak ada yang nungguin, padahal ada Pangeran Kevan yang nungguin." Ujar Sheiza mengelus pelan rambut lebat Kevan.

Bocah empat tahun itu melihat wajah Sheiza, lalu ia tak sengaja melirik anting yang di pakai Sheiza tinggal sebelah.

"Mommy, Anting pemberian Kevan satu lagi mana?" Tanya Kevan yang sudah ingin menangis.

Sheiza meraba telinga nya, dan benar saja anting sebelah kanan tidak ada. Gadis itu panik saat melihat Kevan yang menangis, "Kev, maafin Mommy." Pinta Sheiza merasa bersalah.

Kevan menjauhkan tubuhnya dari Sheiza, "itu milik Daddy, kevan ngambil itu di kamar Daddy." Cobaan apa lagi ini,  ingin rasanya Sheiza bunuh diri dan lenyap dari muka bumi.

Bocah yang sedang menangis itu pun berlari ke kamar nya, "pasti nanti malam tu singa bakal nyiksa aku." Gumam Sheiza tanpa sadar gumaman nya di dengar oleh seseorang.

"Of course!"

Sheiza terkejut lalu berbalik, "T-tuan?" Kaget gadis itu saat melihat Qavin yang kini sudah berdiri tepat di depannya.

Qavin menaikkan sebelah alisnya, "kenapa? Kaget kamu liat singa ada di sini?" Tanya Qavin.

"H-hah? Enggak kok." Jawab Sheiza dengan gugup.

Qavin menatap tajam saat melihat Sheiza gugup, "Saya tidak tau kecerobohan apa lagi yang kamu lakukan sekarang, tapi yang pasti setiap kesalahan pasti ada hukuman." Ucap Qavin pergi dari hadapan Sheiza.

Sedangkan Sheiza yang melihat Qavin naik ke tangga menuju lantai atas sedikit merasa lega, "Sepuluh menit lagi, Aku pastiin tu singa bakal manggil aku buat bahas anting itu." Gumam Sheiza.

oooOooo

Benar saja tak sampai sepuluh menit, Qavin sudah menyuruh Sheiza ke ruang kerjanya lewat ponsel. Dan Sheiza pun langsung ke ruang kerja Qavin tanpa menunggu laki-laki itu marah, meskipun Sheiza tau laki-laki itu akan selalu marah saat berhadapan dengan Sheiza.

"Kamu tau anting itu milik siapa?" Tanya Qavin saat melihat Sheiza sudah menutup pintu ruang kerja nya.

Sheiza diam, ia berjalan dan duduk di kursi yang biasanya ia tempati. "Kevan kasih ke aku pas hari pernikahan kita." Jelas Sheiza.

Qavin berdiri dari Kursi nya lalu mendekat dan mencengkram kedua pipi Sheiza, "itu milik Mommy kandungnya kevan, dan kamu tau? Anting itu lebih berharga daripada nyawa kamu!" Geram Qavin.

Gadis itu menangis selain pipinya yang sakit. Hatinya juga merasa begitu sesak, mengapa hampir semua orang menyepelekan nyawa nya?

"Dasar gadis ceroboh!"

Usai mengatakan itu, Qavin melepaskan cengkraman nya. Lalu melihat kedua pipi Sheiza yang memerah, "Malam ini kamu harus tidur dengan kucing!" Titah Qavin.

Sheiza menggeleng, "Maafin aku, aku janji bakal bayar berapapun harga anting itu. Tapi tolong jauhkan binatang itu dari aku!" Mohon Sheiza, ia alergi terhadap hewan berbulu itu, tapi Qavin seakan tidak ingin meringankan hukuman nya.

"BUKAN SOAL UANG, SHEIZA. ITU MASALAH KENANGAN!" Bentak Qavin marah, Gadis itu begitu menyepelekan anting milik Mommy  nya kevan.

Dan itu sungguh membuat Qavin marah, ia bisa membeli sepuluh pasang anting yang sama seperti itu. Tapi tetap tidak akan sama dengan anting itu, karena anting itu adalah kenangan dari sebagian diri kevan.

"SAYA BENCI KAMU, SHEIZA. KENAPA KAMU SELALU CEROBOH DENGAN MILIK SAYA?!"

Sheiza hanya bisa menangis, "A-aku minta maaf, Tuan." Tangis Sheiza.

Plak

"APA MAAF KAMU BISA MENGEMBALIKAN SEMUA MILIK SAYA?!"

Sheiza memegang sebelah pipinya yang baru saja di tampar oleh suaminya, "A-aku mohon, jangan sakitin aku lagi." Pinta Sheiza, sungguh ini sangat sakit. Tubuhnya sudah tidak kuat lagi.

Qavin menatap Sheiza penuh dengan kebencian, "KENAPA KAMU TIDAK MATI SAJA SAAT TENGGELAM, SAYA MENYESAL MENOLONG KAMU!" Teriak Qavin di depan wajah Sheiza.

Gadis itu mengambil cangkir kopi yang mungkin bekas dari kopi milik Qavin, ia menjatuhkan cangkir itu. Lalu mengambil beling nya, Sheiza menyodorkan beling itu ke arah Qavin.

"Bunuh aku!"

TBC...



RAJASTHAN QAVINDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang