6. Family and Girlfriend

1.6K 185 6
                                    

Hari minggu, hanya Mingyu gunakan untuk mengerjakan tugas akhirnya yang sudah separuh jalan. Ia kemarin juga sudah menemui dosen pembimbingnya setelah mengantar Wonwoo dan dosen pembimbingnya tidak ada masalah dengan isi, hanya mengatakan untuk merevisi beberapa bahasa yang di gunakan olehnya di tugas akhir tersebut.

Ia menatap layar laptopnya dan melepas kacamatanya setelah tiga jam duduk di sana. Ia kemudian mematikan laptopnya dan bangkit dari duduknya, meregangkan tubuhnya yang serasa kaku dan ia berjalan keluar dari kamarnya. Mingyu belum makan dari tadi pagi dan ini sudah menunjukkan pukul tiga sore, ia memakai celana pendek dan kaos, membawa ponsel, kunci mobil dan dompetnya saja. Mingyu berjalan menuruni tangga. Melihat kedua orang tuanya yang berada di teras rumah sedang berbincang. Ia keluar.

"Mau kemana Varo?" tanya ibunya.

"Nyari makan." balas Mingyu sembari berjalan ke gerbang tanpa menoleh ke arah kedua orang tuanya.

"Kamu itu nggak pernah menghargai mama kamu yang udah masak."

Dan langkah Mingyu terhenti saat akan membuka pintu gerbang setelah mendengar kalimat ayahnya. Ia menoleh dan menatap pria paruh baya itu yang berdiri dari duduknya. "Papa nggak inget? Waktu aku lagi makan terus mama main lempar piring gitu aja sampe pecah?" tanyanya dengan tidak percaya.

"Itu karena kamu bikin mama marah." ibunya berdiri dari duduknya. "Waktu itu kamu pulang dengan keadaan babak belur Alvaro." lanjut ibunya.

Mingyu tahu itu salahnya, ia babak belur karena menolong Jaehyun waktu itu. Ia menghela napasnya kasar. "Terus harapan mama sekarang apa? Nyuruh aku makan makanan yang nggak enak itu?"

Plak!

Mingyu menghela napasnya setelah mendapat tamparan keras dari ayahnya hingga membuat wajahnya memerah, ia menatap ayahnya. "Lagi pa.. Nih.." ucapnya dengan menantang, dan saat ayahnya akan memukulnya lagi, ibunya menghentikan tangan suaminya. Mingyu menatap keduanya dengan tajam, ia berjalan memasuki mobilnya dan mengendarainya untuk keluar dari komplek perumahan tersebut.

Ia mengendarai mobilnya dan berhenti di pinggir jalan raya setelah keluar dari area perumahan tempatnya tinggal. Mingyu benar-benar sudah muak tinggal di rumah itu, ia sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran kedua orang tuanya. Itu sebabnya sejak SMA ia sudah bekerja, mengumpulkan uang agar ia bisa tinggal sendiri. Dan setelah ia kuliah pun, ia mencari pekerjaan dengan menjadi fotografer di sebuah studio pemotretan dekat kampusnya. Hanya, sekarang ia mengambil libur untuk kepentingan tugas akhirnya.

Mingyu mengacak rambutnya dengan frustrasi, ia menoleh keluar jendela saat mendengar ketukan di kaca jendelanya. Mengernyitkan dahinya bingung saat melihat Wonwoo berdiri di samping mobilnya, ia menurunkan kaca jendela tersebut. "Ngapain lo di sini?" tanyanya sinis, bahkan hari minggu saja harus bertemu dengannya.

Wonwoo tersenyum lebar, ia lalu mengitari mobil Mingyu dan masuk ke bagian penumpang. Ia menatap Mingyu. "Gue habis kencan sama pacar gue, tapi motor gue mogok, dan lagi di bengkel." ia menampilkan senyumnya. "Jadi, anterin gue Al." ucapnya.

Mingyu menghela napasnya dengan kasar, ia menjitak dahi kepala Wonwoo. "Enak banget lo ngomong minta di anter, lo kira bensin pake air." kesalnya, ia mendorong Wonwoo untuk keluar.

"Lo kan kaya, buktinya punya mobil, masa nguras bensin buat anterin gue kagak mau." Wonwoo mengerjapkan kedua matanya untuk menatap Mingyu, memohon agar pemuda itu mau mengantarnya. Bahkan, bibirnya sedikit manyun.

Mingyu terdiam menatap wajah pemuda itu yang berusaha membujuknya dengan menampilkan wajah menggemaskannya, yang memang menggemaskan. Ia menghela napasnya panjang. "Ya udah, tapi nanti, gue mau makan." ia menyalakan mobilnya dan melaju pergi dari area tersebut.

KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang