II

174 11 0
                                    

"Se-selamat pagi, saya Seol Yoona. Saya akan menggantikan nenek Nam untuk merawat tuan muda mulai hari ini" ucapnya membungkuk 90° di hadapan nyonya dan tuan Watanabe di ruang kerjanya. Sullyoon gugup sekali karena ditatap seperti itu, rasanya seperti ditelanjangi. Aura orang-orang dan rumah ini tidak main main. Mencekat.

"Berapa usiamu?"

"18 tahun Nyonya"

"Bagus, kamu bisa bekerja lebih lama dari nenekmu jadi kita tidak pusing mencari pengasuh lagi" Ucap Tuan Watanabe meyesap segelas teh di gelas dengan ukiran indah itu. Sullyoon menebak, harganya pasti jutaan.

Sullyoon hanya bisa tersenyum getir, aura di rumah ini sangat tidak enak untuk ditinggali. Luas namun sunyi dan dingin. Seperti tidak ada aura kehidupan di rumah ini. Pokoknya penilaian pertama Sullyoon disini adalah tidak nyaman.

"Kamu masih sekolah?"

"Nde, saya mahasiswa baru di Universitas xxx"

"Kamu bisa kan mengatur jadwalmu sendiri?, Aku tidak mau alasan itu berdampak pada pekerjaanmu disini dan aku tidak mau berurusan dengan polisi karena memperkerjakan anak dibawah umur. Catat itu"

"Nde Nyonya, siap"

"Bagus, naiklah ke lantai 4. Minta security di lantai itu untuk menunjukkan kamar Haruto"

"Baik Nyonya" Sullyoon keluar dari ruang kerja itu dengan langkah gontai. Kedua tungkai panjangnya seakan kehilangan minat

Sullyoon sangat bingung pada denah rumah yang sangat luas ini, ada dua bangunan yang terhubung dengan kolam berisikan buaya di tengahnya. Kalian tidak salah baca, ada buaya di kolam itu. Sullyoon semakin merinding membayangkan apa yang terjadi jika dia melakukan kesalahan?, akankah dia dilempar ke kolam buaya itu?.

"Gile rumah apa hutan ni" katanya melihat lihat sekeliling. Nampak ada beberapa pelayan dan security yang berlalu lalang.

"Permisi, dimanakah tangga untuk naik ke lantai 4?" Tanyanya pada sosok pelayan wanita yang sudah berumur.

"Oh, kamu pasti baru. Lurus saja, ada pertigaan belok ke kanan. Jalan 100M. Disitu liftnya"

"Lift?, Pertigaan?" Bingungnya dalam hati, rumah ini bahkan ada liftnya. Dia bertanya-tanya, berapa biaya yang dikeluarkan untuk listrik di rumah ini.

"Baik terima kasih banyak bibi"

Setelah memasuki lift dan memencet lantai 4, dia bertanya sekali lagi untuk memastikan kamar milik tuan muda yang bernama Haruto itu.

"Baik Pak terima kasih banyak" ucapnya

"Lurus mentok ada lorong, kamarnya sebelah kiri, ada lorong lagi. Kamarnya selalu ke buka" ucapnya mengulangi perkataan security itu agar tidak lupa.

Ketika sampai di lorong pertama, tiba tiba ada seorang laki-laki keluar dari salah satu kamar, dia menatap Sullyoon sebentar lalu melengos pergi begitu saja.

"Siapa tu orang!. Mana melengos lagi. Gada sopan sopannya" batinnya melanjutkan perjalanannya

"Belok kiri ada lorong pintu kebuka, ini ya?" Ucapnya ragu-ragu mendekati ruangan itu.

"Kayanya bener" dia melihat suatu ruangan yang sangat luas bernuansa hitam abu-abu.

Tok..
Tok....
Tok.....

"Masuk langsung, berisik ngetok ngetok" ucap seseorang yang lain di ujung lorong yang nampaknya tidak senang dengan suara ketukan itu

"Ba-baik, Maaf tuan" ucapnya membungkuk pada pemuda yang ternyata sudah tidak di tempat semula

"Saya masuk tuan" ucapnya pada pemilik ruangan yang belum tertangkap indra penglihatannya

Ada sosok laki-laki berdiri di tengah ruangan, sepertinya itu tuan muda Haruto yang diceritakan neneknya

Ada sosok laki-laki berdiri di tengah ruangan, sepertinya itu tuan muda Haruto yang diceritakan neneknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Anggep aja Haruto

"Selamat sore tuan Haruto, saya Sullyoon. Saya menggantikan ne--"

"..." Tidak ada jawaban dari sang empu kamar itu, dia hanya menengok sekali lalu membuang wajahnya hingga cukup lama

Krik krik...

"Ehmm saya cucu nenek Nam tuan, saya yang menggantikan tugasnya mulai hari ini"

Haruto curiga ketika mendengar suara wanita itu, tidak seperti ibu-ibu maupun nenek-nenek. Suaranya terdengar muda.

"Berapa usiamu?"

"18 tuan"

"Ha??!!!" Ucapnya menoleh dengan nada tidak senang, benar dugaannya

Satu hal yang Sullyoon rasakan saat melihat Haruto untuk pertama kali adalah takut, dia seperti memiliki aura gelap seperti pembunuh bayaran. Dengan kamar berbau karbol layaknya rumah sakit. Auranya tidak main main. Tak terasa dia membawa kakinya untuk mundur.

"Nd-nde tuan saya 18 tahun...."
"di....tahun ini"

"Keluar!, Aku tidak mau kau jadi pengasuhku!!" Teriakannya kasar sekali di telinga Sullyoon. Sullyoon yang seumur-umur tidak pernah dibentak menjadi kagok. Ni orang kenapa dah marah-marah, teriak-teriak pula. Batin Sullyoon

"Ha-Haa?" Sullyoon kebingungan, masa baru satu hari kerja udah disuruh keluar, asli nih. Dia buat salah sesuatu?

"Aku bilang keluar dari kamarku!"

"T-tapi tuan..."

"K-E-L-U-A-R"

"Nde nde tuan, sabar" Sullyoon berlari terbirit-birit keluar dari kamar itu, dia ketakutan....dan bingung.

-Penulis🍁

𝐖𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐞 𝐲𝐨𝐮 || 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨 𝐱 𝐒𝐮𝐥𝐥𝐲𝐨𝐨𝐧 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang