Wonwoo terbangun dari tidurnya dan langsung menatap sekeliling, ia berada di kamar Mingyu. Langsung bangkit duduk dan mencari keberadaan mantan kekasihnya itu. Wonwoo menyibak selimut dan turun dari tempat tidur, ia berjalan keluar kamar tersebut. "Al.." panggilnya, tapi tak ada sautan sama sekali. Ia menghela napasnya dengan kasar, kedua matanya tertuju ke arah counter dapur, di mana ada makanan di atasnya. Ia mendekat. Tangan kanannya meraih sebuah kertas memo yang terdapat tulisan dari Mingyu.
Gue ada urusan penting Ka, sebelum lo pulang, makan dulu aja.
Kedua mata rubah itu menatap makanan yang telah Mingyu siapkan, ia menghela napasnya. Entah, Mingyu menghindarinya atau bagaimana. Kenapa pria itu pergi begitu saja tanpa menjelaskan tentang hubungan keduanya setelah kejadian semalam terjadi. Wonwoo mengacak rambutnya dengan frustrasi, benarkah ia kembali dihantui oleh harapan palsu dari mantan kekasihnya itu? Entahlah.
Di sisi lain, Mingyu telah sampai di rumah kedua orang tuanya. Ia berjalan memasuki rumah dan langsung mencari keberadaan orang tuanya yang ada di ruang keluarga. Mingyu menyapa mereka. "Ada yang mau aku bicarain ma.. pa.." ucapnya dengan menunjukkan wajah yang sedikit memelas.
Kedua orang tuanya tentu bingung, tak biasanya Mingyu datang ke rumah jika itu bukan karena acara makan malam atau Mingyu yang menyampaikan suatu hal yang penting. "Apa nak?" tanya ibunya.
Mingyu menelan ludahnya dengan kasar, ia masih berdiri di tempatnya, menundukkan kepalanya. "Tentang Arka.." ucapnya.
Dan ketika tuan Hendra mendengar nama Wonwoo di sebutkan, ia langsung naik pitam. Kedua matanya membulat lebar, menatap tajam putranya. Ia langsung berdiri dari duduknya. "Jangan bilang kamu berhubungan lagi sama dia.." ucapnya. Mingyu mendongak dan menatap ayahnya, seperti memberi jawaban bahwa dirinya masih ingin menjalin hubungan dengan Wonwoo.
Plak!
Sebuah tamparan yang sudah lama sekali tak ia terima, hari ini ia terima begitu saja. Wajahnya memerah padam. Ia menatap ayahnya yang menatapnya dengan marah, dan ibunya yang menangis. Mingyu merendah, ia berlutut di depan ayahnya dengan menunduk. "Pa.. Aku nggak bisa lupain Arka.." ucapnya dengan suara bergetar. Ia mencoba untuk melupakan pemuda itu, mencari kesibukan dengan pekerjaannya bahkan mendekatkan diri dengan orang lain, tapi sia-sia. "Aku tahu aku salah.. Aku menyalahi aturan Tuhan tapi.." ia mendongak dan menatap ayahnya. "Aku nggak bisa lupain dia pa.." lirihnya bersamaan dengan air mata kesedihannya yang mengalir.
"Varo.." ibunya mendekat, akan meraih tubuh putranya tapi dihentikan oleh suaminya.
Tuan Hendra menatap istrinya lalu menatap putranya yang masih berlutut di hadapannya. Ia menelan ludahnya dengan kasar. "Sekarang, kamu pilih.. Papa sama mama, atau anak itu." ucapnya.
"Pa.." Mingyu mengusap wajahnya dengan kasar, disaat hubungan keluarganya membaik, kenapa harus seperti ini sekarang.
"Pilih Alvaro!"
Mingyu terdiam, kedua tangannya meremas kuat celana yang ia gunakan. Ia tak bisa, sungguh, tiga tahun ia mencoba menjauhi dan melupakan Wonwoo tapi tak bisa. Tiga tahun juga hubungannya membaik dengan kedua orang tuanya, malah sekarang menjadi terpecah belah lagi, dan ia tidak mau hal itu terjadi, tapi ia juga tidak bisa melepas Wonwoo. "A-aku nggak bisa.." ia menunduk begitu dalam.
Tuan Hendra menatap Mingyu, ia melepas pegangan tangannya pada tangan istrinya, yang langsung meraih tubuh Mingyu dan memeluknya dengan erat. Air mata menetes begitu saja. "Buang nama belakang kamu. Kamu bukan lagi keluarga Mahendra." ia berbalik dan pergi dari sana.
"Pa.." istrinya bangkit, ia mengejar suaminya yang akan menuju kamar, menahan tangan suaminya dengan erat. Kepalanya menggeleng kecil. "Jangan.. Hiks.." tangisannya semakin menjadi. "Kita udah kehilangan Kai.. Jangan sama Alvaro pa.. Mama mohon.." Ia meremas lengan baju yang suaminya gunakan, kepalanya menunduk begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin
FanficMINWON • COMPLETED Local Fanfiction Salah masuk mobil, menjadi awal dimana Wonwoo memulai hubungannya dengan Mingyu. Ia mengenal pria itu sebagai seorang fotografer, seorang pria yang membuat dirinya mulai mengurangi kebiasaannya untuk tawuran. Nam...