10. Malam Itu

165 23 8
                                    

[10, Malam itu]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[10, Malam itu]

Hari ini adalah hari dimana Mahesa dan Rigel memperingati 100 hari kepergian ibunda, tak terasa sudah lebih dari tiga bulan mereka hidup tanpa Mentari, tanpa masakan Mentari, tanpa kasih sayang Mentari. Mereka sadar jika sekarang ibundanya benar benar tidak bisa dilihat dan dirasakan lagi.

Keluarga Bintoro dan Mentari melakukan pengajian di kediamannya malam ini. Rigel sudah ada bersama dengan mereka. Sedangkan Mahesa tak tahu ada dimana, Mahesa tidak ada di kumpulan orang orang di ruang tamunya yang luas itu. Mata Rigel jelas mencari cari keberadaan sang kakak, walaupun percuma saja, Rigel tak melihat tanda tanda adanya Mahesa.

Mahesa kabur dari rumah sebelum rumahnya ramai. Sengaja keluar diam diam karena tak ingin mengikuti pengajian tersebut. Bukan karena tak ingin mendoakan sang ibunda, tetapi Mahesa masih belum merasa baik setelah dirinya berpisah dengan Mentari. Melihat bagaimana jasad Mentari yang diangkat dari mobil remuk ke ambulans, membuat Mahesa terus terngiang-ngiang hingga sekarang.

Dengan motor hitam yang terparkir di pinggir taman jalan sekitar Jogjakarta, Mahesa duduk disebuah kursi umum disana, terdiam menunduk dengan pikiran tak terarah.

"Bun, sekarang 100 hari nya bunda meninggal. Bunda gak pernah dateng ke mimpi Regal." monolognya seorang diri di taman sepi itu.

Mahesa belum bisa sembuh dari kejadian menyakitkan itu, atau mungkin dia sama sekali tak bisa menerima kenyataan nya. Kepergian Mentari terlalu memukul Mahesa. Alasan dia hidup ada pada Mentari dan Rigel. Sekarang? Ibundanya sudah tiada, separuh jiwa Mahesa terasa hilang dari raga nya.

Mahesa tak sekuat yang Rigel lihat. Luka lama Mahesa tak bisa disembuhkan. Sang ayah yang terlihat hanya menyiksa Rigel, perlahan lahan dengan lembut juga menyiksa Mahesa sedari kecil.

'Udah besar, seharusnya udah bisa mandiri. Regal harus dapet nilai yang bagus gimana pun caranya, bisa? Rangking harus 1, gak boleh turun. Kamu tahu sepupu kamu? Wah, dia pinter bang, sekolah internasional, kamu kapan bisa begitu? Sepupu kamu aja bisa, masa iya kamu yang sepantarannya gak bisa? Liat juga keponakan ayah yang waktu main, itu masa depannya udah cerah banget, bang. Umur 16 tahun udah sarjana, kamu udah gak bisa, SD aja kamu masih leha leha.'

Seorang Mahesa yang waktu itu masih berumur 9 tahun, ucapan sang Ayah memang membuat Mahesa semakin maju, Mahesa semakin semangat mendapatkan rangking 1 di sekolahnya, setiap tahun di hadiahkan pada Bintoro. Tapi Bintoro sama sekali tidak mengapresiasi apapun hasilnya. Semakin lama, membuat Mahesa semakin lelah. Seolah-olah dia sendiri yang membunuh dirinya perlahan. Semua yang dipaksakan Mahesa tak selalu berujung baik.

"Gimana sih kamu Regal, nilai sebegitu jeleknya mau dibuat apa. Kamu ini udah ayah fasilitasi banyak buat sekolah, gak dipakai dengan baik! Nilai kamu harus sempurna! Kamu jangan ikutin adik kamu yang gak tau apa apa sama sekali! Punya anak dua duanya gak becus!"

Tentang Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang