Bab 14 : Keterkejutan Taehyeong

28 6 0
                                    

"Ada apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa?"

"Hari ini Dong-Hun akan menginap di rumah ini. Tidak masalah 'kan?"

Yun-Gi bertanya dengan kasar pada Tae-Hyeong dan menghubungkan speakerphone.

"Dong-Hun, bukalah pintunya."

[Iya.]

"Bagaimana bisa kamu baru mengatakannya sekarang?"

Tae-Hyeong tidak dapat mengatakan sepatah kata apapun lagi, bahkan jika itu perkataan kasar. Anak itu biasanya bersikap baik pada Ro-Un, dan anak itu adalah sosok kakak yang disukai Ro-Un juga, jadi bukan tidak masalah jika dia menginap satu malam di rumah ini. Tapi, sunguh menyedihkan untuk berpikir bahwa Yun-Gi melupakan dirinya.

"Jangan katakan padanya kalau kamu baru mengetahuinya hari ini. Beberapa kali dia menyuruhku untuk memberitahu kepada pemilik rumah ini dan mengatakan akan menginap sebelumnya. Jika dia mengomel lagi, itu akan melelahkan."

"Bagus sekali. Apakah masuk akal untuk seorang anak SD yang merasa tidak segan?"

"Entahlah, bukan karena itu saja."

Yun-Gi berjalan ke pintu depan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Melihat Yun-Gi yang seperti itu, mau tak mau Tae-Hyeong ingin mengatakan 'bahwa pengetahuan seorang anak SD jauh lebih tinggi daripada kamu'. Tae-Hyeong berjalan menuju dapur karena menurutnya tidak perlu menunggu di depan pintu depan.

Saat itulah tangisan Ro-Un terdengar, Tae-Hyeong dan Yun-Gi berlari menuju dapur secepat kilat. Ro-Un, yang wajahnya sudah memerah, meneteskan air liur dan menangis kencang.

"Kamu kenapa, Ro-Un?"

"Ada apa?"

Ro-Un menatap kedua orang dewasa itu dengan ekspresi yang menyakitkan. Dia menjulurkan lidah sembari mengulurkan tangannya untuk meminta kedua orang itu melakukan sesuatu padanya.

"Kenapa kamu melakukan ini?"

Yun-Gi merasa gelisah, berlari dan meraih tangan Ro-Un dan menghentakkan kakinya.

"Kamu bisa tenang dulu."

Tae-Hyeong menyeka air mata Ro-Un dan menggendong anak itu. Air liur yang terus keluar karena mulutnya yang tidak mau menutup. Melihat ayahnya seperti itu, anak itu semakin menangis. Jika Tae-Hyeong perhatikan dari dekat, ujung lidah anaknya ini sedikit berwarna merah.

"Rou-Un, apakah kamu menggigit lidahmu?"

"Huu, huu... . Dak."

"Tae, Tae-Hyeong, ayo kita panggil 119 saja."

"Aku pikir tidak perlu. Ro-Un, katakan pada ayah ada apa denganmu, Nak?"

"Ini... athit."

"Lidahmu sakit?"

Yun-Gi, yang baru saja akan bertanya pada Ro-Un tentang apa yang harus dilakukan, dengan cepat memalingkan pandangannya ke arah meja makan. Nasi milik Ro-Un tertutupi pasta cabai warna merah cerah. Sepertinya Yun-Gi tidak sengaja menambahkan banyak pasta cabai ketika dia sedang membuat nasi campur miliknya sendiri.

[BL] Kohibitasi Yang Disengaja || TAEGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang