"bagaimana sus?" Haruto mendengar samar-samar suara orang berbicara, entah dia masih bermimpi atau telah sadar.
"Ye...terima kasih sus. Terima kasih banyak"
.
.
.
.
.
.
.
.09.30 KST 🌞
Sullyoon menurunkan suhu AC ruangan ini begitu dirasa pengap, apakah ia harus membuka jendela itu?. Akankah itu menggangu Haruto. Sedikit cahaya matahari akan membantunya cepat pulih.
Srek~
Lantas gadis itu mematikan AC center ruangan ini dan membuka lebar jendela (?) katanya. Tapi ini lebih mirip semacam pagar kaca antara kamarnya dengan balkon di luar.
Begitu jendela dibuka, semilir angin menerpa sukma gadis rupawan itu hingga meniup anakan rambutnya.
Haruto malas sekali beranjak dan sekedar menanggapi Sullyoon. Padahal ia kesilauan. Tubuhnya benar-benar lemas. Ia merasakan tangan kirinya mati rasa
"Oh infus" -Haruto pov"Astaga darah" ucap Sullyoon sedih ketika melihat darah itu mulai naik ke selang infusnya, Haruto bisa membaca nada suaranya. Sullyoon lantas meraih tangan kiri Haruto dan mengusapnya sayang, bukan apa apa. Sullyoon hanya tak bisa melihat darah manusia berceceran sia-sia. Dia tidak tega. Tubuh manusia terlalu berharga. Lantas ia menjadi kesal dan emosional karna tidak memperhatikan detail kecil seperti ini. Pekerjaan ini bukan main-main ternyata.
Sambil melihat di naver, apakah ini berbahaya. "Aa letakkan tangan di posisi lebih rendah dan jangan banyak bergerak. Oke" Gumamnya
"Ini pasti sakit, harusnya aku izin dulu tadi" ucapnya. Ya tentu saja didengar oleh Haruto karna ia sudah bangun dari tadi. Tapi ia bahkan tak punya energi untuk membuka mata. Apa yang mau dilihat kalau membuka dan menutup mata tak ada bedanya. Semuanya gelap.
"Diamlah, aku ingin tidur" ucap Haruto nyeplos saat sudah jengah dengan sikap berlebihan Sullyoon. Sebetulnya ia bukan jengah, namun asing dan kaget. Dia merasa tidak ada yang memperhatikannya sedetail ini sepanjang ia hidup, rasanya aneh dan menggelitik. Apa pelayan memang harus sepeduli ini dengan majikannya?, bukankah dimata mereka hanya gaji yang diharapkan?, bekerja sekenanya untuk mendapat gaji kalian tau. Tapi, kenapa Sullyoon peduli? Kalau Haruto ingat-ingat lagi, bahkan Sullyoon menangisinya kemarin malam.
"Dasar berlebihan" -Haruto pov
"Ah yee, m-maaf tuan" Sullyoon langsung gondok dan bad mood. Kenapa sih Haruto suka sekali membunuh mood dengan kata-kata pedasnya.
"Saya akan ke kampus dan kembali sore hari tuan. Apakah ada yang anda inginkan?"
Haruto tetap bergeming, oke berarti dia tidak perlu apa-apa sejauh ini.
Sebelum ke kampus, pastinya gadis itu pulang dan meminta maaf pada nenek tercintanya. Dia merasa bersalah karna meninggalkan neneknya sendirian di rumah dan sempat meninggikan suaranya juga. Tak lupa Sullyoon menceritakan bahwa Haruto memakan kimchi buatannya agar neneknya senang.
"Aku ingin ke kamar mandi" sergahnya memecah angan-angan Sullyoon yang ingin beranjak.
"Baik tuan" Sullyoon menyibakkan selimut itu dengan hati-hati. "Aduh kuat ga ya, badan dia kaya titan gini" -batinnya takut terjelungup
Hal pertama yang dilakukan Sullyoon adalah melepaskan infus dan membawanya di tangan kirinya. Lantas ia memeluk Haruto dalam dekapannya dan meletakkan tangan kiri Haruto yang terdapat jarum infus itu untuk merangkul pinggangnya. Ia tak mau itu bergeser dan semacamnya, ngeri sekali pemirsa. Jarumnya segede gaban.
"Ah ya sebenarnya aku bisa jalan sendiri, gadis ini sungguh. Apa dia pikir aku lumpuh?" Haruto pov. Ya kalo bisa berdiri sendiri kenapa ga bilang pak!, modus aja lu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐞 𝐲𝐨𝐮 || 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨 𝐱 𝐒𝐮𝐥𝐥𝐲𝐨𝐨𝐧
Romance"Mama.....aku juga ingin disayang seperti kakakku yang lain" -Watanabe Haruto