"Hah...."
Helaan napas terdengar dari seorang pemuda yang tengah terduduk di pinggiran sungai. Kepulan asap yang keluar dari mulutnya menghilang diterpa angin dingin. Mantel yang ia kenakan, harus ia rapatkan lagi, udara benar - benar menusuk pada pukul dua dini hari.Siang tadi, tahap seleksi perenang nasional telah dilakukan dan yah... hasil yang sama. Kegagalan harus Liu yaowen terima lagi. Benar kata Junlin, dirinya harus segera mencari cita - cita lain, karena berenang bukan lagi passionnya.
Air sungai yang tampak tenang, membuat hati Liu yaowen tergelitik. Menyerah memang harus dilakukannya sejak dulu. Lagi pula ayah dan ibunya sudah tak memiliki harapan banyak pada Liu yaowen. Mereka sudah tak pernah lagi terlihat saat yaowen akan melakukan tahap seleksi, karena mereka pun tahu, hasilnya akan sama. Pil kegagalan yang menjadi santapan mereka.
Liu yaowen meletakkan kopi hangat yang sedari tadi ia pegang dan sesekali ia minum. Mantel tebal yang ia kenakan, juga ia tinggalkan di samping kopi yang berdiri tegak. Sepatu converse pemberian orangtua-nya juga ia tinggalkan bersama barang lainnya.
Pemuda bernama yaowen itu ingin mencoba untuk menyerah. Air sungai yang tak berombak, namun terasa dingin itu menjadi pilihan. Kalau dipikir itu sepertinya percuma, karena Liu yaowen seorang perenang kan? Namun yaowen benar - benar ingin mencoba.
"Bunuh diri sepertinya menyenangkan."
Dinginnya air sungai seperti salam perpisahan bagi tubuh Liu yaowen. Tiga perempat tubuhnya sudah terendam air sungai, sebelum teriakan seseorang dan tarikan pada leher kaosnya menggagalkan rencana Liu yaowen.
"HEI! KAU MAU BUNUH DIRI?!"
Byur byur byur
Suara kaki terburu - buru masuk di sungai dan teriakan memekikan tadi membuat yaowen menghela napas untuk kesekian kalinya. Seharusnya jam dua pagi dan sungai yang tenang menjadi pilihan terbaik untuk bunuh diri, kalau saja suara pria yang kini menariknya, menggagalkan rencana itu.
Begitu sampai dipinggiran sungai, tubuh Liu yaowen dilempar begitu saja. Pria itu melepas sweaternya yang basah dan memerasnya kemudian. Baru setelah memeras sweaternya, pria itu menatap Yaowen dengan muka kaget.
"Hei! Kau yang menontonku di stasiun kan?! Kenapa kau mau bunuh diri?"
Ah.. Tuan Night ternyata. Yaowen tersenyum setelahnya.
"Kenapa kau tidak menyanyi di stasiun lagi? Aku mencarimu berkali - kali, tapi hanya gerombolan perempuan yang aku temui."
Pemuda yang tadi menolong Liu yaowen hanya menarik senyum, kemudian melirik ke arah lain. Yaowen bukan arah yang tepat untuk dia lihat. Apa seharusnya tadi dia biarkan saja yaowen bunuh diri ya?
"Baiklah. Lupakan pertanyaanku yang itu, sekarang kenapa kau malah menyelamatkanku dari aksi bunuh diri?"
Pemuda dengan panggilan Night itu langsung berkacak pinggang. Muka ramahnya menjadi jengkel dalam waktu kurang dari sedetik.
"Harusnya aku yang bertanya! Kenapa kau ingin bunuh diri, bodoh!?"
Yaowen hanya menaikkan alisnya sebelah.
"Kau pikir di sini tidak ada cctv? Kau pikir aku yang terekam cctv tidak akan diinterogasi jika kau sampai bunuh diri di sini?"
Tawa dari yaowen keluar seketika. Pemuda yang baru saja menolongnya ini, bertindak seperti ibunya yang suka marah - marah kalau yaowen pulang pagi hari tanpa memberi kabar.
"Kau cukup cerewet ternyata."
Kedua tangan tuan Night yang sebelumnya berkacak pinggang, perlahan turun dan menjadi lurus di samping tubuhnya. Muka sebalnya juga perlahan menghilang, digantikan muka malu.
![](https://img.wattpad.com/cover/315351160-288-k893525.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MIDNIGHT SUN Ver[WENXUAN]
FanfictionLIU YAOWEN X SONG YAXUAN "Aku,kamu dan kita bukanlah kata yang bisa berjalan bersama" ATTENTION! INI ADALAH REMAKE DARI JUDUL terinspirasi dari film YANG SAMA MIDNIGHT SUN [YIZHAN] dari author @rareraey yang aku jadikan versi WENXUAN *sudah mendapat...