Nilam sadar dirinya terjebak dalam hubungan 'beracun' dengan sang kekasih. Hidupnya terkungkung dalam tempurung tak kasat mata. Bagai terjebak dalam lorong gelap tanpa cahaya. Bagaimana cara Nilam bisa lepas dari ikatan kondependen itu?
...
Reach Ou...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"INI print out laporan stock on hand* yang Bapak minta," ucap Nilam sambil meletakkan satu bundel kertas ke atas meja kerja sang PPIC*, Lutfi.
"Are you okay, Lam?" tanya Lutfi sambil membaca laporan stok yang baru Nilam berikan.
"Memangnya saya kenapa, Pak?" Nilam mengangkat alis. Tak mengerti maksud pertanyaan yang atasannya itu ajukan.
"Pelipis kamu memar," jawab Lutfi sambil melirik sekilas ke wajah Nilam. "Perbuatan cowok kamu lagi?"
Ck!
Dari sekian banyak orang, Lutfi adalah orang yang paling tidak ingin Nilam temui, tapi juga tidak bisa ia hindari begitu saja. Yang jelas, Nilam tak suka siapapun ikut campur dalam urusan pribadinya. Terutama Lutfi.
Nilam mengulas senyum tipis. "Ini kepentok meja waktu nunduk ambil sendok jatuh."
"Nggak usah bohong, Lam." Lutfi mengangkat sebelah sudut bibirnya tanpa mengalihkan pandangan dari tumpukan kertas di hadapannya. "Mata aku cukup sehat untuk bisa membedakan mana memar akibat siksaan dan mana memar karena kecerobohan."
Nilam menghembuskan nafas kasar. Ia lantas menghapus segala formalitas yang sejak tadi ia gunakan. "Pacar aku nggak seburuk pemikiran kamu, Fi!"
Nggak buruk! Tapi sangat buruk! Terlampau buruk! jerit Nilam dalam hati.
"Dan jangan bersikap kayak gini kalau di kantor." Nilam lanjut memperingatkan Lutfi. "Kalau ada yang lihat atau dengar, nanti mereka salah paham."
"Takut yang lain salah paham atau takut pacar kamu salah paham tentang kita?" balas Lutfi. Pria itu lantas mendongak. Netranya menyorot tajam ke manik hitam Nilam. "Takut pacar kamu bakal marah dan mukulin kamu lagi?"
"Fi ...," lirih Nilam. "Bukan gi—"
"Lam!" potong Lutfi dengan sedikit menggeram. Pria itu mengepal kuat bulpoin dalam genggamannya. "Saat kita pacaran, apa pernah aku bertindak kasar sama kamu?"
Nilam memejamkan mata mendengar Lutfi tiba-tiba mengungkit yang telah lalu. Nilam tidak menyukai posisinya sekarang. Sangat tidak suka. Apalagi mengingat dirinyalah yang mengakhiri hubungan mereka dulu. Mengingatkan pada kesalahan atas keegoisannya di masa lalu.
Berbeda dengan Arga, Lutfi adalah lelaki yang tegas sejak mereka saling kenal semasa SMA. Bukan tipe lelaki yang mengumbar kata mesra, melainkan seorang kekasih yang akan menunjukkan perasaan melalui tindakan nyata.
Ya, Lutfi adalah mantan kekasihnya tiga tahun lalu. Masa di mana segalanya terasa sulit bagi keduanya.
Nilam yang hanya seorang yatim piatu harus bersyukur karena panti asuhan tempatnya bernaung masih mau menampung, merawat dan menyekolahkannya hingga SMA. Dan untuk pendidikan yang lebih tinggi, Nilam harus rela menunda keinginannya dengan mencari pekerjaan lebih dulu. Bekerja untuk menyisihkan sedikit penghasilannya sebelum kemudian melanjutkan pendidikan dengan mengambil kelas karyawan.