Namanya Jenandra

81 16 8
                                    

Jika Sasa boleh jujur, ini adalah kali pertama Trian mengajaknya keluar flat selain untuk menyambangi rumah sakit. Dan rasanya... aneh.

Iya, aneh sekali bertemu orang-orang yang mengenalnya sedangkan Ia tidak tahu barang nama mereka sekalipun. Terselip rasa bersalah dan frustasi saat menghadapinya, namun Trian selalu berkata tidak apa.

"Yakin nggak jadi potong rambut?" Trian mengulang pertanyaannya sepuluh menit tadi.

"Iya, Kak Ian. Aku harus bilang berapa kali coba? Masih sayang."

"Iya iya. Bagus rambut panjang, cantik kayak Mama." Trian tidak menyadari perkataannya.

"Emm... Kakak bilang mama meninggal waktu kita kecil kan? Trus papa? Aku belum ketemu papa."

Cengkeraman Trian pada kemudi menguat, Ia kelabakan mencari jawaban yang pas agar Sasa tidak bertanya lebih.

"Papa kerja sayang. Di luar kota, dan kebetulan lagi sibuk banget. Besok kalau udah senggang pasti nemuin Sasa."

Sasa mengangguk mengerti, tidak bertanya lebih. Trian yang melihat itu perlahan menghela nafas lega.

"Ini kita mau kemana?"

"Lihat nanti ya."

Lagi-lagi Sasa hanya menurut. Sampai kemudian mobil sport itu berhenti di depan sebuah toko buku yang masih baru, terbukti dengan banyak karangan bunga terpajang cantik berderet sepanjang trotoar.

Mobil sport berwarna merah ngejreng itu jelas mengundang banyak perhatian, membuat Sasa yang baru saja menyembul keluar kikuk bukan main.

Trian tertawa, "Jangan geer. Itu mereka liatin mobil kakak, bukan kamu."

Sasa mengulum bibir dengan mata melirik tajam penuh dendam pada Trian.



"Trian! Wah apa kabar, bro!" seru seorang lelaki berwajah manis keturunan China yang kini tengah memeluk Trian.

"Kun! Baik saya. Kamu gimana? Wah keren banget ini! Akhirnya yaaa..." puji Trian tulus.

"Hahaha, berkat bantuan kamu juga kan. Eh? Ini adik kamu? Siapa namanya?"

Sasa sontak mengulurkan tangan, "Alysa."

"Ah iya, Alysa. Silahkan berkeliling ya? Saya mau pinjam kakakmu sebentar, hehe. Boleh kan?"

"Iya, boleh."

"Good. Buat nyaman ya, Alysa. Itu ruang sebelah tempat baca, ada mini cafe nya juga. Dan buat Alysa bebas mau ambil apa aja, bilang aja adiknya Kun-ge ya?"

"Serius kak?" Sasa berseru kelewat antusias. Bagaimana tidak, tempat ini mengusung konsep ruang buku seperti yang ada di negara Korea Selatan.

"Berani kan?" tanya Trian.

Sasa serta merta mendelik. "Emang aku anak kecil?!"

Trian tersenyum, menatap punggung sempit yang menjauh itu. Bagi kakak, kamu masih adik kecil kakak, Mila..






***

Sasa mengamati sekeliling dengan antusias, namun kerumunan orang didepan itu membuatnya tidak nyaman, that's too much people! Menarik nafas ancang-ancang dan berhasil menerobos dengan susah payah sampai Ia kemudian menemukan tempat itu.

Tepat diujung, dibalik deretan rak, menghadap jendela. Cocok sekali. Sasa hanya berharap belum ada yang menempatinya. Namun ternyata,

...sama saja.

[✔] NUMB : The Link (Forget Me Not)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang