I

309 16 3
                                    

"A-apa nek?, Aku tidak salah dengar kan?" Ucap gadis super rupawan itu pelan takut menyinggung perasaan neneknya yang tahun ini memasuki usia 65 tahun. Satu-satunya keluarga yang ia miliki.

"Maafkan nenek yang sakit sakitan ini" ucapnya membelai pipi gadis itu lembut.

"Bukan itu nek, aku tak keberatan jika harus kerja untuk kebutuhan kita berdua walaupun jadi pelayan misalnya, tapi apa benar jadi pengasuh?. Aku tidak salah dengar kan nek?"

"Yang nenek jaga memiliki umur seusiamu Sullyoon, tuan muda Haruto mengingatkanku padamu. Dan nenek sudah menganggapnya sebagai cucu nenek sendiri, nenek sangat menyayanginya. Dan juga, keluarga Watanabe sangat berjasa terhadap keluarga kita sejak kakek dan nenek masih muda, dulu kakekmu adalah supir pribadi disana"

Sullyoon tidak dapat berkata kata ketika neneknya nampak bahagia mengalami kilas balik ketika ia bekerja disana bersama kakeknya sebelum kepergiannya.

"Dulu, siapa yang mau memperkerjakan orang Korea dengan hanya lulusan SD, nenek sangat bersyukur bertemu keluarga Watanabe" neneknya nampak berkaca-kaca ketika mengingat nasib pait yang dialami oleh keluarganya sebelum bertemu keluarga Watanabe. Sepasang pebisnis yang melebarkan sayapnya di Korea Selatan dalam usaha properti. Bagi pendatang di negara orang, Tuan dan Nyonya Watanabe tidak mensyaratkan pendidikan khusus apabila ingin bekerja bersamanya, cukup loyal dan berguna sudah cukup menurutnya. Orang-orang kaya itu tidak suka sesuatu yang bertele-tele.

"T-tapi nek aku baru 18 tahun, aku tidak bisa merawat seseorang 😢 bahkan aku tidak cukup baik merawat diriku sendiri" ucapnya bimbang dan berusaha meyakinkan neneknya bahwa dia tidak bisa melakukan hal seperti merawat seseorang. Mata bulatnya menatap lugas ke arah neneknya.

"Aku bisa mencari pekerjaan lain nenek, yang lain. Apapun selain mengasuh seseorang"

"Siapa yang mau mempekerjakan anak dibawah umur sepertimu, dan juga mana tega nenek membiarkanmu dipekerjakan oleh orang lain yang tidak nenek kenal. Sekarang marak gadis usia muda sepertimu mendapat pelecehan di tempat umum apakah kau tau?. Nenek tidak mau kau mengalami hal seperti itu. Kau adalah tanggung jawab nenek sampai kapanpun" tangan kurus nan keriput itu mengusap surau legam cucunya yang begitu disayanginya itu. Malang sekali garis takdir yang telah ditetapkan Tuhan pada anak ini, sudah ditinggal orang tuanya, di usia remajanya dia tidak bisa bersenang-senang layaknya orang berkecukupan di lingkungan sekitarnya.

Sullyoon lantas kembali berpikir, ia berpikir betul juga apa yang dikatakan neneknya. Semenjak dulu, hal tersebut adalah salah satu momok yang menjadikannya enggan pergi entah nongkrong di keramaian dan semacamnya. Satu hal lagi, hal itu menghabiskan uang.

"Maafkan nenek yaa, jika nenek tidak sakit pasti nenek bisa bayar uang masuk kuliahmu, kamu juga bisa bersenang-senang dengan teman temanmu bukan pusing mengurus nenek dan mencari uang"

"B-bukan begitu nenek" ucap Sullyoon tidak enak, padahal bukan itu poin yang Sullyoon maksud

"Nenek dan kakek yang sudah merawat ku dari bayi sampai bisa lulus SMA, aku sangat sangat berterimakasih untuk itu nenek. Kalaupun aku tidak kuliah sebetulnya juga tidak apa apa"

"Hush apa yang kamu katakan, cucu nenek harus belajar sampai menjadi orang yang sukses" ucapnya sayang pada cucu satu satunya itu, yang telah ditelantarkan oleh kedua orangtuanya sendiri sedari lahir

Sullyoon tersenyum pahit, nyatanya hidup tidak seindah itu, dia hanya berharap ada sosok pangeran yang tidak sengaja menemukan sebelah sepatu nya layaknya Cinderella lalu merubah nasibnya 180°, itu omong kosong Sullyoon.

"Aamiin"
"Aku akan memikirkannya nenek, besok malam aku akan memberi jawaban pada nenek"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sullyoon mengerjakan tugas tugas ospeknya di dalam kamar, pikiran mengenai tawaran menjadi pengasuh akhirnya kembali menghampirinya.

"Pengasuh tu gimana ya, apa cebokin orang juga?" Tanyanya dalam diam, benar-benar bingung konsep pengasuh tapi yang diasuh adalah orang seusianya (?).

"Katanya dia seumuran denganku
...ah ga taulah!. Tapi bayaran nya lumayan banget bisa buat nabung kita berdua"

"Tapi ya kali cebokin orang, Ngada-ngada banget kamu Sullyoon wkwkwk" ucapnya menepis segala kekhawatirannya, menampar pipinya pelan berharap dapat menghapus pikiran pikiran liar di otaknya.

Dia akhirnya memutuskan untuk menelfon salah satu sahabatnya untuk meminta saran, yang ternyata dia mengenal keluarga Watanabe ini. Siapa yang tidak kenal, pemilik hotel yang memiliki 200 cabang di Korea Selatan dan bisnis properti dengan keuntungan triliunan dalam setahun. Membuatnya masuk kedalam salah satu jajaran pembisnis dari Jepang yang disegani di Korea Selatan.

"Menurutmu gimana yum (?)"

"Gue gatau keluarga Watanabe punya anak yang buta, perasaan anaknya 9 doang deh. Banyak banget dah"

"Adaaa serius deh, nenek ku dari dulu jadi perawatnya. Namanya Watanabe Haruto. Udah deh jadi gimana menurutmu?"

"Coba dulu sih kata gue, kalo lu srek ya lanjut kalo ga ya cabut aja. Gue balikin ke lu bagusnya gimana. Tapi gila si lu bisa berurusan sama keluarga Watanabe, mereka tu kaya misterius banget. Orang rumahnya aja serem gitu konsepnya. Muka-muka keluarganya juga antagonis semua" ni orang di tanya saran malah ghibah, dasar.

"Heh ditanya malah ghibah"

"Wkwkwk sorry sorry kelepasan, udah jalanin dulu deh percaya sama gue. Lu itu terstigma aja kalo kerja itu susah lah bla bla. Belum tau di lapangan gimana. Kalo lu dah ngejalanin tapi ngerasa ga srek, lu ada bahan buat nolak ke nenek lu"

"Iya juga ya Yum"

"Tenang aja, kerjaan yang gue pernah tawarin ke lu tersedia selamanya bukti gue bestai lu. Kalo lu ga cocok kerja disana, hubungin gue aja Yoon" ucapnya santai

"Makasi banyak ya Yum, kamu emang sahabat terbaik" Ucapnya, setelah bercakap-cakap panjang lebar dan akhirnya berpamitan, kedua insan itu mengakhiri panggilan teleponnya.

Sullyoon super bimbang, dia memikirkan kebutuhannya yang akan banyak ke depan dan juga ada keinginannya untuk belajar balet juga. Semua itu tidak murah, kalau mau hidup sejahtera, Sullyoon harus bekerja keras. Akhirnya diambang kebuntuannya, Sullyoon mencoba  memetakan apa yang harus dia kerjakan seandainya dia tidak cocok kerja di rumah tuan Watanabe.

"Pulang kuliah jam 3 jam 4, abis itu cari kerja di rumah makan atau cafe boleh si, nyambi deh jualan online. Bisa jualan kimchi nenek juga di kampus" Sullyoon harus bekerja keras, jangan sampai di tidak bisa menikmati masa tuanya kelak. Dan satu lagi, dia akan membahagiakan neneknya yang sangat berjasa di hidupnya.

"Boleh lah, yaudah jalani dulu aja yang udah di depan mata"

"Masa depan yang cerah, aku harap kamu bertahan lama"

....................................................................

Terinspirasi dari film korea Always. Ini bukan maksud mau ship yang berujung ke awkward ya....toh juga cuma fiksi. Aku ngeliat mereka cocok aja jadi pemeran cerita ini, kalau readers mau bayangin cast dengan visualisasi/nama lain sangat boleh ya...misalnya awak-awak ini yang jadi Sullyoon hehehe 🤣🤣

Sekian cuap cuap dari aku, hope you like this story yang ditulis karna gabut 💕💕

-Penulis🍁

𝐖𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐞 𝐲𝐨𝐮 || 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨 𝐱 𝐒𝐮𝐥𝐥𝐲𝐨𝐨𝐧 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang