1. Good and Bad

3.8K 231 11
                                    

Brakk!

Kedua telapak tangannya memerah seketika setelah ia menggebrak meja yang ada di depannya. Beberapa temannya yang ada di gudang tak terpakai sekolah tersebut terkejut dengan gerakan tiba-tiba dari pemimpin mereka yang bernama Wonwoo. Yang sekarang ini menunjukkan raut wajah kemarahan hingga memerah. Secara tak langsung, kedua tanduk apinya muncul di kepalanya.

"Anjing emang!" seru Wonwoo, ia mendesah kasar napasnya, mengacak rambutnya dengan frustrasi dan kembali duduk di kursi yang tadi sempat ia tinggal selama beberapa detik hanya untuk menggebrak meja dan berdiri. Ia berdecak kesal. "Itu SMA 10 bangsat semua, kita kan nggak ada ganggu mereka, kenapa harus sampe mukulin temen kita sampe masuk rumah sakit." kesalnya.

"Nah itu.." salah satu temannya yang bernama Hoshi membalas, ia duduk bersandar dengan kaki yang di angkat ke meja, menyilangkan kedua tangannya di depan dada bidangnya. "Padahal, katanya cuma nggak sengaja nabrak, tapi mukulnya kebangetan sih sampe masuk rumah sakit." ia seperti seseorang yang bertugas mengompori Wonwoo dalam segala hal.

"Kita nggak bisa diem aja Ka." Seungcheol yang baru saja memasuki gudang itu dengan membawa es teh cekek di tangan kirinya menimpali. Ia mendudukkan diri di atas meja tempat Soonyung menumpu ujung kakinya. "Kalo kaya gini caranya, mereka bakal terus ngeremehin SMA 13." lanjutnya. Sama seperti Hoshi, ia juga suka mengompori Wonwoo, tapi hanya dalam hal tawuran saja, yang lain tidak.

Pemimpin mereka mendongak dan menatap beberapa temannya yang menatapnya dengan lekat, mereka menunggu keputusan yang akan di ambil oleh Wonwoo. Pemuda delapan belas tahun utu menghela napasnya panjang. "Kita bales mereka." ucapnya dan terdengar teriakan kesenangan dari teman-temannya itu. "Tapi kita harus susun rencana yang bener-bener mateng." ia berdiri dari duduknya. "Ntar sore sepulang sekolah, kita kumpul dulu di sini, dan panggil yang lain." lanjutnya.

"Siap!" Hoshi memberikan hormat kepada Wonwoo yang kini berjalan keluar dari gudang tersebut. Ia lalu menatap beberapa temannya yang juga ikut keluar karena bel masuk sudah berbunyi sejak tadi. Ia berjalan di samping Seungcheol menuju kelas mereka. "Kira-kira kita bakal menang nggak ya Za?" tanyanya.

Seungcheol menoleh dan menggedikan bahunya. "Ya mana gue tahu, kan kita belum pernah ngelawan SMA 10. Mereka duluan yang mulai." balasnya, mereka menuruni tangga menuju lantai dua di mana kelas mereka berada.

Sementara Wonwoo, ia sudah berada di kelasnya yang ternyata belum ada guru. Guru saja boleh terlambat, kenapa murid tidak? Ia duduk di kursinya di bagian paling belakang. Dari semua teman-teman geng sekolahnya yang dari jurusan IPS, Wonwoo hanya sendirian dari jurusan IPA. Tahu sendiri, IPA dan IPS itu sungguh berbeda, dan Wonwoo tak masalah dengan itu, bahkan ia tak peduli di pandang buruk oleh guru-gurunya.

"Arka!"

Kepala Wonwoo menoleh ketika mendengar panggilan itu, menatap seorang siswi yang memasuki kelasnya dengan menampilkan senyuman lebarnya. Wonwoo sedikit tersenyum, meskipun ia masih menunjukkan raut marahnya. Ia meraih pinggang siswi itu begitu siswi itu mendudukkan dirinya di samping Wonwoo. "Kamu nggak ada kelas hm?" tanyanya sembari mengusap rambut panjang dari kekasihnya itu, Chelsea Adine Sana.

Sana menggelengkan kepalanya kecil, ia mengulum bibirnya, bergeser dan menyandarkan kepalanya di bahu lebar kekasihnya. "Kosong, pak Heri katanya lagi ada urusan di sekolah lain." jawabnya dan diberi anggukan kecil oleh Wonwoo. Ia sedikit mendongak untuk menatap wajah kekasihnya itu. "Kok kamu cemberut sih? Masalah yang SMA 10 itu ya?" tanyanya.

Wonwoo mengangguk kecil untuk menanggapi, tangan kanannya beralih melingkar di pundak kekasihnya yang kembali menjadi sandaran untuk siswi itu. "Mereka yang mulai duluan, jadi kita mau bales." balasnya dan ia mendapatkan tatapan tidak suka dari kekasihnya itu.

KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang