XI

70 11 2
                                    

Sullyoon tidak akan bertanya sebelum tuannya ini bercerita terlebih dahulu, karna topik seperti ini apalagi diucapkan dengan lawan jenis rasanya sedikit aneh. Walaupun Sullyoon sudah menganggapnya teman dekatnya sekarang. Tapi entah dari pihak Haruto, apa yang ia rasakan terhadap Sullyoon. Dia merasa Haruto belum sepenuhnya percaya padanya.

"Bersandar lah" Sullyoon memberikan beberapa bantal di belakang Haruto agar dia bisa bersantai.

Drrt..
Drrt...

"Nde bi kenapa?" Ia berjalan menjauh dari Haruto.

Oh ternyata bibinya yang menitip saus tiram di supermarket ketika pulang dan memberitahukan bahwa pamannya membawa banyak sekali seafood dari daerah selatan kesukaannya dan berpesan agar Sullyoon segera pulang.

"Ndee bi, aku akan membelinya ketika pulang. Setelah pekerjaanku selesai aku akan segera pulang, tunggu akuu.."

Tok..
Tokk...

"Ah bi sudah dulu ya, aku harus bekerja dulu.."

"Terima kasih bibi, nanti saya yang akan mencucinya" ketika bibi kepala dapur mengantarkan begitu besar porsi makanan.

Sullyoon meletakkan pot panas itu di laci, atensi Sullyoon kemudian beralih ke Haruto, pemuda itu masih mematung.

Sullyoon mendudukkan dirinya di samping tuan muda itu namun masih cukup berjarak untuk menjaga tata krama dan batasan antara majikan dan pembantu tentu saja.

"Apa anda suka seafood?" Ucapnya memecah keheningan
...
"Mau ikut ke rumah saya untuk bertemu nenek?"
...

Bibir pemuda itu bergetar dan dia mulai menitihkan air matanya dengan cukup deras sehingga menimbulkan suara sesenggukan.

"Anda bisa menangis, saya tidak akan menghakimi"

Dia tidak pernah berfikir bahwa tangisan laki-laki begitu sesak dilihat, apalagi dia Haruto. Gadis itu memberanikan diri untuk menggenggam tangan tuannya itu yang mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Sullyoon khawatir ia akan melukai telapak tangannya sendiri.

Gadis itu beralih mengusap air mata yang turun begitu deras hingga membasahi selimut. Sesekali menyibak rambut tuannya agar tidak terikut basah. Sullyoon masih tau batasannya dan sangat tidak berniat untuk melampaui itu. Jadi gadis itu kembali membuat jarak.

"Sullyoon.."

"Kenapa orang-orang begitu jahat padaku, aku salah apa?"

"Tuan...Saya janji tidak akan membiarkan hal seperti tadi terulang lagi, saya janji. Dasar memang dia orang gila"

"Tenang oke..." Ucapnya menangkup wajah pemuda itu dan menyatukan keningnya dengan miliknya. Ingatan masa kecilnya sepertinya familiar dengan situasi seperti ini. Sepertinya ibunya sering melakukan ini sebelum meninggalkannya. Ah Sullyoon benci kenangan itu.

"Atur nafas anda" ucapnya mengusap telinga lalu ke tengkuk pemuda itu.

Oke ini efektif juga, Haruto mulai menenangkan dirinya dan hanya tersisa isak nya saja.

Sullyoon benar-benar menunggu hingga Haruto tenang, jika tidak dia bisa saja tersedak makanan itu.

"Makan ya sekarang, anda belum makan dari kemarin malam"

"Nenekku memasakkan ini khusus untuk anda, katanya agar anda lekas pulih"
"Ini sup ayam dan saya membuat salad buah tadi"

Seperti biasa, dengan cara menyuapi Sullyoon yang begitu lembut dengan mengusap perlahan dagu itu sebagai pertanda bahwa makanan sudah ada di depan mulutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐖𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐞 𝐲𝐨𝐮 || 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨 𝐱 𝐒𝐮𝐥𝐥𝐲𝐨𝐨𝐧 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang