y

240 22 2
                                    

"Hah!"

Bella memegangi dada nya ketika melihat sang adik bersandar sambil melipat kedua tangan nya tepat di depan pintu kamar nya. Dia menatap Nora dengan kesal, "Apa yang kau lakukan di sini?! Kau harus nya sekolah!"

Nora tersenyum kecil lalu berdiri tegak, "Luka yang ku buat mudah hilang, ya?"

Bella menatap nya sinis, "Karna Ayah membelikan salep paling mahal untuk ku."

Nora membuang tatapan nya sebentar, "Tak heran." Ia kembali menatap sang Kakak. "Aku akan membunuh mu jika kau mencoba mendekati pacar ku lagi." Nora sengaja menekankan intonasi nya.

Bella memutar bola mata nya malas, "Selama dia bekerja untuk Ayah, apa yang harus ku takutkan?"

Nora terkekeh kecil, "Kau lucu, kak." Nora menarik nafas panjang dan seketika menatap nya datar. "Tapi aku tak suka menggunakan Paman hanya untuk masalah sepele ini."

Bella langsung terkesiap dan menelan ludah nya kasar.

"Kau tahu, aku tak suka bisnis. Tapi untuk menjauhkan mu dari milik ku," Nora tersenyum. "Aku takkan segan melakukan apapun."

"Ah, beritahu Ayah hal itu. Aku tak suka berbicara dengan nya." Nora berbalik dan berjalan pergi.

"Seriously, Nora?" Belly berteriak. "Kau menggunakan Warisan Ibu yang sedang di kelola Paman sebagai ancaman pada Ayah mu sendiri? Dan demi pria itu?"

Nora menoleh sambil tersenyum lebar hingga menunjukkan gigi nya lalu menunjukkan dua jari nya kemudian kembali menatap ke depan meninggalkan Kakak nya yang hampir frustasi melihat tingkah nya.

*.*.*.*.

Steven sedang berjalan di lorong sekolah menuju kelas Music 2 sambil menenteng tas milik nya di bahu kiri.

Ia berjalan sambil memegangi ponsel, memandangi pesan yang tak di balas oleh Nora. Gadis itu pergi lagi sebelum diri nya membuka mata nya.

Tiba-tiba saat Steven sudah sampai di depan pintu, seseorang melemparkan gumpalan kertas pada nya. Steven langsung menatap para penghuni kelas dan mereka semua berandalan.

Dari banyak nya murid yang duduk di meja, bermain gitar, bermain games mobile, kejar-kejaran di kelas, Steven tebak pelaku nya adalah bocah laki-laki yang duduk bersandar pada kursi dan kedua kaki di atas meja sambil mengunyah permen.

Steven menaikkan kedua alis, "Well," Ia mengutip kertas tersebut, "Aku akan menganggap nya itu tak pernah terjadi." Steven masuk ke dalam kelas dan memasukkan kertas nya ke dalam tong sampah.

Steven meletakkan tas nya di atas meja, "Alright, today we will—"

"SERA KEMBALIKAN SENJATA KU!"

"AMBIL JIKA KAU BISA!"

Steven menghela nafas pendek, selalu seperti ini. Kata Kepala sekolah saat ia pertama kali menginjakkan kaki di sini, yang harus ia waspadai adalah Nora. Dia salah, yang harus ia waspadai adalah murid Music 2.

"Suara nya tolong di kecilkan." Steven berusaha mengatur mereka. "Sera, Juan, matikan ponsel kalian."

Bocah laki-laki yang melemparkan kertas pada Steven tetap tenang dengan kaki di atas meja nya.

Steven menunduk sebentar seraya menghembuskan nafas lelah. "Semua nya—"

"Kami takkan menurut pada guru," Seorang murid perempuan dengan bibir merah merona dan memegangi bedak di tangan nya. "Apalagi guru muda dan culun seperti mu."

Steven serasa di tampar namun berusaha untuk tersenyum walau itu malah terlihat jelek.

Suasana kelas semakin keras dan makin tak terkendali. Steven semakin bingung harus bagaimana mengajari murid-murid ini.

TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang