[03, Setelah Kepergiannya]
"Selamat tinggal.. Bidadari surga satu satunya yang kami punya. Jaga kami berdua dari atas sana ya? Rasa sayang Regal tak terhitung banyaknya melebihi diriku sendiri." -Ziregal Mahesa Pratama
***
Ini adalah ketujuh hari bunda Mentari meninggal dunia. Saat sang suami pulang kerumah dan disambut dengan Jenazah Istri diruang tamu dengan sosok anak sulung nya di samping bunda dan kerabat kerabatnya, meninggalkan luka didalam hatinya.
Dijalan menuju kerumah, Bintoro membayangkan hangatnya keluarga yang selama ini ia rindukan terutama istrinya. Dan sekarang, belum sempat bicarapun, sang Istri sudah berpulang kepangkuan Tuhan.
Setelah Mentari dimakamkan, Bintoro jarang keluar rumah, keluar kamar pun dia enggan. Keluarga hangat yang Mahesa harapkan, tidak berjalan dengan semulus yang dia bayangkan.
Perubahan terjadi pada sifat Bintoro yang sebelumnya hangat dan lembut, sekarang menjadi dingin dan kasar. Rigel Semakin takut dengan sosok ayah yang ada dirumahnya, bahkan akhir-akhir ini Rigel tidak berbicara sepatah pun dengan sang ayah.
Rigel sangat memaklumi jika kondisi ayahnya sangat terpukul sekarang, tapi dia juga tak kalah sakitnya dengan kepergian bunda yang selama ini selalu membelainya. Tapi tidak bisa kah ayahnya berhenti egois dan tidak memikirkan anak anaknya?
Berbicara tentang Rigel, Rigel saat ini sudah berada di rumah, lebih tepatnya dikamar. Rigel berbaring dengan ditemani Mahesa yang duduk di kasur miliknya.
"Adek udah gak ngerasa sakit lagi?" Tanya Mahesa sambil menghampiri kasur Rigel yang tak jauh dari miliknya. Sedari tadi Mahesa melihat Rigel sedang melamun, entah memikirkan apa.
Rigel fokus menatap mata teduh kakak nya sambil menggeleng. Melihat Rigel yang seperti ini, Mahesa merasa tidak tega meninggalkan Rigel dirumah sendirian, walaupun ada ayah.
"adek gak mau makan? abang buatin bubur mau?" Lagi lagi Rigel menggeleng. Hatinya sangat sakit melihat adik yang semula banyak bicara itu kini diam seribu bahasa, tak seperti biasanya.
"adek mau apa? ayok abang beliin." Mahesa mengelus surai rambut sang adik yang menatap dirinya dengan genangan air mata.
"adek mau apa.. ayo bilang, jangan diem terus.. abang gak suka." Mahesa mengulang kembali pertanyaannya, bibir Rigel yang bergetar perlahan terbuka berusaha berbicara.
"adek mau bunda.."
Hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk belati mendengar ucapan Rigel. Mahesa mendekat dan memeluk Rigel yang langsung terisak menangis didekapannya. Mahesa saat ini masih belum sepenuhnya memaafkan dirinya, tolong jangan tambah lagi bebannya untuk menahan air mata agar tidak jatuh dihadapan adiknya.
"Ijel.. udah ya? Bunda udah bahagia disana.."
"Katanya mau sama sama berempat, tapi kok bunda pergi. Kenapa bunda pergi bang, Kenapa? Maafin adek bang, maafin adek. Adek yang salah, ini semua gara gara adek." Rigel meracau didekapan Mahesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
Fanfiction[Local au Enhypen] on going "Kita harus tetap bertujuh, jangan ada yang pergi, janji?" "Janji!!" sahut mereka dengan kompak. "Pokoknya apapun yang terjadi, gak ada yg bisa mecahin kita. Kita pelangi, kalo salah satu warna redup, warna yang lain haru...