~Happy Reading~
"Kenapa kau harus ceroboh hingga membuat anak saya kehilangan Mommy nya?" Tanya seorang laki-laki yang kini duduk tepat di depan Sheiza.
Sheiza menangis, kenapa susah sekali untuk mengatakan yang sebenarnya. "Saya minta maaf, pak. Karena kecerobohan saya mengakibatkan nyawa calon istri bapak meninggal." Pinta Sheiza melihat manik mata tajam laki-laki itu.
Laki-laki itu mencondongkan tubuh nya mendekat ke arah Sheiza yang kehalang dengan meja, "tentu kamu tau, harga nyawa harus di bayar dengan apa!" Bisik laki-laki itu kemudian kembali duduk seperti semula.
"Sekali lagi saya minta maaf, saya siap menerima hukuman mati di penjara. Jika itu bisa membuat bapak tenang!" Ucap Sheiza meyakinkan laki-laki itu.
Laki-laki itu tersenyum remeh, "Siapa bilang kamu akan saya beri hukuman mati di sini, Saya akan memberi hukuman yang lebih menyiksa dari sekedar hukuman mati. Saya akan menyabut tuntutan saya terhadap kamu, lalu lusa kita bisa menikah. Dan saya tidak ingin ada penolakan ataupun acara Kabur-kaburan!"
Bagi Sheiza, ini bahkan lebih mengerikan di banding tidur di gudang bawah tanah. "Sekali lagi maaf!" Sheiza masih menatap wajah tampan milik laki-laki itu.
"Malam ini kamu pulang ke rumah, lalu bersiap untuk lusa. Jangan bawa benda apapun dari rumah mu ke Mansion saya, karena di sana tempat tinggal saya bukan tempat pembuangan sampah. Cukup kamu saja yang menjadi sampah tidak berguna!" Hina laki-laki itu.
Sheiza mengangguk, "baik, Pak."
"Call me Tuan, bitch!" Protes laki-laki itu, lalu pergi.
oooOooo
"Kamu kenapa bisa bebas? Saya pikir kamu akan tinggal di sana dalam waktu yang tidak bisa di tentukan." Baru membuka pintu, Sheiza harus mendengar suara ibu tirinya.
Sheiza melirik Ayahnya yang duduk di sofa ruang tamu, "Aku mau ngomong sesuatu sama kalian!" To the point Sheiza, ia berjalan lalu duduk satu sofa dengan Ralin.
Ralin tentu tersenyum remeh saat melihat Ayahnya menatap kecewa pada Sheiza, "Aku mau nikah lusa, aku harap kalian tidak keberatan." Kata Sheiza.
"Mau kamu mati sekalipun tidak membuat Papa keberatan, Sheiza. Dari kejadian ini membuat Papa sangat yakin bahwa kamu memang sengaja ingin merusak nama baik keluarga! Besok pergilah, Papa tidak suka pembunuh berlama-lama di sini."
Sheiza hanya menunduk merasakan semua rasa sakit ini, ia sangat bodoh hanya untuk sekedar mengatakan bahwa bukan dia yang menarik, dia hanya di kambing hitamkan oleh Ralin.
Tapi itu semua hanya bisa ia luapkan di dalam hatinya, lagi pula dari dulu sampai sekarang tidak ada yang mempercayai nya.
Semua pergi meninggalkan Sheiza sendiri di sofa, Pun. Sheiza bangkit dan pergi ke kamar nya. Ia tidak perlu menyiapkan perlengkapan nya untuk besok, Sheiza hanya perlu menyiapkan mentalnya yang semula terluka kini bertambah lagi.
Sampai nya di kamar, ia merebahkan tubuhnya ke kasur. "Aku akan pergi ke rumah laki-laki itu, bunda. Aku ngak tau rencana apa lagi yang Tuhan kasih buat aku, Aku terlalu bodoh untuk di perdaya sama kak Ralin. Tapi aku juga ngak mau Papa marah sama kak Ralin, dia udah di tinggal Papa nya sejak di dalam kandungan. Sedangkan aku sudah pernah merasakan kasih sayang Papa dari dulu." Lirih nya menatap langit kamar nya.
"Semoga dengan kepergian aku, Papa bisa bahagia dan bebas memberi kasih sayang ke kak Ralin tanpa terhalang sama aku!"
oooOooo
Tak terasa waktu begitu cepat, kini Sheiza sudah sah menjadi istri dari Seorang Laki-laki yang paling berpengaruh di kota ini.
Rajasthan Qavindra, laki-laki yang katanya duda anak satu. Laki-laki yang berjabat sebagai CEO Geiron Group, namun ada hal yang mengganjal di pikiran Sheiza.
Kevan Algalik Qavindra, Wajah anak tirinya itu tak sedikit pun ada kesamaan dengan Qavin. Ini sungguh aneh menurut Sheiza, karena kebanyakan anak laki-laki akan memiliki salah satu fisik yang menyerupai Ayah nya.
Kini mereka sudah sampai di kediaman Qavin, Sheiza menatap takjub Mansion milik suaminya itu. Lalu mereka masuk, setelah sampai di ruang tengah mereka berhenti.
"Di sana kamar kamu, Saya harap kamu tidak mengganggu ketenangan Mansion saya!" Kata Qavin sembari menunjuk ke kamar yang ada di dekat dapur bawah.
Kevan yang berdiri di samping Qavin mengerjapkan matanya, "Mommy Shei ngak tidur sama Daddy?" Tanya anak itu bingung, karena setaunya orang tua tidur di kamar yang sama. Mengapa orang tuanya berbeda?
Qavin hanya diam, "karena Mommy Shei lagi sakit, nanti menular. Jadi Mommy Shei tidur di sana dulu ya, kalau udah sembuh pasti tidur sama Daddy." Kevan hanya mengangguk tanda mengerti dengan ucapan Sheiza.
Sheiza melirik ke arah Qavin, "setelah bersih, temui saya di ruang kerja!" Titah Qavin berlalu pergi ke arah tangga dan naik ke lantai dua.
"Sungguh pernikahan yang aneh." Gumam Sheiza sembari berjalan ke kamar nya.
Kevan yang melihat kedua orang itu hanya diam membisu, "Mommy Shei kayaknya baik, tapi kenapa keliatannya Daddy ngak suka? Apa karena Mommy Nia?" Terka kevan lalu pergi ke kamar nya yang ada di lantai bawah, karena Qavin takut kevan akan jatuh di tangga jika kamar anak itu ada di lantai atas.
Setelah selesai bersih-bersih Seperti perintah Qavin, Sheiza langsung naik ke lantai atas menuju ruang kerja suaminya.
Tok..
Tok..
Tok..
"Masuk!" Sahut Qavin dari dalam.
Lalu Sheiza masuk dan menutup kembali pintunya, Sheiza sempat terpaku melihat ruangan yang tertata rapi. Dan jangan lupakan sofa yang mungkin bisa untuk tidur dua orang.
Ia bergegas ke depan meja Qavin, lalu duduk di kursi yang memang Qavin sediakan untuk seseorang yang ada kepentingan dengan nya tentang masalah kerja.
"Saya ingin mengatakan beberapa hal ke kamu, Harta saya semuanya atas nama Kevan. Jadi kamu ngak usah berharap untuk mendapatkan apapun ketika menikah dengan saya, kamu tau? Saya merintis perusahaan dengan susah payah. Dari kecil saya hanya tinggal sendiri karena Papa saya bangkrut dan terpaksa membuang saya ke panti asuhan." Sheiza hanya bisa diam, ia akan mendengar semua isi hati laki-laki itu.
Qavin menatap lekat wajah Sheiza, "Saya membangun perusahaan ini agar maju, kamu pasti bertanya siapa laki-laki yang tadi memeluk saya dengan air matanya? Dia adalah paman saya. Geiron realga, pemilik perusahaan saya, saya hanya menjabat sebagai CEO di sana. Walaupun semua hartanya kini sudah ada di tangan saya, saya tetap tidak mau menerima nya. Makanya saya alihkan ke kevan." Jelas Qavin.
Seperti nya Qavin salah besar, Sheiza tidak pernah memikirkan harta apapun. Ia hanya ingin hidup tenang, namun meskipun itu sederhana sampai sekarang susah untuk ia miliki. "Lalu?" Tanya Sheiza.
"Saya hanya tidak mau kamu mengharapkan harta ke saya, dan lagi. Saya harap kamu tidak menyakiti kevan hanya untuk mendapatkan harta nya!"
Sheiza terdiam, "Kamu takut harta mu habis?" Tanya Sheiza.
"Saya hanya tidak mau mengotori tangan saya untuk membunuh kamu!"
TBC...

KAMU SEDANG MEMBACA
RAJASTHAN QAVINDRA
Teen Fiction"Saya tidak pernah menjanjikan kehidupan untuk seorang Ratu, Sheza. yang saya janjikan hanya kehidupan untuk seorang babu yang terjebak di sebuah ruang luka!" Bagaimana kisah selanjutnya? Yuk baca! #Mengandung kata-kata kasar. #17+ #happy reading ...