24

10.2K 2K 243
                                    

Kepada Adel dan Amanda Lawrence serta Moly Key, saya mohon agar Anda sekalian lekas kembali ke jalan kebenaran.

Tertanda,

Yang Mulai Lelah Jiwa dan Raganya.

“Kyaaa Laura, lucu!” seru Amanda dan Moly ketika melihatku mengenakan piama kelinci.

Aku bilang piama kelinci karena bentuknya aneh. Seperti kostum, tapi bukan kostum. Jenis baju tidur dengan tambahan tudung berhias telinga kelinci. Omong-omong, cuma pakaianku saja yang unik. Amanda dan Moly mengenakan pakaian tidur normal. Amanda memakai gaun tidur berlengan panjang ala princess, sementara Moly memilih piama normal: Celana dan atasan berkancing motif stroberi dan beruang putih.

Hanya aku seorang yang merasa terasing.

Inikah yang dideskripsikan oleh Camus dalam The Stranger? Keterasingan? Sebab rasanya benar-benar membuatku ingin menggali lubang sedalam mungkin kemudian melompat ke dalamnya, jauh dari populasi manusia. Mungkin aku akan muncul kembali ketika Amanda, ibunya, dan Moly sudah kembali ke mode normal (yang jelas sangat diragukan olehku).

“Tante suka,” ucap Adel sembari menepuk pelan pipiku. “Sudah lama Tante nggak lihat gadis manis sepertimu. Amanda jelas nggak suka pakaian semacam ini. Padahal dulu Tante sengaja pesan piama kelinci agar bisa dipakai Amanda. Hmmm enggak tahunya dia menolak.”

‘Jelas saja Amanda menolak,’ gerutuku dalam hati sembari menahan kekesalan. ‘Modelnya ala anak-anak unyu. Mana cocok?’

Bisa saja aku menolak, tetapi mengingat Morgan yang sepanjang makan siang dan makan malam tampak memperhatikan istrinya dengan kemesraan yang membuatku mual; maka, alangkah baik tidak membangunkan macan tidur.

“Aidan dan Marcus nggak ada manis-manisnya,” Amanda mengeluh. Sekarang dia duduk di ranjang bersama Moly. “Mirip Kak Jamie dan Paman Jamie, hobinya gangguin orang pacaran.”

“Hush, Amanda,” Adel memperingatkan. “Nggak baik ngomongin pamanmu.”

“Habis mereka berdua sama saja,” Amanda membela diri, tidak mau kalah. “Eh, Laura pasti bingung, ya? Jadi, Kak Jamie diberi nama berdasarkan nama pamanku, Jamie White. Sementara aku diberi nama berdasarkan nama nenekku, Amanda White. Gitu.”

Padahal aku tidak bertanya dan JELAS tidak ingin tahu. Namun, sudah menjadi kebiasaan Amanda dan yang lain (semua karakter di luar tulisan Tiara yang baru aku ketahui keberadaannya) selalu memberi penjelasan tanpa diminta olehku.

Eh, Jamie White? Sepertinya aku pernah mendengar nama orang itu....

AHA ketika aku makan siang (terpaksa, tentu saja) bersama Alan Montez dan keluarganya.

Apakah ini yang dinamakan dunia tak selebar daun kelor? Andai benar waktu itu bahwa ayah Alan merupakan kerabat ataupun kenalan dari Jamie White, maka bisa jadi keluarga Lawrence ini memiliki hubungan khusus dengan Montez!

Hahaha padahal aku kabur ke Metro karena ingin menghindari tokoh ciptaan Tiara, tapi ternyata di sini pun aku masih bisa mengendus baunya Montez. Sempit sekali jangkuan sinyal kebasan ini.

Adel, si tante dengan semangat muda ini, bersedia meninggalkan kami ketika Morgan memanggil. Alhasil kami bertiga; aku, Moly, dan Amanda; pun tidur bersama. Posisi aku di tengah sementara mereka berdua mengapitku. Rasa kantuk tak kunjung melanda dan pikiranku berkelana ke mana-mana. Alhasil hanya aku seorang yang masih terjaga di antara mereka.

Lantaran perutku bergemuruh dan aku tidak sanggup menahan diri, maka kuputuskan pergi ke dapur. Amanda bilang tidak masalah bila aku memakai dapur dalam keadaan darurat lapar tengah malam. Ada beberapa asisten rumah tangga yang masih terjaga, sama sepertiku. Mereka berjumlah dua orang perempuan. Sepertinya mereka berencana memasak sesuatu. Namun, aku buru-buru mengajukan diri, “Boleh aku saja yang masak?”

Lady Antagonis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang