chapter 1

233 14 0
                                    

Aku hanya pengacau. Jika seandainya aku tidak dilahirkan, aku tidak akan menghancurkan kebahagiaan keluarga ini

- Yoo Namjoon -
.
.
.

10 tahun kemudian

" Namjoon! Dimana kau?! Cepat turun! Kau harus pergi ke rumah sakit sekarang!", Teriak seorang pria paruh baya itu dengan lantang.

Dari kamar muncullah pemuda tinggi berumur sekitar 20 tahun memakai pakaian yang rapi. Tak lupa ia memperbaiki kacamata nya yang hampir jatuh.

" Iya ayah, sebentar aku turun", pemuda itu turun sambil memegangi pegangan tangga dengan langkah pelan. Tubuhnya kurus dan wajahnya sedikit pucat pasi.

" Cepat sedikit! Apa kau keledai huh?!", Mendengar itu Namjoon terburu-buru turun.

Young Seok menatap datar namjoon, ia memerhatikan namjoon dari atas hingga bawah. Namjoon menjadi kikuk.

" Apa kau sudah meminum obat yang ku suruh?", Namjoon mengangguk kepala ragu.

" Su-Sudah ayah..."

" Bagus, Aku tidak mau kau sakit. Jika kau sakit maka sama saja hasil eksperimen ku selama 10 tahun ini jadi sia-sia. Kau tidak boleh sakit sampai Seok jin benar-benar sembuh"

" Dan ya selain sel punca, Seok jin juga membutuhkan donor darah. Aku harap kau tahu tanggung jawab mu sebagai adik", ucap Young Seok begitu dingin.

Namjoon yang tadinya menundukkan kepala, menatap sang ayah sendu setelah itu ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

" Hahah... Tidak ayah. Aku tidak akan melupakan tanggung jawab ku. Tenang saja, operasi ini akan berjalan sesuai dengan keinginan ayah", ucap namjoon sambil tersenyum.

Young Seok memalingkan wajahnya lalu berjalan membelakangi putra bungsu nya.

" Aku mengharapkan itu padamu. Kau harus bertahan sampai Seok jin benar-benar sembuh. Alasan itulah mengapa aku membiarkan kau tinggal di rumah ini", mendengar itu namjoon menundukkan kepalanya berusaha menghilangkan nyeri yang begitu menyesakkan di dadanya.

" Apa yang kau tunggu,huh?", Mendengar itu namjoon melonjak kaget

" Ti-tidak ayah. Hm... Ayah apa boleh aku bertanya?"

" Kenapa semalam ayah tidak tidur?"

Young Seok yang tengah duduk menatap dingin pemuda itu.

" Bukan urusan mu!"

Namjoon terdiam sejenak, lalu ia menunjukkan senyumannya.

" Jangan tersenyum dan pergi sana! Jangan buatku marah", ucap young Seok sarkas. Perlahan senyuman itu memudar bersamaan setitik air mata menetes.

Begitu kah ayah nya tidak ingin melihatnya sampai tersenyum saja dilarang?

Namjoon menarik nafas dan memasang senyum itu lagi sambil mengusap air matanya.

" iya aku pergi"

* Skip *


Dalam perjalanan namjoon menghela nafas panjang, ia meringis lalu memegangi punggung nya yang terasa ngilu.

Belum ada 1 bulan dan ia kembali melakukan pendonoran. Apalagi 2 hari yang lalu, ayahnya menyuntikkan serum pertumbuhan sel lagi ke punggung Namjoon.

Namjoon memegang punggung nya yang semakin lama semakin ngilu saja. Rasa ngilu nya ini hampir saja membuat nya tidak bisa berjalan tadi.

Ugh... punggung ku sakit. Aku tidak mengira jika rasa sakitnya begitu menyiksaku.

Mau bagaimana lagi? Jika aku tidak melakukannya maka kak jin tidak mau menemui ku lagi. Aku juga sudah terlanjur membuang obat-obatan itu di hadapan kak jin tiga hari yang lalu. Juga ayah mengira aku rutin meminumnya.

Forgive me, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang