The Link

121 19 11
                                    




Please, hold my hand.

Temenin gue ketemu sama dia, ya?”




Dalam hitungan detik setelah melepas pijakan, Ia bisa merasakan debaran jantungnya yang kelewat keras seirama dengan angin yang mengelilinginya.

Ia memejam, meremat tangan kuat-kuat sebelum merasakan hantaman keras pada tubuhnya dan sesuatu dingin menyambut setelahnya.

Nafas kian menipis, paru-parunya mulai perih terisi benda asing, namun Ia sama sekali tidak memberontak. Sakit, tapi bukan apa-apa.

Ayo bertemu setelah ini, kak






DEG!!





"Hah! Hah! Shit!"

Terkesiap keras dengan keringat bercucuran dan nafas memburu, pemuda itu terduduk gusar dengan kepala berdenyut hebat. Ia meraup wajah sambil mengumpat dalam hati, ini adalah kali ketiganya sejak mimpi-mimpi aneh itu mengusik tidurnya.

Jenan, pemuda itu, sampai berfikir bahwa flat yang Ia tempati sekarang ini berhantu dan hantu itu yang sudah mengganggu tidurnya sepuluh hari ini semenjak kepulangannya dari Singapore.

"Aaakkh!" erangnya frustasi. Sebab setelah seharian sibuk mengurusi pindahan, namun kini Jenan tidak bisa tidur dengan tenang.

Ia lalu beranjak turun dari kasur, meraih mug di atas nakas dan membawanya keluar balkon. Angin malam menyambut, terasa dingin menyapa kulit.

Sunyi membuat rungunya menjadi lebih sensitif, lamat otaknya mulai membangun khayalan-khayalan menyeramkan.

"Sialan!" Jenan bergidik seraya mengumpati teman yang merekomendasikannya flat ini.

Ia sudah yakin sekali gedung ini horror. Ditambah saat sudut matanya menangkap pergerakan di balkon lantai atas gedung seberang.

"Fuck! Fuck! Fuck! sialan!"

Jenan berusaha kembali masuk dengan mengendap-endap, namun—

dduak!!

Pintu kaca itu bergetar hebat menyambut wajah Jenan yang kini memerah, hidungnya perih bukan main, belum lagi isi mug yang menyebar jatuh dan tidak sedikit mengenai kaosnya.

"Anjing!" Jenan menggeram frustasi. Ia bertumpu pada teralis sambil memijit batang hidungnya yang masih perih.

Damn bad night! Jenan bakal buat perhitungan dengan Hyuga besok pagi, lihat aja!

Tuk! Sebuah kertas mendarat tepat mengenai kepalanya. Jenan mendongak, menyambut seorang gadis berbalut piyama dengan pelipis di bebat perban tengah menangkupkan tangan didepan wajah—memberi gestur meminta maaf—dari balkon seberang.

Gadis itu.... manusia yang Jenan kira hantu beberapa menit tadi.

'Lo nggak apa?' itu yang Jenan tangkap dari gerak bibir sang gadis—tunggu! Jenan familiar sekali dengan wajah—astaga!


Alysa?!


Jenan antara yakin tidak yakin dengan penglihatannya saat ini. Lelaki itu masih terdiam sampai suara telfon membuyarkan pikirannya.

[✔] NUMB : The Link (Forget Me Not)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang