BAB 9

1.8K 107 60
                                    

LUTFI dapat melihat dengan jelas ketakutan di mata Nilam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LUTFI dapat melihat dengan jelas ketakutan di mata Nilam. "Kamu sudah berani melawan hari ini, jadi Arga pun pasti tahu kalau sikap superior-nya nggak akan mempan lagi sama kamu."

Nilam memandang dengan wajah kusutnya. Sungguh, Lutfi membenci apa yang sudah Arga lakukan pada Nilam selama ini. Nilam yang dulu sangat ia jaga dan prioritaskan di atas segalanya, sekarang hanya dijadikan boneka mainan oleh lelaki lain.

Lutfi mengulas sebuah senyum untuk meyakinkan Nilam bahwa segalanya akan terlewati dengan baik. Sebelah tangannya merapikan untaian rambut Nilam yang menempel di wajah karena air mata bekas tangisnya tadi.

"Aku ada buat kamu, Lam!" jelas Lutfi sambil menatap lurus ke manik hitam gadis di hadapannya itu. "Aku akan bantu kamu lewati semua ini."

"Makasih, Fi!" ucap Nilam. Tangan gadis itu lantas menyentuh pipi kanan Lutfi dan mengusapnya lembut. "Pasti sakit, ya? Maaf!"

"Nggak apa-apa. Udah kubilang kan, paling parah aku cuma dapat bogeman aja. And I got it!" jawab Lutfi setengah bercanda. Lelaki itu kembali menggenggam tangan Nilam. "Kamu berhak merasa aman, Lam. Kamu berhak merasa bahagia. Kamu berhak menjadi diri kamu sendiri tanpa merasa ketakutan. Kamu berhak mencintai dirimu sendiri tanpa interupsi orang lain. No one can put their hands on you, no matter who they are. Kalau kamu merasa butuh bantuan, seek help! Jangan takut untuk cerita. Ada banyak orang yang akan siap bantu kamu, termasuk aku!"

Nilam mengangguk dan kemudian meminta Lutfi mengantarnya pulang. Gadis itu mengatakan jika ia butuh segera mengemas semua barang-barangnya dan menyewa rumah lain. Meski Lutfi sudah memberikan afirmasi positif bahwa segalanya akan baik-baik saja, nyatanya ketakutan itu masih tetap ada.

Lutfi sendiri tak menampik jika pikiran buruk tentang Arga sempat melintas. Tak menutup kemungkinan jika lelaki itu nekat mendatangi Nilam dan bertindak irasional atas apa yang terjadi.

"Aku nggak terima Nilam ninggalin aku demi kamu!" kata Arga sebelum Lutfi pergi menyusul Nilam tadi.

Kalimat bernada ancaman itu jelas menunjukkan jika Arga tak akan tinggal diam. Pemikiran jika Arga akan mencelakai Nilam tentu tak dapat ia abaikan begitu saja.

"Malam ini kamu tidur di mana?" tanya Lutfi yang kini sudah ada di rumah Nilam dan tengah membantu memasukkan barang-barang yang Nilam kumpulkan di atas meja ke dalam kardus.

"Ya, di sini. Mau di mana lagi? Kan, aku belum cari kontrakan baru. Nggak mungkin langsung dapat malam ini juga," jawab Nilam sambil membawa setumpuk buku dan jurnalnya selama kuliah.

Lutfi menghampirinya, mengambil alih tumpukan buku-buku tebal itu dari tangannya. Kemudian meminta untuk bertukar posisi. Lutfi yang memindahkan buku dari rak di ruang tamu rumah itu ke atas meja dan membiarkan Nilam yang menatanya ke dalam kardus.

"Kalau nanti malam Arga nekat ke sini, gimana?" tanya Lutfi seraya mengambil satu-persatu buku dan memindahkannya ke tangan. "Kamu nggak takut?"

"Takut ...," jawab Nilam lirih. Membuat Lutfi menoleh dan memandang gadis yang tengah memfokuskan netra dan tangannya untuk mengemas. "Tapi, aku bisa kunci pintu. Dia nggak akan berani bobol pintu karena selalu ada petugas siskamling yang berjaga. Aku bisa teriak kalau ada apa-apa."

Reach Out (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang