[08, Makna Keluarga]
Sekumpulan remaja yang tadi bermain sudah berada di rumahnya masing-masing, kecuali Jean yang masih berdiam diri di depan makam sang nenek. Mungkin akibat terlalu lama bermain hujan, Jean kedinginan sekarang, tubuhnya menggigil karena angin malam.
Jean meminta Mahesa untuk menurunkan dirinya di tempat pemakaman. "Je, gue nemenin lo ya? Bang Hes pulang aja." Tawaran Rigel jelas ditolak mentah-mentah oleh Jean. Dia tak ingin ditemani siapapun.
"Jangan lama lama, lo belum mandi Je, sebelum isya' harus sudah dirumah ya, harus sudah mandi, harus sudah makan, pokoknya semuanya, biar lo gak sakit, okay? Nanti gue telepon, awas lo." Setelah Mahesa mengatakan itu dan diiyakan oleh Jean, akhirnya Mahesa dan Rigel meninggalkan Jean disana.
Jean masih menyempatkan diri untuk pergi ke makam neneknya yang tak jauh dari rumahnya. Memang tak jauh, tapi manusia normal mana yang ke tempat pemakaman umum malam malam? Jean berlutut di sebelah makam nenek, diusap nya batu nisan bertuliskan Jannah, nenek Jannah. Nenek angkat Jean yang merawatnya dari kecil hingga dirinya berumur 14 tahun, sebelum nenek berpulang kepangkuan Tuhan.
Jean bisa dikatakan tidak punya siapapun, Jean dipercaya sebagai yatim piatu, anak buangan yang diadopsi nenek Jannah. Jean selalu sendiri sejak ia kecil tanpa kasih sayang orang tua, tapi kasih sayang nenek Jannah cukup membuat masa kecilnya terisi. Meskipun nenek Jannah buat orang dengan standar ekonomi yang tinggi, hati baik nya terdorong untuk mengambil bayi laki laki lucu yang sedang menangis di pinggir jalan dengan kondisi masih bertelanjang dibalut kain putih yang diletakkan didalam kardus. Nenek Jannah sudah menceritakan itu pada Jean, semuanya Jean tahu. Akhirnya sedikit demi sedikit dia menerima kenyataan nya yang selalu disebut sebut sebagai anak pungut oleh teman teman sebayanya dulu.
Jean tahu, pasti ada sesuatu yang mendesak hingga ibu Jean harus membuang nya, Jean tidak akan marah, Jean selalu berdoa agar dia dipertemukan oleh orangtuanya dan berterimakasih karena sudah melahirkan anak hebat seperti Jean. Jean tahu jika Jean kuat, Jean hebat, nenek nya pun mengatakan kalau Jean adalah anak emas.
"Assalamualaikum Nek, Jean dateng lagi.. Maaf ya Jean belum jadi yang terbaik buat nenek.." Jean bermonolog disana seorang diri.
"Nek, Jean tetep sahabatan sama enam orang itu. Maaf ya nek kemaren gak sempet jenguk nenek, Jean kemaren ngajak bang Jaya main ke timezone, abisnya waktu itu bang Jaya janji janji, makanya deh Jean tagih." Jean tertawa hambar disela sela itu, sangat menyedihkan jika dia mengingat hal hal saat dia hidup di dunia.
"Nenek tau bang Jaya kan? Itu lho nek yang waktu itu kita kehujanan terus kita disuruh naik mobilnya, pas Jean kelas dua SMP pertemuan pertama kita kan disitu. Siapa sangka ya nek, sekarang malah jadi bestie. Jean sering dibeliin apapun sama dia, duh pokoknya keluarga bang Jaya itu baik banget sama Jean nek, bahkan disuruh nginep di rumahnya waktu itu, tapi Jean gak mau, gak ada yang jenguk nenek soalnya kalo Jean nginep."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
Fanfiction[Local au Enhypen] on going "Kita harus tetap bertujuh, jangan ada yang pergi, janji?" "Janji!!" sahut mereka dengan kompak. "Pokoknya apapun yang terjadi, gak ada yg bisa mecahin kita. Kita pelangi, kalo salah satu warna redup, warna yang lain haru...