yeah i got it

422 38 16
                                    

Steven memandangi gadis yang berdiri di hadapan nya dengan beberapa lebam di wajah nya memakai Jaket kulit hitam dan menggelangkan Helm nya di lengan tangan nya dengan nafas yang berantakan.

Vanora tersenyum kecil lalu bergerak masuk ke dalam kamar pria ini dan menutup pintu nya.

Steven spontan berjalan mundur.

Vanora sedikit mendongakkan kepala nya namun kontakan mata mereka tak putus. "I've told you."

"Nora ...," Steven menelan ludah nya kasar. "Kau tak bisa memukuli orang lain hanya karena dia menyukai ku—khmk." Steven spontan terbatuk kecil, "Kau mabuk?"

Vanora mendekatkan wajah nya, "Jika aku dalam keadaan sadar. Dia akan lebih parah."

Steven mengeraskan rahang nya lalu menggeleng pelan. "Kau tidak bisa terus seperti ini."

Vanora tersenyum kecil kemudian berjalan melewati pria itu dan mendekat ke arah kasur nya. Vanora berbalik lalu melemparkan ponsel dari saku celana nya sebelum duduk di pinggir dengan kedua tangan di belakang menahan tubuhnya. "Aku bisa." Vanora tersenyum manis kali ini dengan mata setengah tertutup. "Aku bisa mengalahkan siapapun yang menginginkan mu."

Steven memandangi gadis yang duduk di atas kasur nya itu lalu menghela nafas kecil. "Kau yakin?"

Vanora diam, ia tersenyum namun terlihat berpikir lalu kembali menatap pria itu. "Sangat yakin."

Vanora kembali tersenyum kecil, "Aku sudah bilang. If i can't have you—"

"Yeah i got it." Steven mengangguk samar dan menunduk sebentar sebelum kembali menatap Vanora yang juga menatap nya aneh.

"What do you mean 'I got it'?" Vanora menaikkan satu alis nya.

Steven diam sejenak, ia juga terlihat berpikir. "Apa kau akan menyakiti orang-orang jika—jika ...," Ia kembali diam. "Jika aku pacar mu?"

Dengan mata yang sudah mengantuk itu, Vanora berusaha menatap Steven tepat di mata nya lalu kembali tersenyum. "Aku tidak akan menyakiti siapapun jika kau milik ku." Vanora menarik kedua tangan nya, membiarkan tubuh nya terbanting ke kasur empuk pria itu. "Maybe i'll hurting you."

Steven mendekati gadis yang tertidur di kasur nya secara perlahan. Memastikan dia benar-benar tidur namun ia menemukan murid nya itu masih setengah sadar.

Steven menghela nafas kasar, "Fine." Ia menelan ludah nya kasar, "Let's dating."

Vanora menoleh ke arah nya bahkan saat mata nya sudah tinggal satu centi meter lagi untuk tertutup ia tersenyum kecil. "Great."

Bam.

Steven yakin gadis itu sudah tenggelam ke alam mimpi nya. Steven kembali mendenguskan nafas nya kasar. Dia tidak tahu apakah menerima gadis ini adalah langkah yang tepat tapi jika tidak,

Steven tidak tahu harus berapa orang yang akan tersakiti.

Steven bukan merasa percaya diri tapi dia benar-benar ketakutan gadis ini akan melakukan kejahatan atas nama nya karena dia terlihat seperti akan melakukan segala nya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan jika dia menginginkan Steven. Maka Steven tidak punya pilihan. Cepat atau lambat gadis itu akan memiliki nya.

Steven menangkap cahaya dari ponsel gadis ini yang tergeletak tepat di samping kepala nya. Steven tak berniat membaca tapi mata nya sudah menangkap pesan itu lebih dulu.

Dan itu terlihat seperti sebuah poto orang yang ia kenal.

Benar, Elizabeth!

Tangan Steven dengan cepat bergerak hendak meraih namun terhenti seketika di udara. Steven melihat ke arah gadis itu, takut ia terbangun. Namun seperti nya Alkohol mengendalikan nya seratus persen.

TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang