chapter 4

168 15 1
                                    

Choi jin terus berjalan bolak balik di ruangannya, ia terus memikirkan keadaan namjoon. Ia tidak habis pikir dengan young Seok yang tega mempertaruhkan hidup putra bungsunya demi saudara yang lain.

Choi jin berhenti lalu mengusap wajah kasar, ia tidak akan bisa tenang sebelum mendapatkan kabar dari dokter Choi.

Tok...tok...tok...

" Boleh saya masuk dok?"

" Silahkan masuk", suster itu membuka pintu dan menutupnya lagi.

" Bagaimana operasinya? Berjalan lancar?", Suster itu mengangguk pelan. Choi jin menghela nafas lega.

" Lalu pendonor... Bagaimana keadaan nya?"

" dok... kondisi pendonor...kritis", Choi jin terhenyak, ia langsung berlari ke ruang ICU.

Sesampai di sana Choi jin langsung menghampiri dokter Choi yang sedang menangani namjoon dengan para perawat lain.

" Apa yang terjadi?", Dokter Choi menghampiri Choi jin seraya menenangkan nya

" Tenangkan diri mu dok, kondisinya sudah stabil. Memang benar tadi setelah pengambilan sumsum tulang belakang, pendonor mengalami kejang-kejang dan detak jantung nya melemah. Tapi sekarang sudah membaik. Pasien sudah dalam kondisi normal ", mendengar itu Choi jin menghela nafas lega lalu menghampiri Namjoon.

" Syukurlah dia baik-baik saja. Terima kasih banyak karena sudah mau bertahan Joon. Terima kasih... ", ucap Choi jin lalu mengambil tangan ringkih pemuda itu dan menggenggam nya.

Air mata menetes melewati pipi tirus nya, sungguh jika seandainya namjoon berakhir menyerah dan tiada Choi jin tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.

" Biarkan dokter park sendiri, kita harus menangani pasien lain", para perawat itu mengangguk, mereka pun pergi membiarkan Choi jin bersama namjoon.

Karena mereka tahu yang paling menyayangi namjoon sampai sekarang hanyalah Choi jin.

***

2 Minggu sudah berlalu, di dalam ruangan serba putih sesosok pemuda tengah tertidur dengan nyaman nya.

Pemuda itu masih tertidur panjang bahkan setelah ia menjalani pendonoran terakhirnya.

Perlahan jari-jari itu bergerak, kelopak mata perlahan bergerak dan sayu-sayu terbuka.

Pemuda yang bernama namjoon mengerjap matanya saat cahaya menusuk penglihatan nya.

Perlahan namun pasti mata itu terbuka sempurna walaupun terlihat sayu, ia memandangi sekeliling nya melihat ruangan itu kosong.

Lagi-lagi dia sendirian bersama alat-alat medis menempel di tangan, di dada dan di wajahnya.

Namjoon menghela nafas, ia sudah tahu hal ini akan terjadi padanya. Apalagi mengingat sekarang ia tidak dibutuhkan lagi.

Sudah waktunya bagiku untuk memenuhi janji ku

Namjoon berusaha menggerakkan kakinya dan tangannya.

Mati rasa

Ia tidak bisa merasakan apapun pada kedua kakinya dan tangannya. Namjoon tidak menyerah, ia terus berusaha menggerakkan tubuhnya.

Namjoon tersenyum, akhirnya ia bisa merasakan kedua tangan nya. Perlahan ia membuka masker oksigen lalu mencabut infus di tangan nya.

" Mmmhhh...shhh", darah mengucur deras dari tangan nya. Namjoon tidak peduli, ia harus pergi dari sini apapun yang terjadi.

Forgive me, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang