Aku, Kamu, dan Dia

68 17 14
                                    

"Boleh minta tolong?"

"Oh? Boleh boleh.." Sasa menerima sodoran sebuah buket bunga warna biru dari Jeffrey.

"Cantik nggak?" tanya Jeffrey selepas selesai memasang seatbelt.

"Iya. Buat apa?"

"Jangan kepedean. Itu bukan buat kamu." kekeh Jeffrey seraya menghidupkan mesin.

Sasa terang-terangan mencibir. "Aku nanyanya buat 'apa', loh? Bukan 'siapa'."

Tawa Jeffrey menguar indah. "Iya iya, gitu aja marah."

Sasa tidak berminat melanjutkan obrolan. Memilih sibuk mengamati bunga kecil berwarna biru keunguan didekapannya.

"Namanya forget me not flower." Jeffrey menjelaskan tanpa diminta. 

"Loh nggak percaya?" semburnya manakala menangkap raut aneh pada wajah Alysa. "Nama kerennya Myosotic Sylvatica, tapi orang-orang lebih sering menyebutnya forget me not flower."

"Kenapa gitu?"

"Kira-kira kenapa?" Jeffrey malah balik bertanya.

"Is it mean... a loyalti? Not forgetting someone for some reasons?"

"Yup. Lebih tepatnya sih its represent the immortal love we have for those who go before us. Gitulah kira-kira."

Sasa manggut-manggut, sebelum kemudian tersadar. "Wait. Ini buat siapa sih sebenernya? Orangnya udah... meninggal?"

"Pengen tau? Ayo turun dulu."

Sasa seketika menyadari jika mobil Jeffrey sudah berhenti ditepi jalan yang lumayan sepi itu. Jantungnya mendadak berpacu kuat manakala membaca papan tulisan tak jauh di depan sana.

Beragam kenangan sontak menyambut kepala Sasa dengan sedikit tidak ramah.

Kemudian Sasa bisa merasakan usakan hangat pada punggung tangannya. "Nggak apa, ayo."

Dengan setengah sadar Sasa akhirnya turun, berjalan dengan kondisi hati kacau memasuki area pemakaman, melewati beberapa orang yang juga tengah berziarah di sana.

Sasa tidak siap. Langkahnya berat terasa, namun Jeffrey terus berusaha meyakinkan dan menguatkan Sasa tanpa perlu sebuah kalimat terucap.

Sampai kemudian keduanya berhenti pada salah satu gundukan tanah merah dengan batu nisan berukir indah seiras dengan ingatan terakhir Sasa tentang sang mendiang.


Gosh...



Jeffrey menuntun tubuh kaku itu untuk lebih mendekat, lalu perlahan mendorongnya turun untuk berjongkok tepat disamping sebuah nisan marmer dengan nama cantik tertera di sana.

"Selamat pagi, tante. Maaf lancang mengganggu istirahat tante." Jeffrey memulai 'obrolan'nya.

"Salam kenal tante, saya Jeffrey kakak tingkat Alysa di kampus. Saya yang suatu hari nanti akan gantiin Om Hendra buat jagain Alysa. Boleh kan, tante?" Jeffrey berujar sambil menjumput rumput kering dan membersihkan nisan marmer itu.

Pemuda itu lalu menoleh, sedikit kaget kala mendapati tubuh Sasa sudah gemetar kecil, terlihat mati-matian menahan tangis. Jeffrey tersenyum maklum sambil mengelus punggung sempit itu dengan lembut.

"Alysa ternyata cengeng ya, tante? Padahal dulu saya kira dia nggak bisa nangis, soalnya galak banget."

Pertahanan Sasa ambrol, gadis itu menangis tergugu sembari menutup wajah dengan kedua tangannya. Pun Jeffrey menyadari matanya mulai membasah terbawa haru yang Ia ciptakan sendiri.

[✔] NUMB : The Link (Forget Me Not)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang