you're right.

363 34 15
                                    

Steven keluar dari rumah sakit, dia baru saja mengunjungi murid nya dengan masih menenteng bunga. Sebenarnya, dia membeli dua bunga.

Satu lagi untuk pacar nya yang sedang bersiap-siap untuk bertanding dengan basket lain. Steven tersenyum dan melambaikan tangan nya saat tak sengaja gadis itu menoleh ke sudut lapangan.

Vanora berlari kecil ke arah nya dan melihat bunga yang pria itu pegang. "Sweetie boyfriend, huh?"

Steven menaikkan kedua bahu nya. "Aku ingin melihat murid ku."

Vanora menaikkan satu alis nya menatap Steven dengan tatapan, oh yah?

Steven menelan ludah nya kasar, "Maksud ku, pacar ku."

Vanora terkekeh kecil melihat kegugupuan pria ini. Tiba-tiba, ke tiga laki-laki itu berjalan mendekat.

"Are you guys dating?" Pete menaikkan kedua alis nya seraya tersenyum kecil.

Willy menepuk pundak Pete yang lebih kecil dari nya. "Harusnya pertanyaan mu, dalam keadaan sadar atau tidak."

"Atau dalam keadaan sadar yang memabukkan." Timpal Tera yang membuat Willy tertawa ambigu.

Vanora tersenyum kecil, "Ayolah, hargai pacar ku."

"Ah, benar." Tera berdeham sebentar. "Maaf, Tuan pacar."

Vanora memukul kepala pria itu kuat menarik tawa geli Pete dan Willy. Tera hendak kesal namun peluit tanda berkumpul di lapangan sudah berbunyi menambah volume tawa kedua orang itu. Steven tersenyum kecil, mereka ternyata tidak seberbahaya itu. Mereka terlihat positif walaupun sedikit, cengengesan. Terlebih gadis itu. Dia jauh lebih baik daripada sebelum nya.

"Dia pacar Nora?"

"Dia terlihat tua."

Steven mengerutkan kening nya sedikit lalu pelan-pelan menoleh ke sumber suara.

"Nora tidak mungkin mempacari pria yang lebih pantas jadi Ayah nya, kan?"

Terlihat segerombolan anak-anak berbisik-bisik namun mata mereka semua sedang ke arah nya. Steven merasa sedikit canggung dan menutupi nya dengan senyuman kecil.

"Kalian seperti tidak kenal Nora saja. Paling dia barang taruhan."

Ucapan itu spontan membuat Steven mematung di tempat. Manik cokelat nya memandangi satu-satu nya gadis di lapangan sedang merebut bola dan membawa nya ke dalam Ring namun telinga nya, terus menajam.

"Dia tidak akan bertahan dua hari, percayalah." Pria yang berbicara itu terkekeh pelan. "Tidak ada yang bertahan dengan Nora dan racun nya."

Steven menelan ludah nya kasar. Racun? Racun apa.

"She's a redflag."

Bunyi peluit dan sorakan dari pendukung tim Nora yang baru saja memasukkan bola ke dalam ring tidak meruntuhkan lamunan Steven yang masih berdiri sembari memegangi bunga nya.

Nora melakukan tos pada teman-teman nya kemudian menoleh ke arah Steven yang membuat pria itu mau tak mau tersenyum paksa.

"Kau benar-benar hebat, Nora!"

Steven masih terjebak dalam lamunan nya bahkan saat mereka sudah berada di restaurant dan merayakan kemenangan tim. Mereka memesan makanan dan memesan Bir.

"Kau lihat wajah Gerald? Benar-benar merah!"

"Ayolah, dia bertaruh banyak karena berpikir akan menang dari kita."

"Such a stupid."

Nora hanya terkekeh geli mendengar ucapan-ucapan teman nya dan hendak meneguk alkohol nya jika saja Steven tidak menahan tangan nya. Nora menoleh ke arah pria yang juga menoleh ke arah nya.

TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang