"Jika kau perlu melampiaskan amarah mu. Kau bisa melakukan nya pada ku."
Nora terdiam mendengar kalimat itu dan memandangi Steven dengan tatapan terkejut.
Steven bangkit dari kasur dan berdiri tepat di hadapan Nora sambil menatap nya seakan memberitahu bahwa dia akan baik-baik saja.
Nora menghela nafas seraya membuang tatapan nya, "Ini tidak akan bekerja."
"Bagaimana kau tahu?"
Nora kembali menatap Steven, "Karena aku tidak ingin menyakiti mu."
Steven seketika mematung di tempat, ia mengulum bibir nya sejenak. "Berapa pukulan yang bisa meredam amarah mu?"
"Ayolah, Steven. Aku membuat setengah populasi manusia di Club cedera." Balas Nora dengan tatapan kesal nya.
"Beritahu aku," Steven memaksa. "Berapa pukulan yang harus aku terima?"
Nora menghendus kesal, "Alright, 40."
Steven menelan ludah nya kasar lalu menegakkan tubuh nya. "I can take it."
Nora menaikkan satu alis nya. "Are you sure?"
Steven mengangguk dalam diam. Nora kembali menarik nafas dan bergerak menghadap nya sambil meregangkan otot tangan nya.
Nora mengepalkan tangan nya dan bersiap untuk memukul pacar nya sendiri. Kembali ia menatap Steven, terlihat rasa takut dari sorot mata nya namun itu tak menutupi rasa keyakinan nya.
Nora mengalah kemudian melayangkan satu bogem mentah itu ke wajah sang guru mesir hingga ia terjatuh ke atas kasur.
Terlihat luka di sudut bibir nya yang malah semakin membuat luka yang di buat Nora di bibir nya terlihat jelas.
Steven bangkit sambil memegangi wajah nya. Nora kembali bersiap dan memukul bagian lain.
Steven kembali jatuh ke atas kasur, kali ini terdengar suara rintihan nya. Nora mengibaskan tangan nya lalu melirik Steven yang menahan sakit.
Tiba-tiba Nora mematung, ia merasa darah nya berdesir melihat wajah Steven yang menahan sakit. Itu membuat hasrat Nora naik seketika.
Nora menelan ludah nya kasar lalu menunduk sebentar, "Steven, are you still virgin?"
Steven berusaha bangkit, "Yeah—"
Tangan Nora menahan bahu nya untuk bangkit, Steven menatap nya heran namun belum lagi ia berpikir gadis itu sudah lebih dulu mendorong nya hingga terbaring di atas kasur dengan tubuh Nora meniduri nya.
Seketika hawa di kamar Steven berubah drastis. Tatapan mereka sangat dekat hingga Steven bisa merasakan hembusan nafaa Nora.
Nora menatap manik cokelat itu lekat-lekat kemudian tersenyum miring, "Nerdy." Itu adalah kata terakhir Nora sebelum akhirnya ia memajukan wajah nya dan melumat bibir tipis nya.
Steven memejamkan mata nya kuat karena mau selembut apapun lumatan Nora, itu akan tetap sakit karena luka di seluruh wajah nya.
Kedua tangan Nora meraih wajah pria ini dan menangkup nya lalu perlahan menjambak pelan rambut ikal Steven.
Suara decakan memenuhi kamar Steven di tengah kesunyian malam. Steven pikir, dia hanya perlu menahan rasa sakit di bibir nya.
Pikir nya sampai tangan kanan Nora bergerak, menghelus tubuh nya hingga akhirnya menangkup inti tubuh nya.
Steven spontan berjengit pelan namun Nora enggan melepaskan lumatan nya.
Apalagi ketika Nora menekan nya berkali-kali.