VI

137 14 3
                                    

"Tuan, apakah anda sudah selesai?" Sullyoon menunggu di depan kamar tuannya itu, tidak berani membuat suara keras takut ditegur oleh orang yang sama yang memarahinya beberapa jam yang lalu.

Tidak ada jawaban dari Haruto, sepertinya dia sudah selesai berpakaian. Semoga.

"Saya masuk tuan"

Haruto duduk bersandar di atas kasurnya dengan tatapan kosong, mungkin karena badannya sedang sakit dan kepalanya jadi panas. Dia mirip seperti anak anjing yang hilang, malang sekali.

"Permisi tuan, saya harus mengecek suhu tubuh anda" Sullyoon membetulkan kerah baju yang nampak berantakan itu sebelum menyentuh kening tuannya, Sullyoon menyapu sebagian rambut yang menutupi dahi apik itu, menyeret jari-jarinya untuk perlahan ada pada posisi sempurna menutupi kening Haruto.

"Panas banget...." ucapnya dalam hati

"Tuan, anda demam tinggi. Setelah nyonya pulang saya akan meminta untuk dipanggilkan dokter nde" Dia menarik jari jemarinya perlahan agar tidak menyebabkan Haruto kaget karena gerakannya yang grusak grusuk.

"Hmm, dia tak akan peduli" ucapnya dengan tatapan kosong tapi bibirnya tersungging. Apalagi Haruto memiliki kelainan pada bola matanya yang menyebabkan seperti terdapat selaput keabuan menutupi seluruh matanya. Cukup menyeramkan untuk Sullyoon saat pertama kali bertemu dengannya. Namun kini Sullyoon telah terbiasa. Ralat. Cukup terbiasa.

Sullyoon diam, Haruto juga diam. Sullyoon bingung harus bereaksi seperti apa karna apa yang keluar dari mulutnya semacam pernyataan yang tidak bisa dikomentari. Malang juga nasib anak bungsu keluarga Watanabe ini. Sendirian di kamar bahkan rumah seluas ini. Sullyoon perlahan memahami rasa sayang neneknya kepada Haruto. Jika baginya, saat ini hanya rasa iba yang ia rasakan.

"Saya yang akan memanggilnya kalau begitu" ucap Sullyoon mantap, walaupun dalam hati dia ragu bagaimana dan siapa yang perlu dihubungi, lalu bagaimana dengan biayanya?, jika nyonya besar tidak tau apakah Sullyoon harus membayar biaya kesehatan itu dengan uangnya yang tidak seberapa itu?.

"Emm, kalau begitu anda bisa makan tuan" Sullyoon menempatkan nampan makan itu di paha tuannya, maksudnya agar Haruto juga belajar makan sendiri.

Sullyoon, tidakkah kamu tau jika Haruto sedang sakit ckckck. 🙃

Sullyoon mengarahkan tangan kanan Haruto untuk menggenggam sendok itu.

Haruto kemudian meraba makanannya, "ini nasi tuan, lalu ada ikan goreng dan telur, ada miso juga" ucapnya merabakan tangan kiri tuannya pada mangkuk terpisah itu.

Haruto hanya menyendok nasi putih itu dengan tangan bergetar, lalu Sullyoon diam-diam meletakkan sepotong daging ikan dan kimchi neneknya di atas sendok tuannya. Hanya secuil mengingat kimchi itu memiliki rasa yang kuat.

"Kimchi bibi?" Ucap Haruto mengenali kimchi buatan pengasuh lawasnya itu.

"Ndee, saya membawanya dari rumah"

"Berikan aku lebih banyak"

"Untunggg dia suka astaga, takut dibanting nih nampan" batin Sullyoon, senyumannya mengambang dengan apik.

"Untunggg dia suka astaga, takut dibanting nih nampan" batin Sullyoon, senyumannya mengambang dengan apik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐖𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐞 𝐲𝐨𝐮 || 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨 𝐱 𝐒𝐮𝐥𝐥𝐲𝐨𝐨𝐧 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang