18. Life and Sick

1.3K 135 5
                                    

Wonwoo dengan senyuman lebarnya mendudukkan diri di sofa ruang tamu rumahnya, tubuhnya memang sudah tak terlalu sakit karena kejadian dua hari lalu, tapi tetap saja, lubang analnya masih perih dan ia harus pelan-pelan jika ingin duduk atau berjalan. Ia menoleh ke sekeliling, ayahnya belum pulang dan ibunya, juga belum pulang. Lalu ia meraih ponselnya untuk bermain game.

Namun di tengah permainan, ia di interupsi oleh panggilan masuk, ia berdecak kesal, tapi ketika tahu siapa yang menelepon, raut wajahnya langsung berubah sumringah, ia segera menerima panggilan dari kekasih tercintanya itu. Dan baru saja akan membuka mulut, ia lebih dahulu di interupsi suara Mingyu yang terdengar bergetar.

"Arka.."

Wonwoo mengernyitkan dahinya bingung, wajahnya langsung berubah menjadi khawatir."Varo, kok suara lo gitu.. Kenapa?"  tanyanya panik.

"Bisa dateng ke apart sekarang? Gue butuh lo.. Gue.. Gue butuh lo sekarang Arka.."

"Gue kesana!" Wonwoo langsung bangkit tanpa memikirkan rasa sakit di tubuhnya setelah mematikan panggilan tersebut. Ia bergegas keluar dari rumah tersebut, sungguh panik karena ia mendengar Mingyu yang tadi terisak menangis. Tanpa berpikir panjang, ia segera naik motornya, memakai helm dan mengendarainya dengan cepat.

Pikiran Wonwoo terus berkecamuk selama perjalanan menuju apartemen Mingyu, ini baru pertama kali dirinya mendengar suara kekasihnya yang bergetar seperti itu dan terisak. Ia begitu khawatir, apa yang terjadi pada Mingyu? Apa lagi-lagi ayahnya memukul Mingyu? Wonwoo tak bisa menahan diri, ia benar-benar tak peduli dengan rasa sakit di tubuhnya, ia segera menaiki lift setelah sampai. Memasukkan password unit apartemen Mingyu dan langsung bergegas masuk.

Hal pertama yang kedua matanya tangkap adalah bercak darah di ruang tamu. "Varo.." ia semakin khawatir, berjalan menuju kamar Mingyu dan membuka pintunya. Betapa terkejutnya dirinya saat melihat Mingyu yang bersimpuh dengan luka di punggungnya. Wonwoo menatap kekasihnya yang menatapnya dengan wajah memerah dan basah karena menangis. Ia berjalan mendekat, merendahkan tubuhnya di depan Mingyu dan ia meraih Mingyu, memeluknya.

Mingyu memeluk erat pinggang Wonwoo, menenggelamkan wajahnya di perut pemuda manisnya itu yang berlutut di depannya. Merasakan kedua tangan Wonwoo yang mengusap kepalanya lembut. "Arka..." Mingyu tidak tahu kenapa dirinya bisa berakhir seperti ini, ia tidak pernah menangis sejadinya seperti sekarang, bahkan saat kematian kakaknya. Mingyu meremas bagian belakang seragam yang Wonwoo gunakan.

Air mata Wonwoo mengalir begitu saja, ia sakit hati, sangat. Melihat Mingyu dengan keadaan yang seperti itu, membuatnya tak bisa menahan diri untuk tak marah dan sakit hati. "Al.. Siapa yang lakuin? Bilang ke gue.." ucapnya, sembari menangkup wajah Mingyu dan membuatnya mendongak, menatap wajah tampan kekasihnya yang basah, ia mengusap wajah itu dengan lembut. "Bilang ke gue Varo!" tegasnya lagi.

Mingyu menggeleng kecil, ia menaikkan tangannya dan mengusap wajah Wonwoo. "Nggak, lo nggak.. Lo nggak boleh marah, gue baik, cuma butuh lo di sini sekarang." balasnya dan ia memeluk pinggang Wonwoo lagi dengan erat. "Gue baik-baik aja.." ia mendekat dan kembali menenggelamkan wajahnya di perut Wonwoo. Air mata kembali mengalir tapi ia sudah lebih tenang, ia memejamkan kedua matanya, menyamkankan diri di pelukan kekasihnya.

Wonwoo mengerjap kecil, ia mengusap kepala Mingyu, menunduk dan menatap kekasihnya yang masih memeluknya dengan erat. Ia menggigit bibir bawahnya. "Apa.. ini kerjaannya bokap lo?" tanyanya dan di beri anggukan kecil oleh Mingyu. Wonwoo langsung menggertak, ia marah, ia ingin sekali memukul dan membuat ayah kekasihnya itu masuk rumah sakit, tapi Mingyu sendiri melarangnya untuk marah. Wonwoo benar-benar tidak habis pikir, kenapa ada orang tua yang memiliki sifat seperti itu. Terkadang saja, Wonwoo marah jika ibunya mengabaikannya, apalagi dengan Mingyu, bagaimana perasaan kekasihnya?

KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang