chapter 6

163 13 1
                                    

Happy reading 😁

Namjoon sudah berada di kereta. Untungnya ia membawa sedikit uang untuk naik kereta. Ia juga sempat meminum obat pain killer yang ia simpan di kantong nya tadi.

Sebelumnya ia juga mengusap wajah dan memperbaiki penampilan agar lebih rapi. Ia juga tidak mau membuat orang lain penasaran dengan penampilannya yang berantakan sehabis di hajar kakaknya.

Kini ia tengah melihat jendela sembari menunggu kereta itu berhenti mengingat tujuan nya sekarang sudah dekat. Kejadian tadi pagi terus terlintas di benak nya, entah itu kebenaran soal dirinya di masa lalu yang sempat ia lupakan maupun pengakuan kakaknya.

Namjoon tidak tahu apa yang terjadi waktu itu. Ia bahkan tidak tahu siapa istri pamannya sendiri. Kapan kejadian itu terjadi? Dan kenapa?

" Akh!", Namjoon meremat kepalanya nyeri. Dahinya mengernyit bersamaan desis yang keluar dari bibir pemuda itu. Ia merutuki dirinya sendiri karena tidak dapat mengingat apapun.

Kenapa aku tidak bisa mengingat nya?
Kapan kejadian itu terjadi? Aku benar-benar tidak ingat sama sekali.

Perhatian! Penumpang dengan tujuan Ilsan-dong dan goyang, Gyeonggi harap bersiap-siap karena sebentar lagi kereta akan berhenti di Stasiun Nam Seong. Terima kasih.

Namjoon tersentak lalu mengusap wajahnya, kemudian ia menyiapkan barang-barang. Kereta sudah berhenti, para penumpang pada keluar begitu juga Namjoon.

Namjoon berjalan menuju lobi stasiun. Langkahnya kali ini terkesan pelan mengingat rasa sakit punggungnya kembali berulah.

" Akh! Kenapa semakin sakit saja?"

" Dimana obatku? Ya ampun, obatnya habis. Sisanya aku tinggalkan di rumah ayah " Namjoon mengacak rambutnya sendiri geram,ia merutuki dirinya yang ceroboh. Ia mencari tempat duduk lalu duduk di sana.

Namjoon juga belum makan dan sekarang uang nya tinggal sedikit.

Mungkin cukup untuk makan tapi bagaimana untuk naik bus? Rumah nenek cukup jauh dari sini, sekitar 5 km jauhnya.

" Sepertinya ini tidak cukup. Huh! Aku harus berjalan kaki lalu beli roti di jalan saja"

Namjoon kembali berdiri, ia memilih untuk berjalan kaki. Di pertengahan jalan ia berhenti untuk membeli roti.

Di jalan sambil menenteng tas ranselnya, ia memakan roti yang ia beli tadi. Matahari menunjukkan diri dibalik awan-awan, perjalanan nya begitu melelahkan bahkan sesekali namjoon sesekali mengelap peluhnya.

Tak terasa sudah hampir 2 jam ia berjalan, pemuda itu mengernyitkan dahi tak kala punggungnya kembali sakit.

" Akh! Ah.... sa-sakit...hah",ucap namjoon sambil meringis. Tapi ia tidak berhenti, ia memilih untuk terus berjalan sampai...

Tit....tit....tit

Namjoon spontan mendorong tubuhnya ke samping. Mobil itu berhenti di samping Namjoon.

Namjoon membulatkan matanya, melihat sosok yang tengah ia hindari ada di hadapannya

***

" Jadi anak itu masih hidup?"

" Iya, menurut informasi rumah sakit yang menangani 15 tahun yang lalu memang benar adanya ada pasien kecil berumur 5 tahun yang menjadi korban tembak di kepala"

" Letak peluru nya berdekatan dengan otak kecilnya. Sempat dinyatakan meninggal dunia, namun bocah itu berhasil hidup dengan peluru yang masih bersarang di otak nya"

Forgive me, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang