Prolog

471 19 3
                                    

Waktu demi waktu berlalu, namun rasa sayang ku pada kalian tidak berkurang.

Kalian membenciku dan menjauhi ku, aku dapat mengerti itu.

Kalian marah dan menyalahkan takdir menyakitkan itu pada ku.

Aku mengerti semua

Dan aku tidak tahu kenapa Tuhan membuat ku hadir dalam hidup kalian.

Aku juga tidak tahu bagaimana kelahiran ku bisa merenggut nyawa ibuku sendiri.

Kedatangan ku membuat kalian terluka dan aku benar-benar tidak menginginkan hal itu terjadi.

Sungguh, itu bukan keinginan ku.

Jika aku tahu ini, mungkin aku akan memohon pada-Nya agar bukan ibu yang mati tapi aku.

Tapi aku tidak bisa mengendalikan waktu, aku hanya manusia biasa yang mengikuti alur kehidupan yang dibuat Tuhan untukku.

Aku juga hanya bisa berharap agar kalian tidak lama membenciku.

Aku ingin kalian bahagia, aku melakukan semua yang kalian mau agar kalian dapat menerima ku kembali.

Mungkin kesalahan ku sudah terlalu besar karena merenggut nyawa ibu sehingga untuk mendapatkan kasih sayang kalian saja sangat sulit, tapi dapatkah kalian sekali saja menoleh kearah aku?

Ayah, kakak

Aku mohon lihat aku!

Sekali saja tolong rengkuh aku!

Agar aku tahu bahwa keberadaan ku masih dibutuhkan

Agar aku tahu bahwa kalian masih menginginkan ku disisi kalian

Aku mohon sekali saja!

Tolong rengkuh aku dengan erat!

_Yoo Namjoon_

.
.
.

Sebuah mobil melaju dengan kencangnya di jalanan sepi. Dalam mobil itu terdapat seorang anak kecil berumur 10 tahun tengah memerhatikan salju yang mulai turun dari kaca jendela.

Anak kecil itu terus tersenyum sumringah dengan tangan kecilnya menyentuh jendela mobil.

Mata kecil nan manis itu membulat antusias, sudah lama sekali ia tidak melihat salju bersama sang ayah.

Dalam hati ia begitu gembira ditambah lagi orang yang sangat ia rindukan berada di sampingnya.

Sang ayah menjemput dan membawanya pulang

Ia akan berkumpul lagi bersama kakak dan ayah menjadi satu keluarga utuh.

Kebahagiaan apa lagi yang lebih besar daripada itu?

Tak lama kemudian, anak kecil itu menoleh ke sang ayah, dengan hati riang tangan kecilnya menggapai tangan sang ayah yang tengah memegang tuas kemudi.

" Ayah, saljunya turun. Ayo kita main yah!"

" Ayah... Ayo kita main!", Desak anak kecil itu menggoyang tangan itu tapi tidak digubris oleh pria disampingnya.

Anak itu tidak menyerah dan terus mendesak pria itu untuk berhenti. Pria itu geram, ia memukul stir mobil dengan keras hingga anak itu tersentak kaget.

Forgive me, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang