11. Terfitnah

184 21 13
                                    

[11, Terfitnah]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[11, Terfitnah]

Seperti biasa yang dilakukan Mahesa dihari hari sebelumnya, ia membersihkan rumah. Orang orang dirumahnya belum ada yang bangun, dia sendirian di dapur. Ayah nya pun tidak keluar dari kamar, otomatis dia tidak tahu kalau anak sulungnya membawa gadis kerumah. Aman untuk Mahesa.

Dia bingung sebenarnya, Mahesa tahu jika Karin tidak nyaman tinggal di rumahnya. Apalagi jika di rumah ini tak ada anggota keluarga perempuan, jelas Karin semakin sungkan.

Diperjalanan semalam Karin mengobrol.

"Gue mau balik ke rumah itu lagi besok."

"Rin?"

"Gue tahu kayak nya bukan pilihan yang tepat. Tapi gue goblok kalo semisal keluar rumah gak bawa apa apa, Hes."

"Terus kalo lo ketahuan mereka gimana?"

"Gue bisa kok. Lo gak perlu khawatir. Gue bisa diem diem masuk kamar gue. Jendelanya gue pecahin soalnya."

"Lo yakin gak butuh bantuan gue?"

"Setelah gue keluar dari rumah itu. Gue bakal minta bantuan lo buat nyariin apartemen, boleh kan?"

"Tapi lo harus hati-hati ya Rin, gue takut lo kenapa kenapa."

"Besok, papi gue pasti ada di rumah, aman, gue gak akan kenapa kenapa. Gue bakal omongin baik baik ke papi, tapi gue gak akan ceritain perihal yang gue rasain tadi. Gue gak mau mereka berantem gara gara gue."

Mahesa terdiam sejenak.

"Ya udah gak apa apa kalo itu mau lo."

——

Mahesa masuk ke kamarnya yang ditempati Karin, Karin terlihat sudah bangun dari tidurnya, dia memandangi matahari terbit dari jendela.

"Pagii, sarapan dulu ya, abis itu mandi, baru gue anter ke rumah lo. Tapi lo beneran gak apa apa?"

Mahesa meletakkan makanan yang ia bawa di meja belajarnya. Mahesa jelas khawatir pada Karin, tapi mau bagaimana lagi? Ini keputusannya, Mahesa harus menuruti kemauan nya.

"Gak apa apa, selama papi gue ada dirumah, mereka gak akan macem macem." Jawab Karin.

Mahesa mengangguk mengiyakan. Merasa tak ada lagi yang ingin dibicarakan, Mahesa pun keluar kamar. Dari atas Mahesa melihat Rigel sudah bangun, berpakaian santai berjalan keluar rumah.

"Woi! lo mau kemana!" Teriak Mahesa dari anak tangga, berlari menghampiri Rigel.

"Bukan urusan lo!" Rigel melayangkan tatapan tajamnya pada sang Kakak.

"Lo kenapa sih sensi banget? Ada apa lagi."

"Males gue bicara sama lo. Pikir sendiri! Egois."

Rigel pergi meninggalkan Mahesa yang terdiam disana. Ucapannya jelas membuat otak Mahesa berpikir. Egois? ... darimana?

Tentang Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang