WARNING!
*
Dilarang mengcopy sebagian atau seluruh isi cerita. Naskah sudah diterbitkan, memiliki hak cipta beserta terdaftar ISBN
*
*
*
Semua cast hasil meminjam dari web dan pinterest.
*Gontai, langkah ini berjalan di kesunyian malam. Peraduan heels dan aspal memberikan suara sumbang. Menjadi penghibur diri yang begitu pecundang.
Aku terhenti, menjerit sekuat tenaga. Mencoba memperdengarkan suara keputus asaan akan sebuah luka kehidupan.
Bukankah kita teman? Lantas mengapa aku tidak mampu menjebak kalian untuk masuk ke dalam dasar yang sama?
Bukakah kita teman? Lalu mengapa aku menghentikan rencana yang telah kususun secara sempurna?
Bukankah kita teman? Mengapa aku menginginkan kalian agar tidak merasakan keputus asaan yang sama?
Aku benci, saat hati menginginkan kalian bisa hidup lebih baik dari apa yang kualami.
Aku benci, ketika nurani menghentikan niatku untuk mengkhianati.
Seperti kalian yang melukaiku, mengkhianatiku, dan meninggalkanku. Mengapa? Mengapa aku tidak mampu bersikap layaknya begitu?
Aku terisak, bersama rinai yang membasahi. Menangis sendiri di tengah hujan menyapa bumi.
"Mengapa? Mengapa aku harus seperti ini, Tuhan?"
Kututupi wajah menggunakan kedua tangan. Terseduh di tengah sendunya kesunyian malam yang membawa luka terasa semakin menyakitkan.
"Kenapa kalian tega? Mengapa aku tidak? Mengapa kalian bisa? Mengapa aku tidak?"
Badan rapuh ini melorot, jatuh dan bersimpuh. Menumpuhkan kedua telapak tangan pada aspal. Tertunduk, menangis dan terisak sendiri.
"Kenapa begitu sulit hanya untuk menyakiti?"
Aku bertanya, entah pada siapa? Karena sesungguhnya, memang tidak ada jawaban atas segalanya.
"Aaaahhhhh!" Aku menjerit sekuat tenaga.
Memukul-mukul aspal jalanan itu. Genangan air yang ada beriak, menciprat sebagian ke arah wajah.
Mila dan Delia, kita teman. Dan kurasa, malam ini adalah akhir pertemanan kita. Menyakiti kalian tidak bisa, maka bertahan pun aku tidak mampu.
Biarlah, jalinan yang pernah ada. Berakhir di sana, di tempat kalian mengkhiantiku. Namun aku tidak, karena sebagai teman, aku tidak akan memperlakukan kalian seburuk kalian memperlakukanku.
***
Aku mendekap lengan, mengusap-usapnya agar kehangatan dapat membuat badan ini tidak semakin menggigil.
Berjalan memasuki ruangan, dan tiba-tiba saja lampu yang padam menyala.
Mama telah berdiri di sana, dengan silangan tangan dan tatapan yang nyalang menghunjam.
Aku menunduk, malam ini aku tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Hanya ingin bersandar, mencurahkan segala kegundahan.
Ma, bisakah Mama dekap Binar?
Mendengarkan keluhan Binar, lalu mengatakan 'Tenanglah, Nak. Ada Mama, semua akan baik-baik saja.'Ma, malam ini bisakah mama belai kepala Binar? Lalu, mama ceritakan tentang masa depan yang lebih cerah dengan mengatakan. 'Binar akan bahagia, mama yakin itu.'
Ma, malam ini bisakah kita tidur pada ranjang yang sama? Mama peluk Binar yang tengah terluka karena kebodohan Binar. Lalu mama mengecup kening Binar dan mengatakan. 'Banyak hal yang akan kamu pelajari di depan sana, Nak. Tidak apa-apa, karena kesalahan akan membuat Binar dewasa.'

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta, Kala Fajar Menyapa
РазноеBroken home, apa yang terlintas jika kalimat itu yang disebutkan? Rumah tangga yang berantakan dan juga pertengkaran, perceraian atau yang lainnya? Broken home, bukan hanya sekadar perpisahan dua insan yang pernah disatukan dalam ikatan pernikahan. ...